Part 2

63 5 0
                                    

Sherryn P.O.V

Sial. Gagal lagi rencanaku untuk menyelidikinya. Kenapa ia begitu sulit untuk dirayu? Pria lain biasanya selalu mudah ku rayu. Well, itu jelas-jelas pertanyaan bodoh, Sher. Bukankah kau sudah tahun jika Morgan jauh berbeda dengan pria-pria lainnya?

Ia amat tertutup. Tertutup dari siapapun dan apapun. Aku tak tahu mengapa. Padahal, wajahnya tampan mempesona. Tubuhnya juga atletis. Ia juga salah satu siswa berprestasi disekolah ini. Mustahil ada wanita yang tak terpikat olehnya. Tapi, sepertinya, sikap dingin dan tertutupnya berhasil menyingkirkan segala pesona dalam dirinya.

"Sherryn!" seseorang menepuk pundakku. Aku pun menoleh dan mendapati Cintya, sahabat baikku tengah berangkulan mesra dengan Dicky, kekasihnya.

"Oh, hai, Cin. Hai, Dick," sapaku sambil tersenyum manis. Cintya mengerling nakal padaku. Ia menjauhkan tangan Dicky dari pundaknya. "Aku ingin berbicara dengan Sherryn. Kau tunggu aku di mobil, oke?" Dicky mengangguk kecil dan segera pergi meninggalkanku dan Cintya.

"Berhasil mengajaknya, Sher?" Cintya menggodaku. Yeah, aku tahu dia pasti akan menggodaku tentang Morgan. Aku menggeleng kecil. Cintya tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. "Sudah kukatakan, Sher. Menyerahlah." ujar Cintya.

"Menyerah apa maksudmu?" tanyaku. Cintya terkekeh. "Menyerah untuk dapat sekedar bicara ataupun mengajaknya berkencan, Sherryn Avery!" Cintya memutar bola matanya.

Sepertinya pipiku merona. Cintya benar. Aku memang seperti seorang pengemis. Meminta bahkan memohon seseorang yang bahkan menatapku saja enggan.

"Tapi, aku tak mengajaknya berkencan, Cintys. Aku hanya penasaran dengan sikap dingin dan tertutupnya. Aku yakin, dibalik semua itu, ia pasti memiliki sebuah rahasia besar yang bahkan tak pernah kita duga sebelumnya." Belaku.

"Kau benar, Sher. Ia memang selalu mengundang rasa penasaran seluruh gadis. Aku pernah mengajaknya berkencan tapi, kau tahu, dia menolakku tanpa sempat memikirkannya terlebih dahulu. Ia berhasil mematahkan hatiku saat itu. Tapi, untunglah Dicky dating memperbaiki hatiku tersebut," Cintya tersenyum senang.

"Well.." Cintya melirik jam tangan pink-nya. "Aku harus pergi. Aku tak mau Pangeran Yupi-ku menunggu terlalu lama. Bye, Sher!" Cintya berlari sambil melambaikan tangan kepadaku.

Sebaiknya aku juga harus segera pulang. Hari menjelang sore. Rangga bisa memarahiku jika aku pulang terlambat.

The Dark WorldWhere stories live. Discover now