Part 1

112 8 0
                                    

Mungkin memang sulit menerima keadaan ini. Amat sangat sulit. Harapanku pupus seketika menerima semua kenyataan pahit ini. Menerima kenyataan yang bahkan orang lain tak akan pernah menduga sebelumnya. Menerima kenyataan bahwa aku bukanlah manusia seperti yang lainnya. Menerima kenyataan bahwa aku adalah manusia yang memiliki kelebihan di luar akal sehat manusia. Manusia yang diberi kelebihan khusus oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Aku tak yakin atas semua ini. Mengapa Tuhan menciptakanku seperti ini? Mengapa aku harus menjadi makhluk yang kelak akan menyebabkan kematian beberapa makhluk ciptaan-Nya? Mengapa aku diciptakan berbeda?

Apa masih ada manusia yang mau menerima kehadiranku? Apa masih ada manusia yang mau berteman dengan seorang Penghisap Darah sepertiku? Apa teman-temanku akan menjauhiku ketika mereka tahu bahwa aku adalah seorang Vampire?

"Jauhi semua manusia-manusia itu sebelum semuanya akan terlambat"

Sial. Lagi-lagi kalimat it uterus terngiang dalam benakku. Yeah, aku harus menjauh dari manusia-manusia itu. Lagi dan lagi aku harus hidup secara individualism. Aku tak akan bisa hidup bersosialisasi dengan manusia-manusia itu. Mereka akan membuat nafsu memburuku semakin menggebu-gebu.

Aku masih kesulitan menguasai nafsu memburuku. Sudah 1 bulan aku belajar mengendalikan nafsu memburuku. Satu bulan pula banyak korban berjatuhan karena kegagalanku. Tapi, hanya ada satu orang yang dapat menghilangkan nafsu memburuku itu. Ya, hanya gadis itu.

***

"Morgan!" seseorang meneriakkan namaku. Sontak, aku pun membalikkan tubuhku untuk mengetahui siapa orang itu. Walaupun, aku telah mengetahuinya dari suara khasnya.

"Apa kau mau mengajariku tentang Hukum Snellius? Aku masih belum paham atas semua penjelasan Mr. Audrey." ujarnya sambil memasang wajah tak berdosa dan sedikit memelas.

Apa aku harus membantunya? Tidak. Rafael telah mengingatkanku. Aku harus menjauhinya. Aku dapat membuatnya berada dalam masalah besar. Tapi, dilain sisi, aku tak sanggup menolak ajakan gadis ini.

"Maaf," aku pun berlalu menuju tempat dimana mobilku terparkir. Gadis itu mengejarku.

"Hei, aku mohon. Kau tahu, kan, besok Mr. Audrey akan mengadakan test tentang bab itu. Aku mohon. Bisa mati aku jika tak bias menjawab test itu." Ia menarik lengan jas yang kukenakan.

"Maaf, Sher, aku harus pergi. Belajarlah dengan Dicky dan Cintya. Bukankah mereka lebih cerdas daripadaku?" elakku. Gadis itu –Sherryn– mengerucutkan bibirnya dan bergumam kecil namun, dapat kudengar dengan jelas.

"Padahal, aku hanya ingin belajar bersamamu,"

Segera aku masuk kedalam mobilku dan melajukannya meninggalkan sekolah. Sejujurnya, aku tak tega menolak ajakan gadis cantik itu. Tapi, ini semua demi keselamatannya.

The Dark WorldWhere stories live. Discover now