Part 13

46 4 0
                                    

Still Rafael P.O.V


"Sherryn." Gadis itu mengulurkan tangannya. Aku membalas uluran tangannya sambil berkata, "Rafael."

"Maaf mengganggumu. Err.. Aku.. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu. Ini.. Ini tentang Morgan," gadis bernama Sherryn ini nampak ragu-ragu untuk berbicara denganku.

Aku mengangkat sebelah alisku. "Morgan? Dia belum pulang." Kataku.

"Ah, ya, aku tahu. Sebenarnya Morgan.. Morgan ditangkap oleh salah satu utusan clan Sevmns. Kalau tidak salah namanya Bisma." Jelas Sherryn. Aku membelalakkan mataku.

Apa Morgan ditangkap? Tapi, tunggu. Apa gadis ini telah mengetahui jika.. Jika Morgan dan aku adalah.. Kaum vampire?

"Aku tak akan menceritakan kepada siapapun. Aku berjanji." Kata Sherryn menatapku tajam.

"Oke. Aku pegang janjimu. Kalau begitu aku harus pergi. Aku harus mencari Morgan." Aku menutup pintu rumahku dan segera pergi meninggalkan Sherryn yang masih berdiri memantung didepan pintu rumahku.

***

Sherryn P.O.V

Esoknya, matahari bersinar cerah seperti biasanya. Namun, sinar cerahnya tak mampu menerangi hatiku yang dilanda kegelisahan dan ketakutan yang luar biasa.

Tuhan, lindungi Morgan. Jauhkan dia dari mara bahaya. Aku rela menggantikan posisinya saat ini.

Akhirnya aku menyadari semua ini. Aku sadar jika.. Jika aku mulai menyayangi Morgan. Perasaan kagumku telah berubah menjadi cinta.

Tuhan, jagalah Morgan. Kumohon.

***

Morgan P.O.V

"Argh!" Aku mengerang kesakitan saat menyadari kaki dan tanganku terikat rantai yang cukup berat. Sial. Keparat itu harus kuberi pelajaran. Tapi, bagaimana caranya?

"Morgan." Tiba-tiba seseorang berbisik menyerukan namaku. Aku pun menoleh mencari sumber suara tersebut. Sorot mataku tertuju pada pria berbadan kekar yang berada di sisi kiriku. "Ilham?"

"Aku akan membantumu keluar dari sini. Segera temui Rafael. Jangan sampai Rafael menemui Elverra." Ilham mendekatiku. Dengan sekali gerakan, tangannya membuka rantai yang mengikat anggota gerakku.

Aku pun berdiri tegak. Ilham segera menarik tanganku menuju ke sebuah lubang --yang tak kuketahui darimana asalnya-- di dinding. Aku dan Ilham pun berhasil keluar dari tempat menyeramkan itu.

Ilham terus mengajakku menjauh dan berlari meninggalkan tempat itu. "Kontaklah Rafael. Dia mencemaskanmu," kata Ilham disela-sela pelarian kami.

Aku mengangguk kecil dan langsung memfokuskan pikiranku kepada Rafael.

'Jangan temui Elverra. Aku baik-baik saja. Ilham bersamaku.'

Tiba-tiba Rafael bersuara dalam pikiranku. 'Jaga dirimu baik-baik. Aku akan segera kesana.'

Entah kenapa, mendengar kalimat yang baru saja Rafael ucapkan, hatiku terasa menghangat. Aku merindukan semua ini. Aku rindu kasih sayang dari orang-orang yang ku kasihi.

***

Author P.O.V

"Argh!" Elverra menggebrak meja dengan kencanf. Kemarahan yang amat besar tersirat dibalik wajah gaharnya. Ia menarik dan mencekik Bisma. "Bagaimana dia bisa kabur, hah?"

Bisma tak menjawab dan terus mencoba mengatur nafasnya. Elverra pun melepaskan cekikkannya dan mendorong tubuh Bisma hingga jatuh tersungkur.

"Beritahu Reza agar dia mau membantuku membawa anak itu!" Perintah Elverra. Bisma mengangguk dan segera pergi.

--

Tak butuh waktu lama bagi Rafael untuk sampai ditempat Morgan dan Ilham. Dengan langkah terburu-buru, Rafael menghampiri adiknya yang tengah terbaring dengan mata terpejam di tempat tidur.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Rafael sambil menatap lirih Morgan. Ilham tersenyum dan mengelus pundak Rafael. "Hanya butuh sedikit trik untuk membuatnya tenang dan beristirahat. Beban pikirannya amat berat. Ku pikir, ia butuh sedikit refreshing." Jelas Ilham.

"Untung aku dapat mengandalkanmu. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada Morgan jika kau tak menolongnya." Kata Rafael.

"Bukankah itu gunanya sahabat? Selalu ada disaat sahabatnya senang maupun susah, kan?" Ilham mengangkat kedua alisnya.

"Aku akan membawanya pulang. Ia masih harus bersekolah. Bisakah kau membantuku untuk menjaganya?" Tanya Rafael. Ilham menjawab dengan seukir senyuman  

The Dark WorldWhere stories live. Discover now