Romi, merupakan sosok laki-laki yang mandiri dan pantang menyerah. Dalam prestasi akademiknya dia termasuk salah satu mahasiswa yang dulu pernah masuk dalam pertukaran mahasiswa ke Luar Negeri. Laki-laki inilah yang sangat dikagumi oleh Bimo. Makanya tidak heran jika Bimo sangat senang sekali jika Romi main kerumahnya apalagi untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.
Pada awalnya Romi begitu cuek dengan yang bernama Nindi. Tidak pernah dalam kamusnya untuk menjadikan cewek itu kekasihnya apalagi sampai menuju ke pertunangan atau ke jenjang yang lebih lagi. Yang ada dalam pikirannya seorang cewek hanya akan membuat sakit hatinya.
"Mas, kok temen mas itu keliatannya alergi sekali dengan cewek ya? Dia selalu saja jika aku ajak bicara pasti ogah-ogahan dan gak nyambung dengan apa yang aku bicarakan, padahal aku berniat baik sama dia" ucap Nindi ketika melihat keadaan yang sebenarnya apa yang terjadi dengan Romi ketika Nindi mengajaknya bicara.
"Ya, maklum saja. Dia dulu pernah dikecewakan dengan cewek, mungkin takut dia sama cewek," timpal Bimo
"Aneh temen mas itu, masa semua cewek disamaratakan sama mantan pacarnya? Aneh" lanjut Nindi sambil menggerakkan pundaknya tanda tidak menyetujui atas sikap Romi.
"Apa kamu naksir ya?" ucap Bimo sekenanya
Nindi tidak menjawab, nasibnya ternyata tidak beda jauh dengan dirinya, patah hati dengan guru bahasa Inggrisnya yang menikah.
"Aku belum memikirkan masalah cowok, Mas. Aku mau fokus ke kuliahku dulu. Pengen jadi orang dulu, membahagiakan Ayah dan Ibu. Habis itu terserah yang di atas."
Menjelang maghrib Sismiyati belum pulang ke rumah, ini tidak seperti biasanya. Pambudi sudah berada di rumah setengah jam yang lalu.
"Ibu kalian belum pulang?" ucap Pambudi ketika istrinya belum kelihatan. Biasanya selalu membuatkan minuman kalau Pambudi pulang dari kantor, tapi yang membuat minuman kok anak perempuannya.
"Ibu tidak memberi kabar sms atau telephone, Bim" lanjut pambudi sambil melepas baju kerjanya menanyakan Bimo.
"Tidak, Yah. Nindi juga tidak diberitahu"
Dari dalam kamar Nindi memanggil-manggil nama ayahnya.
"Yah... ini ada telephone dari mas Romi, katanya mama kecelakaan sekarang dibawa ke Rumah Sakit" seru Nindi berlari menuju ke ayahnya.
Dari tragedi kecelakaan Sismiyati itulah, pintu hati Romi mulai terbuka, benih-benih cinta mulai ada untuk Nindi. Perhatian Nindi kepada ibunya itulah yang menyentuh hati Romi. Kesetiaan pada bundanya yang melebihi dirinya hingga mengorbankan waktu tidurnya, kuliah, juga waktu bermainnya membuat hati Romi luluh dan bisa membuka pintu hatinya untuk seorang wanita bernama RIZKI NINDITA.
Begitu juga Nindi mulai merasakan kehadiran Romi, laki-laki itu yang mulai menulis hatinya dengan kata-kata cintanya sehingga membuat Nindi seperti berada di awang-awang. Kehidupannya kembali normal dan segala apa yang di rasakan mulai terobati.
Siapa orang tua yang menolak kehadiran Romi sebagai calon menantu. Anaknya baik, ganteng, orangnya tidak aneh-aneh, pekerjaannya sudah mapan dengan penghasilan dibilang lebih dari cukup.
Tidak heran ketika Nindi menyelesaikan kuliahnya di Solo mengambil jurusan ekonomi dia langsung diarahkan oleh Romi untuk mendaftar di sebuah Bank yang sudah mempunyai nama karena memang dia tahu kalau Bank itu sedang membutuhkan karyawan.
Jalinan hati antara Nindi dan Romi sudah hampir empat tahun, hubungan kekeluargaan kedua keluarga semakin erat. Bahkan jarak antara keluarga itu sudah seperti keluarga sendiri. Manakala ada kesibukan yang terjadi pada salah satu keluarga otomatis yang satu juga ikut untuk membantu begitu juga sebaliknya.
Adik Romi, Damar juga sering mampir sekedar main atau bahkan tidur ditempat tinggalnya Pambudi. Anak itu sering kali menggoda dengan Nindi. Sifatnya yang kekanak-kanakkan membuat keluarga itu makin ramai.
"Jangan lupakan adik kalian ya" ucapan Pambudi jika membawa oleh-oleh diberikan pada Nindi dan Bimo dan kedua kakak beradik itu juga tahu siapa yang dimaksudkan.
"Damar cepat, dah siang nih...kakak masih mau mampir-mampir" seru Bimo untuk menyegerakan mandi Damar karena memang tadi malam anak 17 tahun itu tidur di rumah Pambudi. Sebagai kakak Bimo menyadari akan hal itu, kalau Damar memang orangnya serba lambat tapi dia jenius..makanya kalau dia mau dia bisa minta mamanya untuk membelikan kendaraan tapi malah memilih ikut nebeng motornya Bimo
"Kalau memakai motor atau mobil sendiri itu namanya pemborosan" ucap Damar waktu pertama kali untuk tidur pertama kalinya.
Nindi yang mendengarkan cuma tersenyum. Jam sudah menunjukkan pukul 06.10. Sebuah mobil berhenti di depan rumah.
"Assalamu'alaikum" ucap Romi memasuki rumah dan mencium tangan ibundanya Nindi yang sudah rapi mau ke kantor diiringi , Bimo dan Damar.
"Wa'alaikumsalam, nak Romi pagi sekali kesininya?"
"Iya, Bu. Ada pesanan Damar. Damar nih pesenanmu dari mama, katanya suruh belikan bebek goreng" ucap Romi sembari memberi kotak dua bungkus bebek goreng yang tentunya buat yang lainnya juga.
"Yap, makasih kakakku tercinta" Serobot Damar sambil mengecup pipi kakaknya dan berlari kecil di ruang makan.
"Ada apa sih kok ramai sekali...." Ucap Nindi melihat suasana yang sangat akrab dan menarik keinginannya untuk melihat padahal dirinya baru merias wajahnya.
Romi tersenyum melihat kekasihnya keluar dari kamarnya, gadis yang cantik luar dalam.
"Cantik" ucap Romi tanpa sadar melihat kekasihnya yang telah keluar sambil membawa tas rangsel berisi baju ganti.
Semua pada mencium tangan Sismiyati sebelum keluar rumah, yang tertinggal hanya Pambudi karena masuknya kantor pukul 07.30 wib jadi agak santai sedikit.
Di dalam mobil sepasang sejoli bercengkrama saling menyanjung dan memuji. Keduanya kelihatan sangat bahagia dan pembicaraan apa lagi tapi cukup bisa membuat pria ini semakin tambah sayang.
"Oh iya, ada pesen dari mama nanti kita bareng mama saja ke tempatnya Bu de Rima. Ini untukmu dari Bu de, oleh-oleh dari Makkah"
Bu de Rima baru saja naik haji, beliau adalah kakak mamanya Romi. Pak de sudah meninggal 14 bulan sebelum berangkat ke Makkah jadi yang menggantikan posisinya Mas Dodi, anak pertamanya.
"Beruntung kamu, banyak orang yang mengasihi kamu, padahal istrinya mas Dodi gak dapat jatah lo dari Bu de Rima. Ini dikhususkan buat kamu sama mama"
"Iya percaya, kan mas Dodi membelikan Mbak Ira lebih dari pemberian Bu de? balas Nindi sambil tersenyum.
"Semoga keadaan seperti ini bisa berlangsung lama dan terus sampai hubungan kami bisa berlanjut ke pelaminan" ucap lirih Romi seperti doa untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA HATI BICARA
General FictionMempunyai seorang guru idola sudah biasa, tapi...jl ada murid yg jatuh cinta dng sang guru idola nya, apa tdk bertepuk sebelah tangan? Tentunya akan bertepuk sebelah tangan, apalagi umur yg terpaut jauh dan tingkat kedewasaan antara murid dan guru t...