KEAJAIBAN

46 0 0
                                    

elarikan diri dari kenyataan yang pahit dalam sepanjang hidupnya. Lari dan terus berlari tak perduli kemana arah tujuan, yang pasti segera mungkin menjauh dari rumah Romi. Hatinya sudah hancur lebur seperti serpihan debu yang mudah melayang terbawa angin. Kekasih yang diharapkan selama ini bisa menjadi kepala rumah tangga ternyata telah mencampakkannya. Hubungan yang telah ia bina putus di tengah jalan karena kelakuannya.

"Oh, Tuhan, semua karena masa lalunya. Dia telah memutuskanku. Inilah akhir dari kecerobohanku. Oh, Tuhan, maafkanlah aku" Rintih Nindita berlari dan terus berlari tidak menghiraukan mamanya Romi yang memanggil-manggilnya.

" Nindita, nindi...apa yang terjadi?"

Mama Romi melihat kemarahan yang memuncak di mata dan wajah anaknya. Kemarahan yang teramat besar dan tak mungkin untuk dipadamkan. Orang tua itu tahu apa yang harus diperbuat. Ditinggalkannya putra tunggalnya itu supaya bisa menenangkan dirinya, sementara sang mama sibuk menelfon menghubungi Bimo. "Ayo, Nak, susul nak Nindi, dia berlari keluar rumah. Aku takut kalau terjadi apa-apa, tadi ada permasalahan sedikit dengan Romi. Damar juga sudah saya suruh menyusulnya moga-moga bisa membujuk pulang Nindi. Sementara mama Romi bingung menelpon Bimo, anaknya menancapkan gas entah pergi kemana. Rasa muak, jijik melihat calon istrinya seperti telah ia muntahkan bersamaan dengan kata-kata putus hubungan dengan gadis itu.

Bimo yang mendengar kabar dari mama Romi langsung menancap motornya melaju arah yang diomongkan mama Romi. Padahal sebelum berangkat Bimo sudah pesan pada adiknya supaya ketempatnya Romi besok saja, tapi sudah jadi wataknya Nindi kalau mempunyai kemauan tidak ada yang bisa menghalangi.

Lara hati tak terobati...

Kemana langkah akan pergi..

Kidung cinta telah pergi menjauh...

Yang ada hanya impian cinta semu semata...

Apa ini takdirmu...

Sehingga mudahnya bilang pergi...

Muak rasanya hati ini...

Kepergian cinta takkan pernah kembali..

Atau malah ada didekat hati ini...

Nindi berlari dan terus berlari ingin menjauh dari laki-laki yang telah mencampakannya. Dirinya tidak tahu melangkah kemana, namun yang jelas pelariannya terhenti ketika dilihat jalanan sepi dan gelap. Di sebelah timur ada satu cahaya yang menerangi. Nindi mencoba menuju cahaya itu. Ternyata di sana ada 4 cowok dan satu perempuan.

Pikirannya menjadi tidak enak. Ada kejanggalan dalam rumah keremangan itu. Belum sempat lari ternyata satu laki-laki yang melihat Nindi langsung berlari dan menggeret lengan Nindi. Gadis itu menjerit sejadinya, rontaan untuk melepaskan genggaman dari laki-laki itu .

"Lepaskan, aku, tolong...!!" teriak gadis itu berkali-kali.

Dalam detik itu juga Nindi mencoba pasrah kepada yang Maha Hidup. Manusia ada dan tiada karena Allah.

"Ya Allah, Ya Rohman, Ya Rohim," dengan sekuat tenaga dicobanya untuk melepaskan genggaman pada tangan laki-laki itu. Namun apa daya tenaga seorang perempuan, ditambah lagi dengan munculnya orang kedua dan ketiga mulai menarik. Ada yang mencium pipi Nindi. Gadis itu mencoba berontak dan berontak tapi beberapa detik semua terasa gelap, gelap dan gelap.

" Ya Allah, lindungi aku" ucapnya dalam hatinya.

Udara malam semakin dingin. Jalanan sepi. Jam sudah menunjukkan pukul 02.10 menit. Hati pengendara yang ada dalam mobil itu sedikit lega sudah memasuki wilayah Magelang. Ketika mengambil arah jalan ke kiri supaya cepat sampai di tempat kontrakan, alangkah tercengangnya ketika mendapati sosok tubuh tergeletak tak berdaya di pinggir jalan. Rasa kemanusiaannya muncul, dengan segera laki-laki itu meminggirkan mobilnya dan keluar dari mobilnya

Alangkah kagetnya laki-laki itu dengan apa yang dilihatnya, pakaian wanita itu compang-camping tidak karuan dan sepertinya tidak asing dimatanya.

"Nindi, kenapa kamu?" suaranya tersekat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"YaAllah, biadab orang yang menghancurkanmu" teriak Fahri sambil mendekap perempuan tak perdaya itu. Perasaannya terkoyak, rasa kasih yang mendalam membuat laki-laki itu tidak segera mengambil tindakan. Beruntung ada bapak-bapak yang berhenti dan membantu dengan kondisi apa yang terjadi sehingga tidak berapa lama polisi dan ambulan berdatangan.

Ambulan membawa tubuh lemas Nindi, di sampingnya ada Fahri yang mendampingi dengan setia. Perasaan yang hampir tiga minggu diabaikan oleh perempuan yang tergolek di depannya ini kini menjadi semakin terkoyak-koyak dengan apa yang baru saja terjadi dan dilihatnya.

"Kenapa ini terjadi padamu?" batin Fahri seperti mencoba untuk mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang selalu bercokol dalam pikirannya.

Ruangan yang tenang dengan perlengkapan seperti tempat tidur bagi keluarga pasien. TV, kulkas kecil, AC, juga ada kursi dan meja menandakan ruangan yang ditempati termasuk yang VVIP. Fahri memang sengaja memilih ruangan rumah sakit yang nyaman supaya Nindi bisa beristirahat dengan tenang.

Nindi tergolek lemas tak berdaya. Selang infus terpasang pada tangan kanan gadis itu. Lebam-lebam terlihat pada wajahnya, sedikit perban di dagunya menghiasi wajahnya yang biru-biru. Kaki kirinya di pasang perban putih.


KETIKA HATI BICARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang