' Pukul 16.30 menit di suatu tempat di samping gedung di tempat parkir seorang laki-laki sepertinya menunggu seseorang. Laki-laki itu memakai topi supaya tidak terlihat oleh banyak orang. Keinginannya untuk bisa bertemu dengan Nindi, mantan anak didiknya bias terwujud.
Sengaja Fahri tidak masuk ke dalam gedung dimana ia kemarin bertemu dengan Nindi, dia tahu keluarnya gadis yang bekerja di Bank itu sekitar pukul 17.00 wib.
Di cari tempat yang nyaman sementara ia mencoba berputar-putar menanti pukul 17.00 tinggal beberapa menit. Orang itu tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk memulai suatu pembicaraan. Selang tidak lama beberapa karyawan Bank itu telah keluar gedung, belum terlihat Nindi muncul, tapi ia harus sabar dan sabar.
Tanpa disadari ketika kepalanya menoleh ke belakang, sosok Nindi yang tinggi semampai dengan menggunakan baju merah telah masuk ke dalam mobil diiringi pria tampan menutup pintu mobil.
Wajah Fahri seperti terbakar...dadanya bergemuruh berpacu dengan cepat, rasa penasaran semakin memuncak ketika mobil corolla grade melewati dirinya...
"Nindi tidak melihatku..." Batinnya sambil menutupi kepalanya dengan menggunakan topi yang dikenakan.
Orang sudah mulai lalu lalang, keramaian mulai kelihatan, laki-laki yang sudah terbakar api cemburu itu meninggalkan parkiran dengan laju kecepatan yang tinggi menerobos kendaraan yang mulai bersliweran. Kemarahan yang memancar pada wajahnya, keadilan yang dirasa tidak adil untuk hidupnya. Menikah dengan orang yang tidak dicintai bisa diterima kemudian pernikahan yang hampir lima tahun belum dikaruniai momongan sekarang ibu dan istrinya mengeluh supaya gimana bias memperoleh anak yang cepat.
"Adopsi anak.." ucap Fahri spontan dan sepertinya ibu dan Rahma mengamini.
Tapi sekarang pudar sudah keinginan mengadopsi anak setelah bertemu Nindi. Benang-benang kasih yang akan dirajutnya pudar sudah, kekecewaan yang barusan dilihatnya membuat hatinya marah pada dirinya sendiri.
Usianya sudah tidak muda lagi, kini umurnya yang sudah kepala tiga baru bisa merasakan yang namanya cinta, tapi kenapa orang yang dicintainya sudah ada yang punya.
"Apa aku tidak diijinkan untuk merasakan cinta? Persetan dengan semuanya..." Geram Fahri mempercepat laju motornya.
Sementara itu di sebuah mobil seorang gadis sempat berfikir tentang apa yang baru saja dia lihat, sosok Fahri berada di tempat parkir dengan memunggunginya seolah-olah tidak mau dilihat orang.
"Apa yang ia lakukan disana? Atau mungkin..." batinnya penasaran seolah-olah mencari jawaban yang masuk akal atas keberadaan Fahri yang seolah menghindar namun jawabannya tidak bisa terjawab.
Perasaan Nindi yang tidak nyaman terbaca jelas di mata Romi, kekasihnya. Ada raut muka panasaran dalam wajahnya, sesekali menengok ke belakang dan mengerutkan kening.
"Kau sedang mencari siapa, saying? Dari tadi aku lihat ada yang seperti kamu cari. Apa kita turun sebentar dan mencari apa yang kamu cari dulu? atau...." ucap Romi mengagetkan perasaan Nindi yang asik dengan sendirinya.
"Tidak, sepertinya aku tadi melihat teman SMAku dulu, tapi semoga saja aku salah orang karena di dunia ini banyak orang yang mempunyai hampir kesamaan fisik" bohong Nindi sembari meyakinkan Romi.
Dua minggu berlalu dengan cepat, tepatnya tanggal 12 Desember tempat tinggal Nindi begitu ramai, suasana nampak meriah, suara musik terdengar mengalun rancak dan suasana saling senda gurau begitu hidup, teman-teman Bimo berkumpul dalam rangka pengumpulan dana sosial untuk pantai asuhan di daerah Sleman utara.
Kebetulan Pambudi dan Sismiyati ada acara pernikahan di tempat saudaranya di Jakarta, tepatnya adiknya Pambudi jadi mereka harus kesana untuk tiga hari meninggalkan rumah. Mereka percaya dengan anak-anaknya yang sudah dewasa tentunya bisa mengurus apa-apa sendiri. Kegiatan memasak diserahkan kepada Nindi sementara kegiatan bersih-bersih diserahkan sama Bimo dan untuk kegiatan lain-lain bisa dirembug dan menyesuaikan keadaan. Untuk keuangan semua sepertinya tidak masalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA HATI BICARA
Ficción GeneralMempunyai seorang guru idola sudah biasa, tapi...jl ada murid yg jatuh cinta dng sang guru idola nya, apa tdk bertepuk sebelah tangan? Tentunya akan bertepuk sebelah tangan, apalagi umur yg terpaut jauh dan tingkat kedewasaan antara murid dan guru t...