Tiga minggu kemudian.
Tiga minggu berlalu begitu menyakitkan bagi Nindi. Perasaan hatinya untuk satu cinta yakni pernikahannya dengan Romi yang diuji. Kekasihnya tidak bisa dihubungi melalui handphonenya. Tidak ada dering sms yang masuk melalui hpnya apalagi suara. Tidak ada kata-kata terakhir yang membuat Nindi curiga sedikitpun terhadap Romi sehingga laki-laki itu meninggalkannya. Rasa bersalah atas kekeliruan cintanya terhadap masa lalunya sehingga membuat kekasihnya pergi tanpa sepatah kata. Bagaimanapun juga sosok Romi selalu mengisi hidupnya, selalu mengisi kisi-kisi hatinya yang sempat hampa ketika mendengar Fahri dikabarkan menikahi perempuan lain dan sosok Romilah penyemangat hidupnya.
Nindi akan menghilangkan semua perasaan masa lalunya. Gadis itu akan berusaha untuk menjadi calon istri yang baik bagi Romi. Apapun yang terjadi pertunangan sudah terjadi dan tinggal melangkah ke jenjang pernikahan.
"Ibu, aku sudah memikirkan panjang lebar tentang hubunganku dengan Romi, aku sudah ikhlas menikah dengannya" ucap Nindi ketika menemui ibunya akan tidur malam.
"Alhamdulillah, kamu sudah memutuskan kehidupanmu, anakku" balas ibunya sambil memeluk anak perempuannya.
"Aku ingin pernikahanku jangan terlalu lama, takutnya ada setan yang masuk dalam hubungan kami" lanjut Nindi lagi.
"Iya, anakku, kita akan rembugan dulu antar orang tua dulu" ucap Sismiyati sambil mencium kening anaknya.
Siangnya perasaan membawa Nindi untuk ke rumah Edo, dia teman kantornya Romi sekaligus temen dekatnya juga. Jika mempunyai masalah Romi sering curhat dengan Edo. Rumah Edo berada di daerah jalan Wates .
"Walau bagaimanapun juga, Mas Romi adalah calon suamiku. Masa lalu hanya masa lalu, tidak lebih suatu kenangan yang akan menjebakku. Aku harus meneguhkan hati menjalani dan menatap masa depan bersama Mas Romi. Akan aku tunjukkan kalau aku benar-benar menghormati dan menghargai keluarga besar kita. Apalagi kita telah menjalani pertunangan ini cukup lama. Mas, maafkan kekilafanku, aku akan menjadi istri yang solekhah untuk kehidupan kita" batin Nindi mengolah kejadian demi kejadian selama ini.
Perjalanan Magelang ke jalan Wates km enam satu jam lebih sedikit, tak membuat gadis itu kelelahan. Keinginannya untuk bisa memperoleh informasi tentang Romi mengalahkan segalanya.
"Kalau setahuku, Romi menerima promosi jabatan di Madiun. Apa kamu tidak diberitahu hal itu?" ucap Edo terdiam. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Edo pada dirinya karena memang laki-laki itu sudah diwanti-wanti sama Romi untuk tidak berbicara lebih banyak.
"Kalau dia memikirkan masa depan, dia akan mencariku, tapi kalau dia lebih mencintai masa lalunya, ya terserah kepada Nindi, aku sudah memberi jalan alternative. Aku tidak akan mengejarnya, biar dia punya sikap terhadap hubungan kami. Terserah hubungan kami mau dibawa kemana, yang jelas aku sudah memberi rambu-rambu untuk dia" itu ucapan Romi ketika berbicara dengan Edo yang mencoba melepaskan kegundahan hatinya pada diri Nindi.
Nindi bersilaturohim di rumah mamanya Romi. Yang membukakan pintu Damar. Ada perasaan aneh ketika memasuki ruang tamu atau mungkin perasaan Nindi saja yang aneh, karena sudah tiga minggu tidak ke rumah ini. Biasanya satu minggu minimal sekali kerumah ini dan semua masih seperti tiga minggu yang lalu. Bersih, rapi dan harum, tidak ada yang berubah.
"Sayang, kok baru sekarang kesininya? Mama kangen lo sama kamu" sapa mama Romi ketika yang datang Nindi. Diciuminya gadis itu, seperti ada yang hilang telah kembali.
"Kok gak kelihatan, Nak? Ibu kan sudah menganggap kamu seperti anak sendiri, jadi biasa saja, Romi juga sih yang mau menerima promosi jabatan di Madiun, padahalkan enak di sini deket orang tua dan kekasihnya" sapa mamanya Romi sambil mencium kening Nindi. Melihat perlakuan mama Romi, kelihatan sekali orang tua satunya ini tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap hubungan putranya dan dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/90855885-288-k975469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA HATI BICARA
General FictionMempunyai seorang guru idola sudah biasa, tapi...jl ada murid yg jatuh cinta dng sang guru idola nya, apa tdk bertepuk sebelah tangan? Tentunya akan bertepuk sebelah tangan, apalagi umur yg terpaut jauh dan tingkat kedewasaan antara murid dan guru t...