IKATAN YANG TIDAK DIHARAPKAN

76 1 0
                                    


Di dalam rumah dengan bangunan tinggi disampingnya banyak tanaman bunga terawat dengan indahnya. Tampak ada satu bangunan sangat luas dan diantara rumah yang lainnya, disamping rumah ada bangunan masjid yang megah, kapasitasnya bisa memuat seribuan orang mungkin lebih, kesibukan terasa begitu nyata. Orang keluar masuk memberi ucapan selamat kepada sepasang muda-mudi yang begitu cantik dan tampan. Yang lelaki menggunakan baju batik warna biru muda dengan menggunakan peci dipadu dengan celana biru tua menambah semakin tampan dan berwibawa. Yang perempuan mengenakan baju biru muda dipadu dengan jilbab yang unik menambah sangat cantik dan mempesona.

Dibalik itu semua sinar wajah Fahri yang selalu tersenyum tersimpan onak yang tak mungkin disembunyikan. Ada sebagian hatinya yang tidak menyetujui acara pertunangan malam ini. Ada sebagian hatinya yang menolaknya namun apa mau dikata, dia hanya seorang anak yang ingin berbakti kepada ibu tercintanya. Rasa Sayangnya pada ibunda tercinta bisa melebihi nyawanya sendiri.

"Surga ada di telapak kaki ibu" kalimat itu sudah memborgol hati dan pikirannya sehingga ia tidak bisa berbuat lebih banyak untuk kebahagiaan dirinya yang telah diserahkan untuk ibunya tercinta. Tak ada pilihan cinta untuknya kecuali keajaiban diberikan kepada Yang Maha Kuasa untuk kehidupannya atas dirinya yang bagaikan boneka.

Rahma merupakan gadis yang cantik, berumur 23 tahun yang baru saja diterima menjadi guru PNS SMP di Magelang. Sifatnya agak egois sehingga dia hanya mempunyai beberapa teman yang hanya cocok dengan hatinya.

Wajah Rahma menoleh tersipu malu menatap lelaki di sampingnya. Hati gadis itu sangat bahagia, rona merah memancar dalam auranya, harapan untuk bisa segera menikah dengan Fahri tinggal satu tahapan lagi.

Laki-laki idaman hatinya semasa SMP itu sebentar lagi akan menjadi suaminya. Sebuah SMP favorit di daerah Semarang dengan kapasitas siswa hampir 900. Seorang gadis belia sering kali mencuri pandang setiap kali ada anak laki-laki khususnya OSIS yang berkumpul akan mengadakan suatu kegiatan. Matanya tidak akan lepas dari sosok laki-laki tinggi kurus, yang selalu menggunakan topi biru tua kemana ia pergi. Sosok laki-laki itu merampas perhatian hatinya. Fahri Rahadian adalah cinta monyetnya waktu SMP ternyata Yang Maha Kuasa menjodohkan mereka yang sebentar lagi menjadi pasangan suami istri.

"Selamat ya, nak Fahri, nak Rahma, semoga dengan pertunangan ini kalian semakin lebih dekat dan tahu mengenal kepribadian pasangan kalian masing-masing...dan segera melangsungkan pernikahan, tidak usah menunggu waktu lama, nanti bisa menyesal" ucap seorang ibu yang wajahnya mirip dengan bundanya Fahri. Siapa lagi kalau bukan Bu de Ranti.

Wajah Bu de Ranti walau sudah tua tapi masih kelihatan cantik. Orang tidak akan mengira kalau usia Bu de Ranti sudah 65 tahun. Perempuan itulah yang menjodohkan Fahri dengan Rahma. Kebetulan Bu de Ranti sering mengikuti pengajian ke pondok ayahnya Rahma. Mungkin karena sudah terbiasa dan sudah akrab seperti keluarga sendiri. Cerita punya cerita atas usul Bu de Ranti ini Bu Fatmi menyetujui acara perjodohan itu.

"Gadis yang cantik dan anggun. Mungkin perempuan seperti inilah yang didambakan setiap orang tua untuk mendapatkan menantu yang solehah, berjilbab dan sama-sama sudah mapan, tapi kenapa hati ini tidak tergerak, kenapa hati ini tidak tergetar seperti yang dialami oleh orang-orang yang akan menjalani prosesi pernikahan, kenapa hati ini tidak sebahagia mereka-mereka yang melangsungkan pertunangan, kenapa hati ini beku?" batin Fahri menatap sekilas kepada Rahma, dirinya tak berdaya dengan perempuan yang berada di sampingnya yang selalu menebar senyum ke arah tamu-tamu yang menjabat tangan kepada mereka. Perasaannya begitu hampa.

"Apa aku akan menjadi boneka pajangan seperti ini di dalam kehidupanku sendiri? Oh Tuhan maafkanlah aku. Apalah daya diri ini. Semoga ibu memahami perasaanku, apapun bisa terjadi, tapi bagaimana dengan kebahagianku sendiri" batin Fahri mengiba kepada Yang Maha Kuasa.

Membujuk ibunya untuk membatalkan petunangan ini semudah membalikkan telapak tangan karena dirinya tahu betul siapa Bu Fatmi itu. Seorang ibu jika memang aku tidak menyukainya pasti pernikahan itu akan batal. seorang ibu yang tidak akan tega jika melihat anaknya tersakiti, tapi itu tidak akan ia lakukan. Karena memang ada orang ketiga yang ikut campur yakni Bu de Ranti yang selalu membujuk dan membujuk Bu Fatmi.

Senyum tanpa rasa

Memandang tanpa melihat

Berasa tanpa merasakan.

Tersakiti tanpa sakit.

Aku hanya berdiri mematung dan membatu...!!!

Jabatan tangan dan senyum formalitas hanya sebagai hiasan semata, kekakuan sel-sel tubuhnya tidak terelakan lagi, tapi apa mau dikata, Fahri hanyalah seorang anak laki-laki yang ingin berbakti kepada ibundanya.

Pernah terbesit dalam benaknya untuk melarikan diri tapi apa jadinya, keluarganya akan menanggung malu seumur hidup karena menjadi omongan tetangga. Ayah tercintanya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Wasiat ayahnya yang selalu teringat dalam otak dan hatinya.

"Bahagiakan ibumu Fahri" ucapan detik-detik terakhir ayahnya sebelum meninggalkan dunia ini yang akan selalu ia ingat dalam otaknya.

Lamunannya buyar ketika ada kilatan cahaya kamera membidik dirinya. Satu, dua, tiga, dari samping kiri, samping kanan.

"Oh, Tuhan. Kenapa aku ini? Maafkan hambamu ini? Aku belum menikah, masih ada waktu tiga bulan untuk mengenal calon istriku. Tapi apa aku bisa menikah dengan pilihan bunda? Apa aku melarikan diri atau mungkin aku menikah dengan pilihanku sendiri. Kalau pilihanku jatuh yang terakhir kemungkinan aku bisa berharap dengan ibuku, tapi siapa dia? Saat ini belum ada bayangan sosok gadis itu. Oh tidak, Tuhan" ratap Fahri dalam-dalam


KETIKA HATI BICARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang