Romi mencoba merebahkan tubuhnya di samping gadis itu tanpa menimbulkan bunyi takut membangunkannya kelihatan kekasihnya itu tertidur pulas. Dipandanginya langit-langit kamar Nindi, dinding dan terfokus pada foto mereka berdua waktu berada di pantai Sundak gunung kidul, cantik dan sangat serasi sekali.
Tuhan seandainya jodoh kami ada...
Satukanlah jiwa dan raga kami...
Satukanlah sel-sel kami...
Satukanlah sampai ajal menjemput kami kedalam liang yang sama...
Biarkan setan menggoda kami..
Biarkan jin-jin merayu kami...
Biarkan mahkluk lain iri pada kami
Tapi...hanya satu rasa sayang dan cinta kami tetap satu..
Tuhan...lindungilah kami...
Perasaan takut kehilangan dengan gadis yang sangat dicintainya membuat dia tak bisa tertidur semalaman. Entah kenapa perasaannya begitu tidak enak. Ada kejanggalan yang tidak seperti biasanya.
Nindi tiba-tiba terbangun dan memeluk tangan Romi, ada rasa menyesal dalam sikap gadis itu, Romi tahu apa yang diperbuat. Dia diam saja ketika isak tangis menetesi lengannya.
"Romi maafkan kesalahanku" ucap Nindi tersedu
"Tidak ada yang salah. Aku yang bersalah. Sekarang sudah jam enam kamu lekas mandi dan siap-siap untuk promosi jabatan baru, ya, selamat buat kekasihku, calon mama buat anak-anakku" ucap Romi mengecup kening Nindi, padahal keduanya masih sama-sama sembab oleh air mata. Entah air mata penyesalan buat Nindi dan air mata doa pengharapan buat Romi.
Jabatan tangan dan ucapan mengalir dari teman-teman kantornya, ada juga beberapa teman yang tidak menyukai dengan promosi yang ia dapatkan. Itu dianggap wajar saja bagi Nindi karena memang mereka mempunyai pikiran negative tentang jabatan barunya ini.
"Dia kan dekat sama bos, jadi ya mudah saja untuk memperoleh jabatan ini" bisik salah satu temannya yang tidak suka atas yang didapat gadis itu.
"Biar mereka bicara apa, yang penting aku berjalan dengan benar" batin Nindi ketika mendengar ada gossip mengenai dirinya.
Kepala gadis itu agak pusing karena semalam memang kurang tidur, tidak masalah yang penting menjaga profesionalisme di antara teman-temannya terutama pimpinan. Dengan keprofesionalisme Nindi ini yang perlu diacungi jempol. Melayani nasabah dengan baik bahkan bak raja, itu yang membuat Nindi ada nilai plus di mata pimpinan. Senyum ramah yang keluar dari hati dan tingkah laku yang menyenangkan itu bisa jadi modal Nindi.
Tiba-tiba nada getar sms masuk ke hp Nindi,
"Aku menunggumu di parkiran bawah., kita cari makan di luar sambil istirahat, aku ingin merayakan atas promosi jabatannya bersama kekasihku" sms dari Romi dibaca di sela-sela jabatan tangan dari teman-temannya.
"Bukannya sekarang dia bekerja? Tapi kenapa ada di sini?" batin Nindi heran dengan keberadaan Romi yang harusnya di Yogya.
Nindi mendapati mobil Romi. Cowok itu sudah menunggunya sambil membaca Koran.
"Hai, Mas, kok sudah nyampe sini?" ucap Nindi dengan Heran.
"Tidak suka, ya? Aku ada pekerjaan di cabang sini makanya aku sekalian mampir dan ingin mengucapkan selamat atas jabatan barunya. Ya, sekalian ini sudah waktunya makan siang, kan?" ucap Romi sambil tersenyum tipis pada calon istrinya itu.
Berputar dan berputar mencari tempat makan yang tidak begitu bising namun nyaman untuk duduk dan bercerita sambil melihat pepohonan yang begitu asri dan tanaman padi membentang luas membuat fikiran plong. Akhirnya mendapatkan tempat juga di daerah agak pinggiran kota tapi kelihatan nyaman dan Asri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA HATI BICARA
General FictionMempunyai seorang guru idola sudah biasa, tapi...jl ada murid yg jatuh cinta dng sang guru idola nya, apa tdk bertepuk sebelah tangan? Tentunya akan bertepuk sebelah tangan, apalagi umur yg terpaut jauh dan tingkat kedewasaan antara murid dan guru t...