DI RUMAH SAKIT

66 0 0
                                        

Sismiyati dan Pambudi tergopoh-gopoh memasuki lorong rumah sakit mencari dimana anak gadisnya dirawat. Orang tua itu diberitahu polisi kalau anaknya sekarang berada di rumah sakit akibat penganiyaan orang tidak dikenal.

Pambudi mencoba membuka pintu rumah sakit dengan perlahan. Penglihatan kedua orang tua itu terfokus pada sosok laki-laki yang duduk di sebelah pembaringan anak gadisnya. Sosok laki-laki yang tidak asing bagi Sismiyati. Sosok laki-laki yang dicoba untuk dijauhkan dari anaknya.

"Tapi kenapa dia ada disini?" batin Sismiyati mendekati pembarinngan anaknya.

"Maaf, Pak, Ibu, silahkan?" ucap Fahri ketika melihat orang tua itu agak kagok.

Tak kuasa melihat anak gadis kesayangnnya tergolek tak berdaya. Perempuan itu meneteskan air mata. Sismiyati mendekati putrinya, buliran air mata menetes di kedua pipinya. Dicoba diraih tangan anak itu, biru lebam dimana-mana.

"Maaf, Bapak dan Ibu, tadi saya menemukan Nindi pingsan berada dipinggir jalan tidak sadarkan diri, saya rasa dia korban penganiyaan orang yang tidak bertanggung jawab,"

"Terima kasih, Nak, saya tidak bisa membalas budimu" ucap Pambudi sembari menjabat lengan Fahri.

"Jangan bilang begitu, Pak" balas Fahri sekenanya.

Sismiyati membelai wajah putrinya yang lebam-lebam. Tampak wajahnya sangat menyedihkan. Tiba-tiba tangan Nindi bergerak.

"Ibu..." Nindi tersadar, mendapati Sismiyati di sampingnya dan berurai air mata.

"Kenapa dengan aku?" gadis itu masih belum sepenuhnya sadar. Dilihatnya ayah, ibu, Bimo dan Fahri.

"Kenapa ada Mas Fahri?" ucapnya ketika melihat sosok Fahri di sampingnya.

"Istirahat dulu, jangan banyak berfikir" potong Fahri mencoba menenangkan.

Gadis itu merasakan sendi-sendi tubuh seperti mau lepas. Sakit luar biasa, apalagi kalau digerakkan.

"Sudah, jangan banyak bergerak dulu, kamu akan menjalani perawatan dengan baik" ucap Fahri meyakinkan pujaan hatinya dengan memegang tangan gadis itu. Seakan seperti ingin merasakan apa yang dirasakan gadis itu.

Kalau dipikir seharusnya Fahri membenci Nindi. Bagaimana tidak? Dia telah membuang no hp yang telah diberikan pada laki-laki itu. Itu berarti dirinya juga membuang jauh-jauh angan untuk selalu dekat dengan laki-laki ini, tapi kenapa sekarang dia ada di sini?

Sismiyati dan Pambudi hanya memperhatikan sikap Fahri yang kelihatan sangat menyayangi putrimereka sebagaimana seorang kekasih. Perempuan setengah baya itu terdiam dan tidak banyak cakap.

Bimo sudah berada di ruangan rumah sakit. Ada rasa bersalah yang teramat sangat terhadap Nindi, apalagi berulang kali ucapan terima kasih diucapkan pada Fahri.

Tiba-tiba air mata gadis itu menetes di pipinya. Kekasihnya, Romi telah mencampakkannya. Isak tangis kembali berurai. Ada perasaan sakit menyayat-nyayat hatinya.

"Seburuk, senista itukah aku, Ibu, di mata Romi? Aku sudah dicampakkan begitu saja. Aku sudah tidak ada gunanya lagi, buat apa aku hidup?" isak Nindi sejadinya. Air matanya mengalir dengan deras. Dipeluknya Sismiyati dengan kuat. Seperti tidak mau lepas dalam pelukan ibunya. Dulu ketika masih kecil dia selalu disayang dan dimanja oleh orang-orang sekitarnya, tapi sekarang orang yang dikasihi mencampakkannya.

Pambudi, Bimo dan Fahri saling pandang dan berusaha untuk menenangkan anak gadisnya yang histeris.

Fahri mencoba mendengarkan apa yang baru diucapkan Nindi dapat mengambil kesimpulan.

KETIKA HATI BICARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang