Kau Adalah Pengantinku

3.1K 291 78
                                    

Victor membelalak. Ia tak menyangka kekasihnya nekat melakukan hal demikian. Namun senyum senang jelas tercetak di wajah tampan tersebut.

"Arigato Yuri. Kau yang terbaik. Selalu," ucap Victor seraya mengusap bibir Yuri menggunakan ibu jari.

Tak ada kata cinta secara frontal. Karena bagi Victor... dan pastinya Yuri pula, mereka tidak membutuhkan ucapan cinta secara gamblang. Karena perbuatan dan kalimat lainnya telah mampu menggantikan kata cinta itu sendiri.

Victor tak menyangka ukenya sanggup memberikan aksi kejutan untuknya. Hatinya mengembang sempurna. Ia makin menginginkan Yuri hanya untuknya saja. Seutuhnya. Selamanya.

Mengetahui perjalanan masih lama, Victor pun menawarkan mereka kembali tidur. Meski pasti agak sulit jika sudah terbangun. Tapi mau bagaimana lagi?

"Bisakah kau terpejam, Yuri?" tanyanya ketika dilihat sang megane duduk gelisah mencoba tidur.

"Apa kau ingin mengobrol atau nonton film?"

Memang benar jika sejak tadi Yuri duduk gelisah. Tidur lagi setelah terbangun? Rasanya sulit. Apalagi ia juga sudah tertidur beberapa jam dalam penerbangan kali ini.

''Ada film yang menarik?'' tanya Yuri seraya menoleh ke arah sang kekasih. Mengobrol memang saran yang bagus, tapi keduanya juga harus punya topik pembahasan, kan?

Jangan tanya kenapa tadi Yuri nekat mengecup bibir Victor. Jujur saja ... itu tadi hanya tindakan refleks semata. Terlebih ia juga tak tega melihat tampang berharap seorang Victor Nikiforov--bahkan senyum masygul terkesan kecewa itu.

Ia lirik Victor diam-diam. Terlihat bahagia. Bagus! Yuri lega juga akhirnya. Ternyata satu kecupan sampai berefek sebesar ini.

Tentu saja, Yuri. Tak sadarkah jika kau memberikan kejutan pada orang yang sering memberikan kejutan itu sendiri? Sekarang, kau bahkan juga mampu melakukannya, lho!

Dan ini belum seberapa jika dibandingkan hal kedepannya.

"Film?" Victor menaikkan alis. "Coba kita lihat koleksi film yang dimiliki pesawat ini apa saja..."

Victor pun segera menekan beberapa tombol di layar LCD yang disematkan di jok kursi depannya untuk menonton film, atau bermain game.

"Humm, lumayan banyak film yang tersedia, Yuri. Kau ingin yang seperti apa? Film Jepang? Korea? Amerika?" ucapnya seraya sematkan headset pada satu telinganya dan satu telinga Yuri.

Yuri sendiri menerima sebelah earphone, lalu menyematkan di telinga kanannya. ''Terserah Victor saja,'' sahutnya. Sudah hal wajar jika Yuri selalu menyerahkan pilihan pada orang lain. Ia bukan tipe pria pemilih, sih.

Ini merupakan penerbangan pertama mereka berdua, untuk melakukan misi suci, menikah.

Victor sudah menghubungi temannya di Amsterdam dan meminta dibantu disiapkan jas dan juga gereja serta pendetanya.

Ada enaknya juga jadi orang terkenal dan banyak kolega di seantero dunia.

Jangan dikira temannya tidak super kaget sewaktu dihubungi Victor mengenai rencananya. Bahkan sang teman tak sabar ingin melihat mempelai seorang Victor Nikiforov. Seseorang yang begitu hebatnya hingga bisa menyeret Rusia clueless ini ke meja altar nantinya.

Selama penerbangan berlangsung, Yuri cukup fokus menonton film yang dipilhkan Victor. Film Jepang, sesuai negara asal muasal Yuri sendiri.

Tangan keduanya saling menggenggam tanpa sadar kemudian mengerat perlahan. Pipi Yuri merona kala menyadari hal demikian. Ia begitu merasa dicintai. Dibutuhkan. Diakui.

Eternal Katsudon (Man x Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang