"Mari Kita Selesaikan Semuanya..."

2.1K 266 61
                                    

Jika saja Yuri tak punya urat kesabaran seperti Yurio, tentunya wanita angkuh ini akan mendapat semburan pedas. Kau beruntung, nona Jenny. Setidaknya tidak dipermalukan di depan idola sendiri.

Well, ralat sedikit. Orang payah ini bahkan sudah berhasil menjerat Victor dengan pesona biasanya. Tahu itu? Tentunya tidak karena itu akan dirahasiakan.

''Aku akan buatkan minuman untuk kalian sebentar. Permisi.'' Dengan gaya bak seorang pelayan, Yuri pamit untuk ke dapur. Ia sempat bertemu Macca, mengelus bulu pudel itu sebentar baru melanjutkan langkahnya.

'Orang payah ya?' Pria Katsuki speecless, mengerjap-ngerjap, kemudian melirik kaca jendela yang memantulkan sosoknya.

Hmmm....

.
.
.
.
.

Setelah beberapa menit, Yuri kembali dengan nampan di tangan. Biasanya kalau di tempatnya, teh panas menjadi pilihan untuk menjamu tamu.

''Jika menganggu, aku akan pergi.''

Dan ... seperti biasa, Yuri selalu dibenci seperti halnya Zoku membencinya. Apa ada yang salah, ya dari diri Yuri? Feromon keterbalikan dari Victor Nikiforov?

Lihat, lihat! Bagaimana tatapan Jenny pada Yuri. Sama halnya dengan tatapan Zoku yang terarah padanya. Ini seperti ....

De ja vu. Why?

"Ya, kau lebih baik pergi, pelayan. Karena aku hanya butuh Victor saja," sang gadis mengibaskan rambut menggunakan satu tangannya dengan gaya segemulai mungkin.

"Kenapa Yuri tak boleh duduk bersama kita, Jen?" Victor memberikan raut heran.

"Kyaaa!" Jenny malah makin menempel ke mantan artis Rusia itu di sofa ketika mereka telah duduk. "Rasanya sangat spesial jika kau memanggil namaku, Vic. Unnnhh, boleh kan aku memanggilmu Vic?"

"Errrr... silahkan saja, sih," sahut Victor tanpa beringsut menjauh dari tempelan Jenny. Yah dia kan sudah biasa dibegitukan oleh fans, jadi sudah kebal, tanpa risih sama sekali.

Yuri, kau tak cemburu, kan? Maklum saja ya, dia ini mantan pesohor, selebritis kelas dunia! Kau harus siapkan batinmu, Yuri.

"Kau belum menjawabku, Jen," tagih Victor.

"Ohh come on, Vic... aku datang dari benua lain untuk menemuimu, bukan menemui pelayanmu. Jadi wajar saja kalau aku ingin dia tak mengganggu kebersamaan kita, ya kan?" ucap Jenny terang-terangan.

Well, sudah kebiasaan orang Amerika untuk bicara apa adanya tanpa basa basi, ya kan?

"Tapi aku suka kalau ada Yuri," kilah Victor tak mau kalah. Tentu juga dibarengi wajah inosens. "Yuri, duduklah bersama kami," ia memanggil Yuri sebelum pria katsudon itu benar-benar menghilang dari ruangan.

Jenny segera saja memasang wajah kesal.

Dan Yuri pun menjadi sasaran tatapan benci tanpa alasan Jenny. Seakan Jenny ingin bilang, 'sana pergi saja! Jangan ganggu kami!'

Yuri hanya mengangguk meski sebenarnya merasa segan. Bukan segan yang itu, namun lebih ke ... haruskah aku duduk sedang ada gadis yang menatapku benci?

Ya, ya, anggap saja begitu. Apa Victor tak merasakan hawa satu itu? Terlalu innosenkah sampai pria itu tega membiarkan kekasihnya harus menderita bathin?

Jahat sekali. Ah! Dua kali, kau tahu itu. Satunya lagi belum teratasi secara sempurna. Siapa lagi kalau bukan Zoku.

Tekanan. Tekanan. Rasa itu semakin menguat kala Jenny semakin merepet sambil mengobrol ringan dengan Victor, berusaha agar sang Rusia mengabaikan 'pelayan'nya.

Eternal Katsudon (Man x Man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang