Yuk simak diskusi ringan kami tentang kepenulisan puisi. Apakah menulis puisi harus sesuai EBI? Karena banyak pembaca yang salah kaprah tentang kewajiban bahasa baku pada puisi dan juga tanda bacanya.
Ini penjelasannya:
❤❤❤❤❤
Dalam penulisan puisi, EBI menjelaskan ada pengecualian. Pada beberapa sajak atau puisi "Si Binatang Jalang", diungkapkan ada salah 'tik.
Sekali lagi, pada dasarnya Puisi itu penyampaian secara implisit, lalu Prosa itu ekplisit.
Lalu, penerapannya di kemudian hari menjadi berubah, itu hak penulis.
Karena, sifat manifestasi karya itu dinamis.
Kecuali, penulisan untuk Karil, atau Novel (cerpan).EBI punya standard untuk penulisannya.
Gak usah pusing-pusing soal penulisan pada puisi.
Misal, kata 'kaji' yang dapat imbuhan me-, tentu bisa dituliskan "mengaji"
Tapi pada praktiknya dalam penulisan untuk puisi, ditulis 'ngaji' aja juga sah.Mana yang benar hembus atau embus
Soal EYD/EBI ya?
Aku pernah digituin waktu post tulisan di Sosmed sebelah (Storial.co) 😅😆Tulisanku 'nafas' dikomenin salah, katanya nggak baku. 😆
Aku pernah disalahin tanda baca yang menaruh titik di awal kalimat tapi aku tdk tanggapi tuh orang karena mls debat kusir. Itu di KBM di fb group milik Asma Nadia
Soal EYD/EBI ya?
Aku pernah digituin waktu post tulisan di Sosmed sebelah (Storial.co) 😅😆Tulisanku 'nafas' dikomenin salah, katanya nggak baku. 😆
Menurut kamus dewan bahasa melayu kata napas ga ada, tapi nafas.
Nah, aku mau bahas deh, sekedar spoiler
Pada karya Chairil, yang berjudul "Penghidupan"
Ada Chairil menulis 'mukul' dan 'nguji'Aku sederhanain aja deh, buat pengetahuan.
Nilai kritik sastra di Indonesia itu masih simpang siur kalo menurut aku.
Jadi, untuk melihat EBI, kita perlu lihat konteksnya.Aku pernah ambil serapan langsung dari bahasa Inggris malahan
Nina bobo (lagu tidur) dalam bahasa Inggris, idiomnya adalah 'lullabies'.
Tapi aku langsung tulis lullabi dan lihat aja judul puisiku 'Teruna'.
Kata itu gak ada dalam KBBI, dalam bahasa melayu ada.
Naahhh, artinya pemuda 'kan, Pak Chik?
Kalo pake diksi arkais, menurutku masih patuh dengan KBBI.
Tapi banyak aku lawan KBBI.
Karena, KBBI itu kamus yg paling dinamis menurut akuNanti bakal aku kasih beberapa sajak Chairil yang susah diterima nalar EBI.
Dalam DBP bukan kata baru tapi baharu.
Teruna Pembaharu itu kayak judul melayu.Nah, bahkan seorang Najwa Shihab sering menggunakan kata 'Pembaharu' dalam sajaknya.
Nah, soal 'napas' dan 'izin' yaa?
Yang aku tulis itu bentuk baku dalam KBBI, yang digunakan pada narasi, di sini kaitannya untuk cerpen/cerbung.
Tapi, kalo 'nafas' ditulis dalam dialog, itu sah
Atau 'ijin', ditulis dalam dialog juga sah
Karena, kaitannya dengan pelafalan.Aku ambil contoh lagi, andai dalam novel diperankan seorang tokoh (maaf) kearab-araban, maka sudah dipastikan agak sulit mengucap kata yg memiliki huruf 'p'
Begitu juga dengan tokoh misal sunda atau betawi.
Jadi, penulisan tak baku pun penting untuk penggambaran tokoh.Jaman jadi gpp lah bukan zaman ikut pelafalan?
Gak apa-apa bang, kalau itu penulisan puisi.Yang kita pusingkan dalam puisi itu kan ketentuan rima, ataupun penentuan jumlah bait dan larik
Logikanya gini, dalam KBBI saja banyak kata tak baku yang tertulis.
Kalo kata dalam KBBI itu ada kemudian disalahkan, saya rasa itu kebangetan.Para sastrawan kemudian sepakat, untuk penulisan tak baku, diperbolehkan dalam dialog. Alasan sederhananya, untuk menghidupkan tokoh.
Ini aku ambilkan sajak Chairil Anwar:
KAMU SEDANG MEMBACA
Materi Dan Kelas Belajar GBSpirit
Não FicçãoKumpulan materi puisi dan hasil diskusi di kelas. Semoga bermanfaat. Salam #spiritpuitik Cover by: eruchi_chan