Hasil Diskusi Tanggal 1 November 2017. Materinya bisa dilihat di part 22 dengan judul yang sama.
Tema : Penyimpangan Bahasa
Dalam Puisi
Pemateri : DimasAlbiyan ( Pemateri dari
GBSpirit)Moderator : Arielladaliana
Sesi Tanya Jawab:
___________________Q1. Nama: Winda
Pertanyaan:
1. Ka Dimas Albiyan aku mau tanya. Gak semua penyimpangan bahasa yang ditulis sama penyairnya itu bisa dipahami maknanya. Jadi kadang gak ngerti apa yang dimaksud penyair itu, tapi cuma bisa dinimati aja keindahan bunyinya. Jadi gimana itu Kak?A1. Bagi saya tidak masalah seandainya sebuah puisi hanya bisa dinikmati bunyinya.
Mengutip Sapardi Djoko Damono. Kata beliau, puisi itu adalah bunyi.
Kita juga bisa merujuk pada puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri.
Misalnya puisinya yang berjudul Tragedi Sihka dan Winka.
Puisi itu topografinya berbentuk zig-zag
Yang berisi:
Sih Ka sih Ka sih Ka Win Ka Win ka.
Intinya bagi saya tidak masalah jika puisi hanya bisa dinikmati bunyinya.Q2. Nama: Alifsa
Pertanyaan:
1.Oh, berarti penyimpangan bahasa di sini diperbolehkan dong kak? Dan untuk periode sastra sekarang ada gak kak penyimpangan seperti ituA2: Iya penyimpangan bahasa dalam Puisi itu sah-sah saja, selama kita sebagai penulis mempunyai alasan yang kuat untuk melakukannya. Jadi tidak sekedar bermain-main asal aneh saja ya.
Semua penyimpangan yang kita lakukan harus sebagai upaya membangun keutuhan puisi.Untuk periode sekarang pun masih banyak penyair yang melakukan penyimpangan bahasa sebagai"jurus" untuk memperkuat daya puisinya.
Teman-teman bisa melihat di note yang bagian terakhir.
Itu saya kutipkan puisi F Aziz Manna yang berjudul playon.
Dia melakukan penyimpangan sintaksis dan tanda baca, seperti tidak menggunakan huruf kapital setelah titik.
Ia juga kerap menggunakan penyimpangan dialek. Menggunakan bahasa daerah asalnya, Jawa.Q3. Nama: Ifa
Pertanyaan:
1. Kak saya mau tanya, saya kurang paham dengan penggunaan register, bisa berikan contoh?A3:
Di dingin terminal
Sunyi menyanyi.
Tak ada bayangmu kali ini
Di antara trotoar yang bisu
Di sela-sela angkutan kota yang lelah memburu sewa
Tak ada bayangmu
Di kota yang riuh ini
Dalam contoh di atas terdapat kata "sewa"
Namun dalam konteks tersebut sewa yang dimaksud bukan merujuk kepada istilah sewa yang seperti di kamus.
Istilah "sewa" merujuk pada penumpang angkot.Q4. Nama: Sabila Fauziya F
Pertanyaan:
1. Penyimpangan bahasa kan untuk memperkuat makna puisi, sebenarnya dalam tata cara penulisan puisi hal tersebut sebenarnya menyalahi aturan gak kak?2. Kalo setiap penyair punya alasan yang kuat untuk membangun keutuhan puisinya walaupun selalu menyalahi tata cara menulis puisi dan kita mengabaikannya, lalu untuk apa aturan menulis itu dibuat? Bukankah tak perlu adanya aturan jika menulis itu memang sebuah kebebasan seseorang berekspresi?
A4:
1. Dalam puisi memang seringkali penyair mengabaikan kaidah berbahasa.
Itu tidak masalah, selama ia punya alasan yang kuat, agar penggunaan penyimpangan bahasa itu efektif dan mampu membangun keutuhan puisi.
Jadi tidak menyalahi aturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Materi Dan Kelas Belajar GBSpirit
Non-FictionKumpulan materi puisi dan hasil diskusi di kelas. Semoga bermanfaat. Salam #spiritpuitik Cover by: eruchi_chan