Jilid I - He bought me

10.6K 1.1K 89
                                    

[versi remake ]

[versi remake ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....

Gelapnya ruangan ini menjadi awal dari sebuah petaka yang mereka janjikan untukku. Aku nyaris terlelap namun bising pertengkaran dari arah lain membuatku urung tertidur.

Napas yang terasa sesak mulai menyulitkanku bertahan, tubuhku sudah sangat lemas untuk mencari tahu keadaan bising di luar. Aku hanya mampu meringkuk di lantai kotor ini sembari mendengar samar-samar suara pertengkaran.

Yang pasti, yang tengah kurasakan saat ini. Aku sangat ingin mati.

Baru saja aku ingin memejamkan mata lagi, langkah seseorang mendekat ke arahku setelah bunyi dencitan pintu terbuka. Bahu kiriku diguncangnya dua kali hingga aku melihat ke arahnya dari sudut mata yang mulai kabur. Seseorang berdiri dengan sepatu hitam dan setelan jaket jeans usang. Orang itu tidak asing dalam ingatanku. Berpawakan gemuk, dan lagi-lagi aroma alkohol menguar dari tubuhnya.

Belum puas membangunkanku dengan guncangan pada bahu tadi. Kini dengan amarah yang tersulut. Kaki tadi kembali menghantam perutku. Beberapa kali sampai aku tersungkur ke belakang dan terbatuk. Tendangan tadi pun membawa kesadaranku tak beranjak lebih jauh, terkumpul dan membawa detak dalam jantungku kembali berpacu.

Hingga sebuah tangan menarikku yang tergolek pasrah, mendudukkanku pada lantai keramik dingin. Dan tanpa belas kasih sayang, kurasa rambutku sudah tanggal dari kepala karena jambakkannya.

Byurr....

Kenapa dia tidak langsung membunuhku saja? Kenapa justru menyiksaku?

"Paman." Kataku setelah terbatuk. Aku tersedak air itu. Air yang terasa masuk ke dalam hidungku. Sangat perih. Sama perihnya dengan luka-luka di wajah dan tubuh ini.

"Aish!"

Lambat laun, kubuka mata dengan air tipis yang menggembun di bulu mataku-sisa siraman air tadi. Dan dengan sinar seadanya, aku memfokuskan irisku untuk melihat wajahnya.

"Paman."

"Kapan aku menyuruhmu tidur!" katanya tajam, setajam perilakunya. Dia menjambakku sekali lagi, lalu menghempaskanku pada lantai lembab yang kotor. Lantai bercampur debu, darah, sampah dan hal menjijikkan lainnya. Atau berlebihan aku menganggap ini sebuah kamar. Ini seperti gudang sampah.

"Paman."

Kutatap wajah itu, dan perlahan keberanian mengusirku semakin dalam. Nyatanya aku masih takut terhadapnya. Bukan tentang kematian. Aku sangat senang jika dia membunuhku sekarang juga. Tapi aku sangat takut jika dia kembali menjualku pada lelaki-lelaki di luar sana.

Aku ingin pergi tapi ke mana? Berulang kali aku memilih untuk kabur dan bersembunyi setelah dia menjualku, tapi Paman selalu berhasil mendapatkanku dan menemukanku lagi. Aku selalu menemui jalan buntu yang kembali membawaku pada tempat penyiksaan ini, rumah paman yang tak lain dan tak bukan adalah nerakaku.

Body Paid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang