Jilid XI -

1.3K 187 31
                                    

NC

"Kau pernah makan ini?"

Hana tidak tahu kapan Jung Kook menyiapkan semua yang ada di hadapannya saat ini. Meja dan dua kursi. Kompor listrik kecil, wadah untuk memasak mie dan beberapa botol soju lengkap dengan alat makan dan minum.

"Pamanku sering memberiku mie." Hana menjawab.

Jung Kook mengangkat wajahnya, melihat ke arah Hana yang kini fokus pada air mie yang mendidih.

"Kenapa kau tinggal bersama pamanmu?"

Hana tak mengalihkan pandangan. Bibirnya tetap mengatup. Meski sebenarnya kini kepala itu tengah mengulang seluruh adegan yang dia dapat bersama Paman dan Bibinya. Dan untuk mengatakannya pada Jung Kook. Entah mengapa sangat sulit. Rasanya membicarakan semua itu membuatnya terluka kembali.

"Di mana orang tuamu?"

Hana melirik sekilas pada Jung Kook yang duduk di hadapannya. Memegangi gunting untuk membuka bungkus bumbu dan menuangkannya di rebusan mie.

"Tidak tahu."

Jung Kook paham sampai sana, dan memutuskan untuk berhenti menanyakan hal-hal sensitif lagi pada Hana.

"Kenapa beberapa hari yang lalu kau tidak terlihat?" suara yang teramat lirih dan halus itu membuat Jung Koook berpikir lama untuk menjawabnya. Tapi lekas member Hana senyum kecil.

"Di club ada beberapa masalah, aku dan Tae Hyung harus cepat menanganinya. Kenapa? Apa kau merindukanku?" canda Jung Kook. Hana tersenyum kecil. Dan menggeleng.

"Makanlah. Turunkan Kucingmu. Dia tidak akan lari."

Hana ragu sesaat, tapi menuruti perkataan Jung Kook. Menerima semangkuk mie yang sudah matang. "Mocha-ya, sebentar ya."

"Namanya Mocha?"

"Eum. Mocha."

"Nama yang lucu. Sama sepertimu." Jung Kook terus-terusan memberi Hana senyuman. Padahal bagi Hana senyum Jung Kook selalu mampu melemahkannya.

Mereka kini di halaman belakang rumah, tempat Hana pagi tadi melihat banyak tanaman dan bunga segar. Udara yang lumayan dingin membuat napas Hana terlihat.

Hana bahkan masih melihat para penjaga yang berdiri di beberapa sudut rumah. Bangunan dua lantai ini memang sangat megah dan mewah, juga memiliki pekarangan yang luas. Di setiap sudut di bagian atas, Hana selalu melihat beberapa benda terpasang. Sama seperti yang ada di kamarnya. Kamera pengawas.

"Usiamu 20 tahun?" Jung Kook kembali bersuara. Hana mengangguk dan mencoba memakan mie dari Jung Kook.

"Aku 28."

Hana menangguk tanpa bersuara. Sesekali dia melihat ke arah lain. Memandang di sekitar dirinya berada. Dan kembali beralih memandang Jung Kook. Lelaki itu mengenakan kemeja putih saja yang lengan kemejanya di lipat se siku.

"Aku bersama Tae Hyung sejak 5 tahun yang lalu. Saat itu, Ki Raa sama sepertimu. Bibinya seorang madam yang menyewakan para wanita penghibur. Dan Tae Hyung malam itu membuat segalanya berantakan." Ada tawa kecil di ujung kalimat Jung Kook. Membuat Hana terdiam. Tampak jelas jika Jung Kook menyimpan masa lalunya yang menyakitkan.

"Ki Raa yang saat itu jadi kekasihku tiba-tiba memutuskan hubungan denganku setelah mengenal Tae Hyung. Kau tahu Tae Hyung adalah lelaki yang suka bermain dengan banyak wanita? Mereka saling menggoda, dan Tae Hyung membawa Ki Raa ke rumah ini."

Bahkan mie di mangkuk itu tak tersentuh oleh Jung Kook. Justru lelaki itu memilih soju. Dan Hana masih menjadi pendengar yang setia saat Jung Kook menceritakan sebagian kecil masa lalunya.

Body Paid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang