Jilid XXI - Pendonor

1K 133 25
                                    

.

Hana dibuat gelisah sejak bangun tadi sampai sekarang. Dia tak mendapati Tae Hyung di sisinya. Dan perawat Choi tak kunjung memberitahu keberadaan lelaki itu, dunianya seolah kembali seperti beberapa hari lalu, kosong. Gips di kakinya sudah di buka, namun tidak dengan kain yang menutup kedua matanya, itu yang ia sesali. Dia tidak bisa mencari Tae Hyung atau pergi dari tempat ini.

"Hana."

"Tae?"

"Aku Jung Kook."

Hatinya teriris seiring darahnya yang terasa mendesir, suara lelaki yang disangkanya Tae Hyung tapi ternyata bukan. Dua langkah terdengar mendekatinya. Dia masih duduk dari pagi tadi sampai malam. Hana sudah menghitung berapa banyak hujan turun hari ini. Meski dirinya tidak tahu sekarang jam berapa dan apakah hari sudah berganti. Tapi tak ada tanda-tanda Tae Hyung datang.

"Bagaimana keadaanmu? Aku datang dengan Ki Raa."

Hana merasakan tangannya di sentuh dengan lembut. Dia tahu itu Ki Raa. Aroma wangi dari wanita itu kini mulai menyebar di ruangan.

"Hana, kau masih ingat aku kan?"

Wanita itu mengusap pipinya, Hana yakin Ki Raa masih sama cantiknya dengan terakhir mereka bertemu. Sayangnya, kini dia tidak bisa melihat secara langsung.

"Hana, aku punya kabar baik."

Dengan perlahan, Ki Raa mengalihkan tangan Hana tepat ke perutnya. "Aku hamil." katanya sesaat. Hana hanya mengulas senyum simpul. Pikirannya merangkai hal-hal mulai tak karuan. Kata hamil dari Ki Raa justru membuat beberapa ingatan di kepalanya mencuat dan berputar berantakan.

"Aku akan menikah dengan Jung Kook. Jika kau sudah sehat, kau harus datang ya." Ki Raa terus bersuara dengan semangat. Hana sama sekali tak bersuara selain memberikan senyum-senyum kecil.

Gadis itu semakin bergetar saat suara desah Wooyoung berklamufase dengan suara jeritan serta tangisan Hana sendiri pada hari itu. Dadanya sesak, tapi keberadaan Ki Raa dan Jung Kook yang mulai panik memanggil namanya di sana sama sekali tak terdengar oleh Hana. 

Penglihatannya yang gelap, kilas memori saat Wooyoung merenggut dan menyetubuhinya semakin membabi buta. Napasnya sulit di dapat, tak ada sedikitpun udara yang masuk di paru-parunya, dan Hana semakin larut dalam keadaan itu. Kesadarannya perlahan hilang. Samar Hana mampu merasakan seseorang menyentuh tubuhnya, aroma seseorang yang percis seperti semalam tiba-tiba datang menyeruak, namun di matanya hanya kegelapan. 

"Hana."

Sangat pelan dan terdengar jauh, Hana mendengar suara Tae Hyung di penghujung kesadarannya.

***

Jung Kook, Ki Raa dan Tae Hyung keluar dari kamar itu, mereka panik bukan main saat Hana sama sekali tak merespon panggilan. Saat Tae Hyung datang, Jung Kook sudah tergesa keluar untuk memanggil perawat sedang Ki Raa mencoba memegangi tubuh Hana yang kejang.

Tae Hyung yang bingung segera menghambur ke tubuh Hana, mendekapnya dan memanggil nama gadis itu, tapi Hana tak kunjung tenang. Sampai akhirnya seorang perawat datang dan menyuntikkan obat penenang.

"Apa sering begitu, Nha?" Jung Kook bersuara, Yunha mengangguk seraya menutup pintu kamar Hana pelan. "Sejak siuman dari UGD dia selalu begitu," tambah Yunha.

"Kalian jangan khawatir. Meski sering begitu, intensitasnya sudah berkurang. Biarkan dia tidur dulu. Semalam dia demam."

Jung Kook hanya mengangguk, Ki Raa hanya diam masih terkejut. Namun Tae Hyung terus menetapkan pandangannya ke kaca pintu. 

Body Paid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang