Jilid XIV - Smile

1.1K 163 41
                                    

Pagi yang cerah mengawali hari Hana saat ini. Meski dia masih lebih banyak diam. Hana merasa perasaannya membaik sekarang. Semalam, lelaki yang membuatnya menyesali banyak hal. Saat dia berpikir dialah satu-satunya orang yang paling menderita di bumi ini, Tae Hyung mematahkan pemikirannya.

Hana pikir, dialah satu-satunya orang yang memiliki takdir tak adil. Tapi nyatanya dia tak sendiri. Pria itu membuatnya tersadar, hidup tak selalu berada di bawah. Biru dan abu-abu tak selamanya menandakan kesendirian dalam dingin. Suatu saat yang entah kapan, warna itu akan jauh lebih berarti.

Tubuh Hana masih terbaring menyamping menatap pemandangan di luar villa. Hamparan rumput hijau begitu menyejukkan. Embun masih tampak membasahi dedaunan dan rumput. Sampai Hana bangkit berkat ketukan pintu dan Bibi Jo tersenyum dengan membawa sarapan untuknya.

"Pagi, sayang. Kau tidur nyenyak?"

"Bibi."

Wanita paruh baya itu segera menghampiri Hana, gadis itu tampak berbeda hari ini. Yang membuat Bibi Jo tak tahan untuk tidak bertanya.

"Kau tampak bahagia pagi ini."

Hana tersenyum, menerima nampan berisi sandwich dan jus tomat.

"Apa terjadi sesuatu?"

Hana menggeleng, segera menyantap roti itu. Sampai mulutnya penuh gadis itu menyimpan rasa tenangnya seorang diri.

"Hari ini kau harus berdandan dengan cantik."

Sembari menyelipkan sehelai rambut Hana ke belakang telinga gadis itu, Bibi Jo mengatakan jika hari ini Tae Hyung akan membawanya pergi jalan-jalan.

"Benarkah, Bi."

"Tentu. Ayo habiskan dulu dan Bibi akan menyiapkan baju yang cantik untukmu."

Hana tidak tahu harus menyikapi hal itu seperti apa. Harus senang atau biasa saja.

- BodyPaid


Hana p.o.v

Bagiku, kehadiran Bibi Jo terus menerus membuatku bersyukur. Dia seperti ibu bagiku. Meski aku tidak tahu bagaimana rasanya memiliki seorang ibu, mendapatkan kasih sayang dari sosok yang mereka sebut ibu. Mungkin hangat, atau jauh lebih indah saat dia menyisir rambutmu dengan lembut. Menjalin rambutmu dan menyematkan pita cantik di sana. Atau ketika mereka memelukmu dengan senyuman yang indah. Aku tidak tahu definisi kebahagiaan seorang anak yang memiliki ibu. Karna aku tidak memilikinya.

Bibi Jo, menggengam tanganku erat. Jemarinya lembut. Tentu selain dengan senyuman yang dia miliki. Membawaku keluar dari kamar. Dan saat kami berbelok ke ruangan yang lebih terbuka, aku mendapati seseorang duduk seraya memainkan benda pipih di tangannya.

"Tae, Hana suda siap. Nanti pulangnya jangan larut. Dan pastikan kau menjaganya."

Pada akhirnya, aku melihat wajahnya saat Bibi Jo bersuara. Dia mengangguk singkat. Tak ada ekspresi yang berarti. Berbeda dengan semalam.

"Ayo."

Dia bangkit dari duduknya, dan aku baru sadar jika dia tinggi. Setelan baju yang dia kenakan selalu membuat dadaku berdebar tak karuan. Meski aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada perasaanku, yang terkadang masih merasa takut bersamanya. Atau mengkhawatirkan hidupku saat dia bersikap dingin. Tapi sifatnya yang berubah di saat tertentu juga membuat rasa takutku berubah menjadi perasaan lainnya.

"Ayo."

"Tae."

Dia berbalik setelah selangkah berjalan lebih dulu. Bibi Jo maju dan mengambil tangan Tae Hyung. Memberikan tanganku yang masih Bibi Jo genggam. Dan berkat wanita itu, aku merasakan tangan Tae Hyung begitu hangat dan lembut.

Body Paid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang