SATU

19K 1.1K 17
                                    

Kita hanya kebetulan bertemu, tidak lebih. Kan?

Seorang gadis tertidur lelap beralaskan lengan yang bertumpu di atas meja. Buku-buku botani tersebar di atas meja, sebatang pensil tergolek di dekat tangannya bahkan kacamata masih bertengger di hidungnya walau tidak dalam posisi sempurna. Terlihat jejak tulisan yang semakin berantakan hingga akhirnya terhenti.

"Hm!" udara dingin menyeruak masuk ke dalam perpustakaan yang sunyi menyentuh kulit mulus gadis itu. Bulu mata panjangnya mengerjap beberapa kali dengan sangat anggun tanpa disengaja, ia memiliki kelebihan itu selain paras cantiknya. Tubuhnya tidak seksi bahkan cenderung kurus, isi kepalanya juga tidak menunjukan bahwa ia mahasiswa jenius, orang tuanya pun bukan konglomerat, Sara tinggal di flat kumuh dengan biaya sewa murah dan dekat dengan kampus.

Sara mendongak, lehernya bergerak memperhatikan sekelilingnya. Perpustakaan telah sepi. Tak seorang pun membangunkannya, benar saja ia sedang berada di perpustakaan umum, mereka tidak saling mengenal. Tak ada yang peduli satu sama lain di kota ini. Ia menunduk dan terkejut mendapati seluruh informasi penting telah ia tulis walau dengan huruf yang perlu diterjemahkan karena saking jeleknya. Rupanya aku bisa menyelesaikan catatannya dengan mata tertutup. Ia tersenyum simpul.

"Ya Tuhan, sudah lewat makan malam," Ia mengerang kesal. "Semua ini karena revisi yang mengada-ada, apa sih mau perusahaan itu? Sudah tujuh kali proposalku dikembalikan kali ini mereka berkata bahwa teoriku kurang relevan. Seharusnya mereka mengatakannya sejak awal, kemarin soal visi misi terkait perusahaan, besok apalagi? Mungkin aku harus mengantarkannya sendiri dan mendengar alasan mereka secara langsung." Gerutu Sara sambil memeriksa Burberry bertali merah marun di tangan kirinya. Sara menutup buku catatan dan merapikan alat tulis kemudian ia mengembalikan literatur ke rak yang sudah menunggu dengan kesal.

Seperti biasa, Sara selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan ketika Justin sibuk dengan komunitas anehnya, namun kali ini agaknya ia sudah kelewatan, seminggu lalu ia menerima kiriman proposalnya yang ditolak dengan beberapa koreksi dan walau ini sudah kali ketujuh namun gadis itu tidak patah semangat dan terus mencoba. Langit sudah gelap ketika ia menginjakan kaki di luar gedung tua sudut kota itu. Karena pembangunan yang kian marak, perpustakaan kota mulai tergusur yang mulanya berada di pusat kota.

Bagus, udara di luar jauh lebih dingin dan ia tidak membawa jaket karena memang ia tidak berniat untuk pulang semalam ini. Ia hanya mengenakan kemeja tipis tidak berlengan serta rok tulip setinggi lutut.

Sara tidak termasuk dalam kelompok gadis yang senantiasa memperbaharui penampilannya jadi tidak heran pada tahun terakhir di kampus ia masih terlihat seperti gadis SMA. Penampilan itu juga yang membuatnya pernah khilaf dan berkencan dengan Seth, anak SMA sungguhan. Seth begitu mencintainya namun hubungan itu harus kandas karena seberapapun usahanya untuk menyamai Sara, Seth tetap belum dewasa dan Sara tidak setega itu untuk menuntutnya. Walau mengakhiri hubungan asmara mereka namun terkadang Sara masih pergi bersama sekedar untuk nongkrong ala remaja. Ke kafe untuk makan es krim dan nonton di bioskop.

Sara menghangatkan ujung jarinya yang mulai membeku dengan cara meremas-remas dan meniupkan udara panas dalam kepalan tangannya. Kakinya melangkah lebih cepat dan mantap. Rute biasanya cukup menggoda untuk dilalui namun pada pukul ini para pemilik rumah telah melepas anjing-anjing mereka untuk berjaga-jaga. Karena itulah mengambil rute lain yang sama singkatnya hanya saja lebih sepi dan gelap. Jalur yang jarang dilalui oleh orang-orang polos seperti dirinya.

Lagi pula siapa yang tertarik pada gadis berpenampilan seperti gelandangan? Kurus dan tidak menarik. Benarkah aku tidak menarik? Terkadang ia bertanya pada diri sendiri. Setidaknya, Elliot, teman semasa kecilnya di desa mengatakan bahwa Sara memiliki bibir seperti orang sedang merajuk sepanjang waktu. Rambutnya tidak pernah ditata seperti remaja pada umumnya. Matanya besar dan cemerlang sering kali tanpa sengaja menakuti anak-anak kecil yang melihatnya.

Roses I Found Driving Me Crazy (#1 White Rose Series) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang