Kau adalah tangkapan terindah sepanjang musim
'Lelucon macam apa ini? Dimana kau sebenarnya?'
Sara membuka pesan dari Justin yang dikirim beberapa jam lalu. Ia merasa sangat bersalah karena telah pergi tanpa pamit meninggalkannya.
'Maafkan aku, tiba-tiba ada hal yang harus kuselesaikan.'
Setelah berhasil mengelabui Royce dengan berpura-pura bahwa ponselnya tertinggal di dalam salon. Sara kabur melalui pintu belakang sementara Royce menunggu di dalam Audinya.
Ia sampai di flat dengan menggunakan taksi, sedikit lebih mahal namun ia tidak perlu berpapasan dengan pria itu. Kemudian ia mengurung diri tanpa penerangan penuh, hanya sebuah lampu meja dan lampu dapur yang berani ia nyalakan. Sara bahkan tidak berani menyalakan televisi karena ia tidak ingin melewatkan suara apapun di luar pintu dan jendela flatnya.
Sebuah mobil terdengar berhenti di pinggir jalan, buru-buru Sara mengintip melalui tirai jendela, ia sedikit lega karena mobil itu bukan Audi hitam milik si pembunuh. Namun, Sara tidak lantas menurunkan kewaspadaannya, ia menanti siapa gerangan yang akan turun dari mobil itu, bisa saja si pembunuh menukar mobilnya agar tidak menarik perhatian dan cocok dengan lingkungan tempat tinggal Sara.
Ia tersentak ketika mendengar ponselnya berbunyi nyaring, Sara panik ingin segera menemukan ponsel yang tiba-tiba saja sulit ditemukan sementara alunan Hungarian Dance terus meramaikan persembunyiaannya. Ia merutuki dirinya sendiri, seharusnya ia menggunakan mode getar dalam situasi ini.
Ia berhasil mengikuti sumber suara yang ternyata terdapat di atas lemari pendingin. Sebuah nomor tak dikenal memanggil dania menekan tombol sunyi, ia tidak menjawab telepon itu hingga ponsel itu bergetar lagi. Sara hanya menatap awas pada ponselnya.
Hingga akhirnya ponsel itu kembali diam tapi sebuah notifikasi pesan singkat membuatnya keringat dingin. Kali ini ia membaca pesan dari nomor asing tadi.
'Aku tahu kau ada disana. Angkat!!!'
Satu perintah dengan tiga tanda seru sudah cukup menunjukan siapa pemilik nomor tidak terdaftar itu.
Sara mengangkat ponselnya ketika berdering lagi namun ia tidak menjawab. Ia kembali mengintip melalui celah gorden, napasnya tertahan saat pintu mobil terbuka.
"Kenapa begitu lama? Aku tidak suka menunggu!" pria itu menggunakan nada sok berkuasa yang dibenci semua orang termasuk Sara.
Ketika yang turun dari mobil itu adalah pasangan Harrington-tetangga seberang jalan-Sara menghembuskan napas lega yang tanpa sadar ia tahan beberapa detik terakhir.
"Darimana kau mendapatkan nomor ini?" tanya Sara. Intonasinya netral, Sara tidak ingin menunjukan ketakutannya apalagi ia berada dalam persembunyiannya yang aman.
"Apakah kau masih harus bertanya?" pria itu balik bertanya dan tidak salah lagi dia sedang mencemooh Sara, "Bahkan penampilan barumu saja tidak berhasil mengecohku, Manis."
"Sudah." Ia mendengus kesal, "Langsung saja, ada apa?" Sara menggunakan nada sok sibuk sekarang.
"Tadi kau pulang sendiri, ya? Padahal aku ingin mengantarmu." Royce terdengar santai seolah mereka sedang terlibat percakapan tentang gosip artis.
"Tidak usah repot-repot, sungguh. Karena jika kau mengantarku pulang itu artinya aku harus segera mencari tempat tinggal baru."
"Ketus!" gerutu Royce, "Pindah chanel televisimu pada saluran 9!"
Sara terperanjat dengan perintah tiba-tiba itu. "Memangnya kenapa aku harus menuruti perintahmu."
"Karena nyawamu bergantung padaku." Jawabnya enteng, "Cepat lakukan atau aku perlu datang langsung kesana dan mengganti saluran televisi untukmu, Tuan Putri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roses I Found Driving Me Crazy (#1 White Rose Series)
RomanceAmbisi Royce untuk mewujudkan impian sang ayah membuatnya gelap mata hingga tega menuduh Sara, gadis pejalan kaki acak sebagai mata-mata dari rivalnya, Henry. Berniat untuk menculik gadis itu, memuaskan rasa penasarannya sekaligus menjegal langkah H...