Membohongiku adalah tindakan fatal, tapi membohongi diri sendiri itu jauh lebih fatal
"Dimana dia sebenarnya?" gerutu pria jangkung tak berotot dengan rambut pirang yang ditata rapi menggunakan gel.
Pria itu bernama Justin Sherman. Ya, pria dengan setelan kasual yang selalu detil dengan setiap bagian pakaiannya, Justin membenci noda dan kusut. Kini dia tampak kesal, berulang kali ia menengok pada arlojinya sebelum kembali berpura-pura mengamati poster iklan film yang sudah ia baca berulang kali karena ia sudah berada di sana sejak dua puluh menit lalu.
Sara tersenyum geli dari tempat persembunyiannya. Sebenarnya ia sudah tiba di gedung bioskop sejak setengah jam yang lalu dan duduk di teras sebuah kafé seberang jalan. Ia bahkan melihat Justin datang diantar oleh seorang temannya yang kemudian berlalu dengan mobil berwarna putih. Sesungguhnya Sara sedang mengawasi kondisi sekitar, ia menjadi paranoid setiap melihat pria dengan setelan jas hitam melintas.
Setelah meminum sedikit frappe-nya ia bergegas menyeberangi jalan dan mendekati sahabatnya.
"Mari kita uji coba penyamaranku."
Sara berdiri menjajari pria itu, ia berpura-pura mengamati poster film di hadapan mereka. Pada menit pertama Sara puas karena Justin tidak menyadarinya, bahkan pria itu cenderung merasa terganggu dengan kehadiran Sara. Tapi pada menit selanjutnya ketika tanpa sengaja Sara terkikik geli, Justin langsung menarik pundak Sara.
"Sara Bentley!" katanya. Tapi kemudian ia meminta maaf, "Oh, maaf kukira kau temanku," tambahnya dengan nada menyesal. Tapi kemudian ia menghela napas dalam-dalam, "ini memang kau, kan?" matanya melebar takjub melihat perubahan Sara, pada pandangan pertama ia tidak mengenalinya namun setelah mencermatinya lagi rupanya Justin cukup mengenali gadis di hadapannya sebagai Sara.
Sara tertawa sambil menutup mulutnya kemudian ia meletakan telunjuk di depan bibirnya sebagai isyarat untuk tidak berisik.
"Ya, ini aku." Bisiknya.
"Apa yang terjadi dengan gadis desa si kutu buku tanpa gaya?" Justin bertolak pinggang seperti ibu-ibu.
"Dia sudah hilang." Katanya sambil mengulum senyum, "bagaimana penampilanku?"
"Cantik." Jawab Justin, "tapi aku lebih suka Sara-ku yang dulu, yang seperti anak SMA."
Sara tersenyum, ia melingkarkan lengannya pada lengan Justin dan menggiringnya masuk ke dalam gedung, "Bagaimana kabar Seth? Apa dia masih sering menghubungimu?"
Sara menggeleng, "Tidak." Terpaksa ia berbohong, Justin adalah salah satu alasan ia menyudahi hubungannya dengan Seth, menurutnya Sara membutuhkan figur pria dewasa yang akan mengajarinya banyak hal dan bukan mengajarkan banyak hal.
"Tentu saja. Nona, beri kami dua tiket As You Like It di bangku tengah." Kata Justin pada petugas penjaga loket.
Sara melebarkan matanya yang sudah lebar, andai saja ia tidak menggunakan kontak lensa berwarna hitam itu tentu mereka dapat melihat betapa indah warna mata Sara.
"Drama musikal? Lagi?" seru Sara tidak percaya, "Lihat, kudengar Kingsman sangat menarik, bisakah-"
"As You Like It" Justin menyela protes Sara dan gadis itu bungkam tak berdaya.
Lima belas menit kemudian...
"Aku tidak percaya kita memilih drama musikal ini dari sekian film box office yang ada." Gerutu Sara sambil menyedot sisa minuman terakhirnya dengan berisik.
"Aku sangat menghargai karya klasik, Honey! Dan hentikan membuat keributan dengan gelas kosongmu." desis Justin sambil mendorong segelas penuh minuman miliknya ke tangan Sara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roses I Found Driving Me Crazy (#1 White Rose Series)
Roman d'amourAmbisi Royce untuk mewujudkan impian sang ayah membuatnya gelap mata hingga tega menuduh Sara, gadis pejalan kaki acak sebagai mata-mata dari rivalnya, Henry. Berniat untuk menculik gadis itu, memuaskan rasa penasarannya sekaligus menjegal langkah H...