TUJUH

10.7K 781 16
                                    

Tiba-tiba aku ingin memiliki yang bukan milikku

Lima menit menunggu di dasar tangga dalam setelan tuksedo sudah membuat pria itu merah padam. Royce bukan tipikal pria yang dengan senang hati menunggu wanitanya berdandan, ketika mereka sepakat untuk bertemu pukul tujuh, Royce baru akan berangkat pukul tujuh lewat empat puluh lima dan kemungkinan tiba sekitar pukul delapan jika lalu lintas bersahabat. Tapi dengan Sara, entah setan apa yang merasuki tubuhnya, seharian ini ia harap-harap cemas menanti petang sehingga apapun yang ia lakukan hanya setengah-setengah.

Pukul lima sore ia sudah menyeret Retta untuk mengeluarkan seluruh setelan tuxedo terbaiknya-semuanya terbaik-karena ia tidak ingin ada cacat sedikit pun pada penampilannya malam ini. Pilihannya jatuh pada setelan baru yang belum pernah ia kenakan, tidak ada yang istimewa kecuali mereka menyentuhnya. Seperti setelannya yang lain, tuxedo itu melekat di tubuh Royce dengan sempurna tak kurang satu apapun, jelas saja karena memang pakaian itu dijahit khusus untuknya.

Setelah semua siap, Royce kembali melirik jam tangannya kali ini berganti dengan Audemars Piguet yang elegan tapi sedikit sporty. Masih ada sekitar lima belas menit menuju pukul 18:30, akan tetapi bokongnya sudah tidak betah duduk berlama-lama di ruang kerjanya bahkan sekaleng happy soda tidak membuatnya tenang. Dengan berat hati ia meninggalkan kaleng berembun itu atau tetesan airnya akan mengotori setelan yang susah payah ia putuskan tadi.

Seperti Sara akan turun saja jika ia berdiri di dasar tangga sekarang, keberadaannya justru menghalangi aktivitas para pelayan yang berlalu lalang. Ia tidak pernah berada dalam lima menit yang membuat tubuhnya berkeringat padahal belum apa-apa dan masih ada sepuluh menit tersisa sebelum naik menyusul gadis itu.

Empat menit berlalu dan Royce tidak bisa menunggu enam menit selanjutnya dibawah sana, ia menyusuri susuran tangga naik ke atas namun baru setengah jalan ia mendapati Sara berdiri di puncak tangga. Gadis itu mengenakan gaun koktail warna pasir dengan tali spageti di kedua pundaknya yang agaknya familiar di mata Royce. Garis leher gaun itu merosot jauh ke bawah sehingga lekuk payudara Sara terpaksa harus diekspose malam ini.

Rahang dan kepalan tangan Royce mengeras, ia merasakan senang dan jijik dalam waktu yang bersamaan. Ia senang melihat gadis itu seperti ini, tapi ia jijik karena Sara akan mengenakan gaun itu di depan banyak orang.

"Ganti dengan yang lain!" nada sok perintah itu melayang hingga ke telinga Sara.

Yang dimaksud merasa murka seketika. Ia menghabiskan dua jam terakhir dalam tumpukan gaun berbagai ukuran dan model milik kekasih-kekasih Royce terdahulu, tidak mudah memilih gaun yang pas karena rata-rata mereka lebih tinggi dari pada Sara. Hanya gaun berwarna pasir ini yang cocok dengannya, selain ukurannya pas, warnanya juga serasi dengan rambut Sara. Selain itu ia menemukan stiletto yang cocok untuk gaun itu dan dengan ukuran yang sesuai pula di kaki Sara, selebihnya kebesaran.

Sepertinya gaun dan sepatu itu milik satu orang yang sama, yang kebetulan tinggi badannya persis seperti Sara.

"Hanya ini gaun yang pas dengan ukuran tubuhku, tidak ada pilihan lain. Lagi pula aku tidak berniat memesona dirimu jadi terima saja apa adanya." Ujar gadis itu enteng, ia menarik sedikit ujung gaunnya agar tidak tersandung saat menuruni tangga, satu tangan yang lain menggeggam clutch berwarna hitam dengan aksen bebatuan di seluruh permukaannya.

Ia melewati tubuh Royce begitu saja karena konsentrasinya terpusat pada langkah kakinya, sepertinya stiletto itu terlalu tinggi untuk Sara dan ia tidak terbiasa dengannya.

Royce cepat menjajarinya dan melingkarkan lengan di pinggulnya, membantu gadis itu turun dengan selamat sampai di dasar tangga dan Sara tidak protes namun setelahnya ia segera membuat jarak dan berpura-pura meluruskan gaunnya.

Roses I Found Driving Me Crazy (#1 White Rose Series) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang