DUA BELAS

11.8K 922 6
                                    

Komposisi bahagiaku adalah... Kamu

Royce dan Sara sedang terlelap di atas ranjang yang sama. Mereka tidak menggunakan apapun di balik selimut itu. Sara terlalu lelah karena sejak selesai makan malam, pria itu menahannya di atas ranjang, totalnya mereka hanya melakukan dua kali. Tapi Royce masih ingin mendapatkan yang ketiga. Ini semua karena Henry...

"Ini semua karena pekerjaan di kantor. Setelah mengirimku ke Thailand selama satu minggu penuh, mereka memecat juniorku sehingga aku harus mengerjakan semuanya sendiri." Geramnya sambil menjamah tubuh gadis itu. Ini adalah kali kedua Royce mengajaknya bercinta setelah beristirahat selama dua puluh menit, seks pertama berlangsung agak lambat dan lama, sengaja demi membangun suasana.

Sara tertawa pelan, tawa yang disukai Royce-memangnya ada yang tidak disukai Royce dari gadis itu?-"itu artinya mereka percaya padamu."

"Bukan, mereka hanya usil padaku." Ia mencium lagi, "Karena hanya aku yang memiliki gadis cantik sepertimu dan yang lebih hebatnya lagi kau hanya ada untukku, menungguku di rumah. Mereka pasti tidak rela aku cepat pulang."

Sara tertawa lagi walau badannya tidak bisa bergerak bebas, Royce terlalu menguasainya. "Jadi Thailand mengajarkanmu untuk merayu seorang gadis, ya?"

Royce mengerutkan dahinya dan berpikir, "Merayu? Apakah aku melakukannya?"

"Jangan bercanda." Sara tertawa lagi, "Kata-kata manis itu buktinya."

"Aku hanya berkata jujur apa adanya." Pria itu membela diri karena memang itu yang ia rasakan.

Royce menggeleng, "Aku tidak janji."

Sara tidur membelakanginya, entah mengapa gadis itu lebih senang memeluk bantal ketimbang tubuh seksinya. Hanya dengan melirik punggung telanjang itu dihiasi helaian rambut coklat yang berserakan di atas seprai, gairah Royce kembali bangkit. Ingin rasanya ia membangunkan gadis itu, atau mungkin bercinta dengan orang tidur? Royce meringis, kondisinya sekarang teramat menjijikan. Jadi ia memutuskan untuk mandi saja dengan air dingin karena masturbasi tidak ada dalam kamusnya semenjak mengenal yang namanya bercinta. Tangannya untuk kepuasan wanitanya, bukan dirinya sendiri.

"Bangun!" bisik Royce di telinga Sara. Gadis itu mengerjapkan bulu mata panjangnya tapi Royce tidak akan tergoda kali ini.

"Apa yang terjadi?" tanya Sara sembari menoleh pada pria itu, "Kau mau pergi kemana malam-malam begini?"

"Ayo kita pergi ke bioskop, jadwal terakhir sebentar lagi mulai."

"Apa? Nonton?" gadis itu terperanjat, ia menopang tubuhnya dengan siku dan menahan selimut di sekitar dadanya. Hal lain yang Royce sukai dari Sara, gadis itu tidak pernah menunjukan bagian tubuhnya kecuali tidak sengaja.

"Jangan banyak bertanya, ayo bangun, pemalas."

"Dan jika tidak?" tantang gadis itu karena kesal istirahatnya diusik.

"Aku akan membuatmu terjaga hingga besok pagi."

Sara tertawa, suaranya masih serak. Tapi ia menurunkan kakinya satu persatu sambil menggenggam erat selimut yang mengelilingi tubuhnya dan melangkah hati-hati menuju pintu. Walau tidur bersama namun perlengkapannya masih tertata rapi di kamarnya bersama barang-barang milik wanita lain. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti, ia tidak dapat melangkah atau ia akan telanjang. Royce menginjak ekor selimutnya.

"Royce, kita diburu waktu." katanya sembari menarik ekor selimutnya dengan kesal.

"Em... sepertinya bercinta lebih menyenangkan."

"Tidak. Kau sudah menjanjikanku bioskop jadi kita harus pergi karena aku sudah terlanjur berharap." Gadis itu menolaknya mentah-mentah, "Nanti saja setelah dari bioskop." Lanjutnya malu-malu.
.
.
"Bisakah kita membeli tiket normal saja?" bisik Sara ketika mereka memasuki pintu theater khusus, di dalam tidak terdapat bangku yang berjajar melainkan sofa bed empuk lengkap dengan bantal dan selimut.

Roses I Found Driving Me Crazy (#1 White Rose Series) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang