δώδεκα (dòdeka)

459 55 10
                                    

Entah kenapa, begitu diomongin sama bokapnya Alesha panjang lebar kayak gitu, Sena jadi bener-bener kepikiran tentang Alesha. Seberat itu kah masalah yang dihadapin Alesha? Ternyata selama ini ujian yang dihadapin Sena belum seberapa ya? Kenapa Alesha tetep bisa seceria itu ya?

Begitu banyak pertanyaan di kepala Sena yang pengen ditanyain ke Alesha, tapi rasanya Sena belum ada di tahap untuk tau semuanya secara rinci. Yang jelas, dapet kepercayaan untuk ngejaga seorang Alesha Pradista dari bokapnya langsung, bener-bener bikin Sena seneng. Mana pernah Sena dikasih kepercayaan untuk jaga anak orang sampe kayak gitu?

Bahkan dulu sama orang tua Nara aja mana pernah dipercaya sampe kayak gitu. Yaelah, Nara lagi. Udah punya Alesha masih aja mikirin Nara, Sen.

▪▪▪

Bandung, 2017.

Sena ngehela nafas begitu denger penjelasan seorang Nara Nayaka yang menurut Sena nggak rasional sama sekali. Kadang Sena suka heran, kenapa bisa-bisanya Sena masih tergila-gila sama Nara? Apa bagusnya sih? Ya banyak. Hhh.

"Ra, Ra, kamu pikir aku bego apa."

"Beneran, Sena. Temen aku yang ngenalin sama Mas Hendra."

"Mas?"

Nara ngangguk, "dia kan lebih tua dari aku.."

Sena ketawa, "gue kirain karena dia mirip tukang bakso yang sering lewat depan rumah."

"Sena."

"Ra, gini deh, lo boleh pacaran sama siapa aja, silakan, gue nggak akan ngelarang. Tapi tolong, berenti hubungin gue seolah-olah kita pisah baik-baik dan ngasih gue harapan terus. Berenti nyiramin bibit bunga orang lain, Ra. Tolong."

Nara diem bentar, "aku sekalipun nggak pernah berniat untuk kasih kamu harapan, Sen. Aku cuma pengen kita bisa temenan lagi. Sama Galih juga."

"Nara, berenti ngarepin sesuatu yang nggak mungkin. Gue maafin lo dengan semua alasan lo, tapi nggak akan bisa gue temenan sama lo kayak awal lagi. Apalagi bertiga sama Galih," ucap Sena. "Gue sama Galih temenan baik, bahkan kemaren lomba gue ketemu Galih and we're doing great. Tapi kita bertiga? Itu nggak mungkin, Ra. Jadi, gue mohon, Ra, berenti."

▪▪▪

Hari ini nggak ada yang beda dari hari-hari sebelumnya, kecuali penampakan Alesha yang tiba-tiba udah di depan rumah Galih sambil pake baju stripes yang entah punya berapa, jeans, dan sneakers. Galih yang baru bangun dan cuma pake boxer langsung kelabakan begitu tau tamunya adalah Alesha.

Setelah ganti baju yang lebih 'pantas dipandang', Galih langsung keluar rumah dan nyuruh Alesha yang dari tadi udah kipas-kipas muka pake tangannya karena kepanasan.

"Gila ya lo, tega-teganya nyuruh gue nunggu di luar se-lama itu," kata Alesha sambil selonjorin kakinya.

"Ya, lo juga pake acara ke sini nggak bilang-bilang. Gue tadi cuma pake boxer, mau liat lo?"

Alesha langsung ngeliat Galih, "wah, boleh dong, Gal. Pengen liat badan lo kayak roti sobek apa enggak."

Galih langsung ngegetok kepala Alesha, "pikiran tuh dijaga."

"Duh, gitu doang. Eh, jalan yuk, Gal."

"Pacar lo mana?"

"Di Bandung dia, sibuk skripsi. Sama lo aja lah," kata Alesha.

χρονομέτρηση (chronométrisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang