Spin-Off Story

475 40 11
                                    

Cerita ini buat pemanasan sebelum chapter terakhir, dan cuma akan nyeritain soal Zio dan Sakya. Jadi, kalo mau di-skip juga nggak papa kok ;)

Enjoy!

▪▪▪

Entah kenapa sekarang mobil Zio udah berada tepat di depan kosan Sakya. Gara-gara Galih, Zio jadi bener-bener mikir soal hubungannya dengan Sakya. Harus semudah ini kah berpisah? Sampai detik ini pun, Zio rasanya masih nggak rela berhenti ngehubungin Sakya. Berhenti ngeliatin Sakya makan, bicara, ketawa, nangis, marah, semuanya. Zio belum rela sama sekali. Dan, kalo memang ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Zio nggak akan nolak. Jadi, Zio berharap supaya hari ini adalah salah satu hari yang udah dipilih penulis kehidupan--Tuhan, untuk ngasih kesempatan lagi.

Nama Sakya Tasmira di hp Gamaliel Fabrizio, masih aja 'lambe nyinyir'. Rasanya Zio pengen ketawa, tapi inget lagi kalo hubungannya lagi nggak baik, sedih lagi deh.

Udah ngeberaniin diri buat keluar dari mobil, eh, tiba-tiba ada telpon, "Gam, dimana lo?"

Zio ngehela nafas, "apa sih lo, Zra, ganggu konsentrasi gue aja, tai."

"Najis, ngapain lo ngomel-ngomel, monyet? Gue sama Sarah besok mau ke Malang, beresin rumah. Awas lo kalo berantakan," kata Ezra sambil sedikit mengancam.

"Iye, ah, gue tutup dulu."

"Lah, emang mau ngapain lo?"

Zio ngehela nafas. Kenapa abangnya ini banyak tanya banget sih, Ya Allah? Nggak ada mode mute-nya apa buat mulut ini orang satu?

"Mau ngajak balikan Sakya. Udah ah, bawel banget lo, najis."

Zio langsung menutup telponnya tanpa mendengar lagi omongan dari abangnya yang agak kurang waras itu. Sebenernya, agak salah sih kalo manggil seorang Gamaliel Fabrizio dengan nama Zio. Karena nama lengkap abangnya kan Ezra Fabrizio. Tapi, menurut temen-temen Zio, muka tampannya cocok dengan nama Zio dibandingin Gamal. Enough!

Sebelum Zio sempet pencet nama 'lambe nyinyir' dari kontak, nama itu muncul sendiri di layar hp Zio, "Yo, ngapain ke kosan gue?"

Ah, kampret, gara-gara Ezra nih jadi ketauan.

"Ngomong yuk, Sa? Aku tunggu di luar ya."

Nggak lama, akhirnya Zio ngeliat lagi muka yang selama ini dirindukannya. Agak alay sih, tapi, beneran deh. Zio kangen berat sama Sakya. Kayak kangen masakan mama, kayak kangen nasehat papa, seberat itu kangennya.

"Sa," panggil Zio sambil senyum. "Mau di sini aja atau ke mana gitu?"

"Di sini aja," jawab Sakya singkat sambil langsung duduk di kursi yang emang udah disediain di teras kosannya. "Kenapa, Yo?"

Zio menatap Sakya lekat, "Sa, aku nggak mau basa-basi. Aku masih sayang kamu, Sa. Kita balik kayak dulu lagi, ya?"

Sakya diem bentar, "kamu tau sendiri, Yo, hubungan kita udah nggak sehat. Bukannya sama-sama memperbaiki, kita malah semakin merusak. Aku sayang kamu, Yo. Banget. Tapi, aku nggak juga sayang diri aku, Yo. Aku nggak mau terus-terusan ngerusak batin aku sendiri karena ribut terus sama kamu."

"Kita cari solusinya sama-sama ya, Sa? Ini hubungan dijalanin untuk dua orang, bukan satu orang, Sa. Kalo kita cari solusinya bareng-bareng, pasti ketemu jalan keluarnya. Ya?" tanya Zio sambil coba mengutip perkataan Galih kemarin.

"Jalan keluarnya kita putus, Yo," jawab Sakya singkat.

"Itu bukan solusi, Sa. Kalo kayak gitu caranya, berarti kita cuma melarikan diri dari masalah." Zio memegang tangan Sakya lembut, "selesaiin masalahnya bareng aku yuk, Sa?"

χρονομέτρηση (chronométrisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang