Chapter 4 : Si Brengsek, Ethan

54.3K 3K 14
                                    


Dalam 8 tahun ini, sejak dia bisa keluar dan menggantikan Leo menguasai tubuh ini, bisa dihitung hanya beberapa kali dia keluar. Sejak Leo sadar jika dia mempunyai keperibadian lain, pria itu selalu menahan Ethan agar tak keluar. Dan itu jelas membuat Ethan kesal. Dia ingin bebas, sial. Dia ingin bisa bertindak dengan kehendaknya sendiri. Dan Leo benar-benar menghalanginya.

Ethan dapat dengan mudah keluar saat Leo emosi dan frustasi. Disaat-saat pria itu tak bisa mengontrol dirinya, maka disaat itulah Ethan dapat dengan mudah menggantikan peran Leo. Dengan kata lain, dia menggantikan Leo disaat-saat tersulit pria itu. Dan seharusnya Leo bersyukur dengan kehadirannya. Bukannya berusaha mengurungnya.

Sialan sekali pria itu.

Sebab itulah Ethan sering memprovokator diri Leo. Membisikkan kata-kata merendahkan sejak dia bisa berbicara langsung dengan Leo.

Ting tong.

"Pelayanan Kamar."

Ethan berdiri dari tidur-tidur ayamnya dikasur sebuah hotel bintang lima dan menghampiri pintu untuk mempersilahkan sang petugas bersih-bersih membersihkan kamarnya dan menyiapkan sarapan pagi yang beberapa menit lalu dipesannya.

Dia sangat malas jika harus makan dibawah sendirian. Dia akan sangat menarik perhatian gadis-gadis dan itu benar-benar merepotkan.

Dia bukannya narsis. Tapi kenyataannya adalah dia benar-benar bisa menjadi pusat perhatian para gadis. Dan kenyataan lainnya, dia tak bisa menolak cewek-cewek sexy yang menggodanya.

Oohh ayolah, dia pria normal. Punya hasrat dan kebutuhan. Sialnya, seorang Emma belum resmi menjadi miliknya dan dia bahkan jarang bertemu langsung dengan gadis itu. Jika dia punya banyak waktu untuk menguasai tubuh ini, sudah sejak dulu dia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan gadis itu. Bukannya seperti Leo yang sangat pengecut. Hanya mengintai dan mengawasi hingga gadis itu sampai cukup umur? Ohh mengawasi gadis itu dari dekat lebih menyenangkan bagaimanapun itu.

Belum cukup umur? Memang siapa yang mau memperkosa anak kecil. Huh!

Tapi kini, dia menguasai tubuh ini. Jadi tak ada yang bisa menghalanginya untuk melakukan sesuatu sesukanya.

Kini... Dia bebas.

Seringaian terukir dibibir itu. Terlihat mengerikan dan penuh janji-janji yang akan dilakukannya untuk mendapatkan Emma.

Tapi kini dia bisa menyingkirkan sebentar Emma, karena kini pelayan yang sedang menyiapkan sarapannya tampak lebih lezat untuk disantap daripada menu sarapan itu sendiri.

Oh yeah... Dia memang bukan Pria baik-baik. Dan dia takkan menunda-nunda untuk memenuhi kebutuhannya.

..
..
..

Emma duduk dipasir pantai yang kini terasa agak panas dibokongnya, dia duduk tanpa beralaskan apapun. Tubuh rampingnya terbaluk celana pendek berbahan kain dipadukan dengan kaos putih yang kebesaran. Sedikit bergidik jika membayangkan tubuhnya sendiri berbalut bikini sexy seperti pengunjung lainnya yang kini berada dipantai Sanur, Bali.

Kenapa tidak pantai Kuta? Yah lagipula penginapan mereka berada dekat dengan pantai Sanur dan mereka ingin menikmati udara pagi pantai.

Emma mengamati Nana sesekali yang sedang sibuk berkenalan dengan beberapa pria bule. Berfoto bak orang udik yang tak pernah melihat orang bule. Heran saja, kenapa orang suka sekali berfoto dengan orang-orang bule itu. Tak ada keuntungannya sama sekali selain hanya dipajang di instagram berharap mendapatkan like banyak.

Tapi pikiran lain hinggap dikepala Emma. Dengan ditemani udara pagi pantai dan suara deburan ombak yang untungnya tak teredam suara orang-orang, Emma merenung, memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini.

The Billionaire's Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang