Hai hai.... Ini bukan lanjutan Chapter sebelumnya lohhh. Tapi tenang aja, ini berhubungan kok sama kisah The Billionaire's Love.
Bisa dibilang ini seperti flashback, Yah emang flashback sih hahaha....Okey silahkan dinikmati. :*
..
Malam itu bukanlah malam yang indah dengan bintang bertaburan dan bulan yang menerangi dunia. Bukan. Malam ini malam yang bagus untuk menyumbangkan sebuah nyanyian pesakitan yang nyaris terdengar setiap malamnya.
Rumah itu besar, sebesar rumah para keluarga kaya raya pada umumnya. Rumah 2 tingkat dengan halaman luas Serta garasi yang bisa menampung 5 mobil. 2 orang security berjaga seperti biasa dalam posnya digerbang. Para pelayan mulai memasuki kamar masing-masing dan meninggalkan Beberap pelayan yang bertugas malam.
Awalnya, malam itu sunyi. Sangat sunyi khas tengah malam. Tak ada yang beraktifitas kecuali Beberapa orang yang berjaga dengan mata terkantuk-kantuk. Malam dingin dengan gerimis yang perlahan mulai turun membuat siapa saja ingin memejamkan matanya dan bergelung dibawah selimut bak anak kucing.
Tapi sungguh... Semua orang tersentak saat suara itu terdengar dengan nyaringnya ditengah kesunyian. Mengisi seisi rumah yang awalnya sunyi. Membuat malam mencekam itu semakin mencekam. Membuat kantuk kini tergantikan dengan rona kesedihan saat mendengar suara-suara itu semakin kencang terdengar.
John melangkah dengan langkah cepat. Wajah kepala pelayan itu tampak pias. Matanya memerah menahan kesedihan mendengar suara itu semakin kencang disetiap detiknya. Dia berhenti tepat didepan pintu ber-cat coklat mengkilap yang kini ditatapnya lamat-lamat.
Tak sedikitpun dia mengalihkan tatapannya. Tak sedikitpun dia beralih dari tempatnya. Berusaha mendengar suara nyanyian pesakitan itu yang menyayat hati. Dia tak punya siapapun didunia ini dan suara kesakitan itu berasal dari sedikit orang yang disayanginya didunia ini. Dan kenyataannya suara itu juga menyakiti dirinya.
"AKKKKHHHHH...."Suara itu tiba-tiba menjadi begitu lirih. Seakan sang pemilik suara sudah diujung kehidupan. "Maaf...... Ayah." Dan suara itu benar-benar hilang setelah itu.
Tapi suara pukulan, cambukan, masih terdengar beberapa kali sebelum benar-benar hilang. Bahkan saat tak sadarkan diri, anak itu masih mendapatkan pukulan. Kenapa pria yang dipanggil 'Ayah' itu tak puas menyakiti anaknya hingga kehilangan kesadaran seperti itu?
Kenapa?!
Cklek.
Pintu besar itu terbuka dan sosok pria paruh baya itu berdiri disana dengan tangan yang memerah dan aroma anggur yang kental dari tubuhnya.
"Selamat malam tuan Abraham." sapa John sopan.
Pria yang dipanggil Tuan Abraham itu hanya menatap tak peduli. "Kau urus anak itu." Lalu pria itu segera berlalu.
John menunggu tuan Abraham menghilang dibalik tikungan, setelah tak terlihat lagi, sang kepala pelayan itu bergegas masuk kedalam ruangan itu. Pandangan yang sudah berkali-kali dia lihat itu masih saja sanggup Membuatnya meneteskan air mata. Dia.... Kahasian pada hidup tuan kecilnya itu.
"Tuan muda...." Panggilnya lirih. Percuma saja karena tuan mudanya tak akan menyahut dengan keadaan tak sadarkan diri seperti itu.
Diraihnya ponsel dalam sakunya dan John segera menelpon dokter pribadi keluarga ini.
"Hallo..." jawab orang diseberang sana dengan suara serak.
"Keadaannya parah dan tak sadarkan diri."
"Oh... Baiklah aku akan bergegas. Shit! Kurasa pria tua itu harus dimasukkan keruang isolasi rumah sakit jiwa."
Dan sambungan diputus oleh pria diseberang sana. John tersenyum miris. Yah, dia rasa memang tuan Abraham layak masuk rumah sakit jiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Love
Acción#AlterEgoSeries1 (Cerita tentang kepribadian ganda) Selamat Membaca!!! :)) . . WARNING!!! DILARANG MENCIPLAK/MENGKOPI SELURUH ATAU SEBAGIAN ISI CERITA. CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA. ...>••<...