Chapter 18 : Pengampunan?!

32.1K 1.9K 30
                                    

Warning!
No edit
Adegan kekerasan
..
..

Awalnya semua bagai hembusan angin yang lewat begitu saja menyentuh kulitku,
Dapat kurasakan tapi tak bisa melihatnya.
Awalnya aku dapat merasakan perasaan aneh yang menghinggapi, tapi aku tak mengerti arti semua itu.
Hanya ketertarikan sekejap?
Atau Kasih sayang pada seorang adik? Memikirkan yang satu ini agak membuatku...... Muak?
Entahlah.
Dan saat semuanya kusadari,,,
Obsesi dan cinta hanya berbanding tipis.
Mungkin bagi orang obsesi itu hal gila, Tapi bagiku tak apa....
Toh.... Cintaku juga gila.
..
~Curhatan hati seorang Leo & Ethan~

.
.
.

Jemari itu tidaklah lentik dengan kuku-kuku terawat yang dipoles warna-warni. Jemari itu bahkan bisa dibilang pendek dengan kuku yang selalu dipotong teratur agar tak panjang. Alasannya, karena gadis itu punya kebiasaan menggores kulitnya dengan kuku tanpa disadarinya, menyebabkan kulit itu terkadang muncul segaris merah atau bahkan luka berdarah. Lalu Ethan mengelus lembut perban yang membungkus luka sayatan yang didapat Emma. Bajingan sialan. Amarahnya seketika berkumpul membayangkn itu semua. Ohh dia harus menahan diri, dan akhirnya tangan Ethan turun menggenggam jari jemari Emma.

Ethan menggenggam jari-jemari itu lembut, yang disyukurinya masih terasa hangat. Dirasakannya kuku-kuku itu yang mulai memanjang. Menatap wajah terlelap gadisnya yang masih saja terlihat pucat setelah terbaring berhari-hari tanpa pernah sadar. Ethan bangkit meraih pemotong kuku dan perlahan memotong kuku itu satu per satu.

Tookkk..... Ttokk....

"Masuk..." Lirihnya pelan, namun cukup keras untuk didengar oleh orang diluar.

"Tuan, waktunya Nyonya Emma untuk membersihkan diri."

Ethan mengangguk, lalu kembali melanjutkan memotong kuku-kuku Emma sedangkan sang pelayan menyiapkan baskom air hangat dan segala perlengkapan untuk membersihkan diri sang Nyonya.

Pelayan itu berpamitan setelah selesai menyiapkan segalanya. Ethan memang mengurus segala keperluan Emma seorang diri, kecuali untuk memeriksa keadaan gadisnya, Ethan tetap membutuhkan tenaga dokter. Untuk masalah membersihkan, menemani, bahkan mengobrol seperti orang gila, Ethan melakukannya sendiri. Dia tak butuh perawat, karena dialah yang akan mengurus hal-hal pribadi gadisnya. Sebab itulah Ethan memilih membawa sang gadis untuk dirawat dimansionnya yang ada di Jerman. Menyulap kamarnya menjadi kamar rawat inap gadisnya.

Ethan bahkan tak ingat sudah berapa hari dia menguasai tubuh itu dan melupakan Leo disudut hatinya yang tergelap. Tapi apa mau dikata, Ethan terlalu khawatir hingga melupakan segalanya.

Ethan meletakkan pemotong kuku itu setelah selesai memotong semua kuku Emma hingga rapi, lalu dikecupnya dahi sang gadis lembut. Perlahan, dibukanya satu per satu piyama sang gadis, hingga semua kain yang melekat kini sudah tersisihkan dilantai kamar.

Nafsu?

Tidak ada nafsu saat melihat gadisnya tergeletak kaku, biarpun sepanjang hari gadis itu telanjang. Yang ada hanya perih yang terus menggerogoti melihat kondisi gadisnya.

Dilapnya seluruh tubuh gadis itu inci demi inci tanpa melewaktkan satu sisi pun tubuh gadisnya. Dia tak ingin gadis itu terjangkiti kuman dan menjadi bertambah sakit atau saat terbangun nanti gadis itu akan merasa lengket. Dia ingin saat gadisnya terbangun, gadisnya dalam posisi yang nyaman. Yah begitu.

The Billionaire's Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang