Emma menyukai semilir angin yang menerpa wajahnya. Langit pun tampak sedikit mendung diatas sana dan menyebabkan udara sedikit dingin.
Leo merapatkan selimut Emma hingga menggelilingi bahu, lalu ditariknya selimut satunya hingga menutupi kaki Emma. Emma sudah sangat mirip buntalan tebal selimut, membuat gadis itu protes mati-matian pada suaminya yang over protectif. Tapi apa peduli Leo, baginya kesehatan Emma lebih penting dari apapun.
Mereka berdua duduk ditaman rumah sakit, disebuah bangku kayu panjang tepat dibawah rindangnya pohon jati yang berayun diterpa angin. Ah, jangan lupakan bayi mungil mereka yang berada digendongan Emma. Mereka bersama-sama menikmati udara bebas dan kebersamaan itu dengan khitmad. Leo pun tak lupa merengkuh Emma dan bayinya dengan sayang. Tak ada yang lebih membahagiakan daripada kebersamaan bersama keluarganya. Keluarga kecilnya.
"Leo...."
"Hm..." Leo hanya bergumam menjawab panggilan Emma. Kedua tangannya mendekap Emma dan bayi mereka, serta kepalanya ditumpangkan pada bahu istrinya itu. Leo benar-benar merasa tidak mau lepas saat ini.
"Menurutmu, apa aku bisa sembuh?"
Leo tersenyum. "Tentu saja, sayang. Yang paling penting adalah kau yang harus bisa bertahan. Aku sedang berusaha mencarikanmu ginjal, okey."
Emma mengangguk. Kepalanya berpaling dan berbalik menduselkan kepalanya ke lekukan leher Leo. Mereka sama-sama melakukan hal serupa hingga bayi mereka terhimpit ditengah-tengah, meski masih ada sedikit jarak hingga bayi mereka yang sedang tertidur tidak merasa sesak.
"Aku menyusahkan ya?"
"Aku selalu senang melakukan apapun jika menyangkut dirimu."
"Pernahkah kau merasa jenuh bahkan kesal padaku?"
Leo mendengus kecil.
"Jenuh? Kurasa tidak. Kesal? Aku selalu kesal jika kau berdekatan dengan pria lain."
"Aku juga kesal kau berdekatan dengan wanita lain." sahut Emma membalas perkataan Leo.
Leo menegakkan kepalanya tiba-tiba. Tapi tangannya mengeratkan dekapan pada Emma. "Kapan aku bersama wanita lain?"
"Jika harus kuingatkan tuan, kau selalu dikelilingi wanita sexy kemanapun. Apalagi jika berada dikantor. Sekertarismu wanita, dan banyak bagian staf dikantormu wanita. Kenyataannya adalah mana ada wanita yang tidak menatapmu saat kau lewat."
Leo mengangkat sebelah alisnya.
"Tunggu... Jadi selama ini kau memikirkan itu? Oh astaga, mereka punya mata, jadi mereka berhak menatap apa yang bisa mereka lihat. Yang terpenting, aku tidak berpaling darimu sama sekali."
Dan Emma memalingkan wajahnya. Merasa malu karena dua hari ini rasanya dia sensitive sekali. Dia selalu ingin berada didekat Leo, tidak ingin Leo pergi kemanapun hingga berakhir dengan Leo pindah ke kamarnya kemarin malam.
Emma hanya merasa takut kehilangan suaminya itu. Rasanya berpisah dari Leo meski hanya beberapa menit terasa menakutkan. Mengingatkannya akan kejadian lalu yang membuatnya berpisah dengan suaminya.
Apalagi dengan keadaannya sekarang, dia hanya ingin menyakinkan diri bahwa Leo takkan meninggalkannya dan mencari kebahagiaan dengan wanita lain.
"Kau kenapa hm?" Tangan Leo menarik dagu Emma dan menghadapkan gadis itu untuk menatapnya.
Emma tampak gugup, tapi dia tetap menatap prianya dengan senyum kecil.
"Tidak." Emma menggeleng. Lalu menatap suaminya lekat. "Leo, mau menceritakan dirimu saat kecil? Kau mengetahui segala hal tentangku sejak kecil, jadi aku juga ingin mengetahui tentang dirimu saat kecil. Tapi jangan paksakan dirimu, jika kau tidak mau, tidak pa-pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Love
Action#AlterEgoSeries1 (Cerita tentang kepribadian ganda) Selamat Membaca!!! :)) . . WARNING!!! DILARANG MENCIPLAK/MENGKOPI SELURUH ATAU SEBAGIAN ISI CERITA. CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA. ...>••<...