"Aku ingin kau membunuhnya? Lakukan tugasmu segera! Sisa uangmu akan kubayarkan setelah kau mengirimku kepalanya!"
Tuuut—
Allen menutup segera telponnya dan berjalan kembali kekamar. Dia sedikit merasa aman kali ini karena sudah menyebar beberapa anak buahnya untuk melindunginya secara sembunyi-sembunyi. Dia tidak tahu apa yang bisa saja terjadi nanti kedepannya. Dengan adanya Cerreta, semuanya bisa menjadi ancaman.
Beberapa saat yang lalu dia sudah menelpon beberapa anak buahnya untuk menjalankan misi membunuh Reito. Allen tidak bisa meninggalkan Emma sendiri begitu saja. Terlalu beresiko jika dia harus pergi ke Indonesia sendirian. Mungkin Cerreta akan mengamuk padanya, karena tidak turun tangan menjalankan perintah sendiri seperti sebelumnya saat dia masih bekerja pada Cerreta. Tapi, yang terpenting dia membawa kepala Reito bukan? Sebelum Cerreta tahu, dia harus sudah bisa membawa kepala Reito kehadapan Cerreta. Ya harus!
"Engh...." Saat sampai ke kamar, Allen bergerak cepat saat mendengar Emma melenguh dengan keringat yang membanjiri tubuh. Raut gadis itu tampak ketakutan. Dan saat Allen memilih naik ketempat tidur dan mendekap tubuh Emma, gadis itu menjerit dan terbangun.
Dengan nafas tersenggal, Emma menangis. Terisak didalam dekapan erat Allen.
"Kau baik-baik saja sayang?" tanya Allen.
Emma tak menjawab. Dirinya terus terisak dan pelukan Allen sama sekali tidak meredakan rasa takutnya. Dia baru saja bermimpi buruk. Bermimpi buruk tentang seseorang yang tak dikenalinya. Tapi, jika dia tak mengenalnya, kenapa dia harus setakut ini? Dalam mimpinya, orang itu terluka, terluka karena dirinya.
"Bi-bisakah buatkan aku susu, Lian? A-aku ingin susu." Ucap Emma ditengah isakannya.
Allen melonggarkan dekapannya dan menatap Emma cemas. "Kau tak apa, Rachel sayang?"
Emma mengangguk. "Aku hanya ingin susu, kumohon."
Allen pun mengangguk dan bangkit. Sebelum benar-benar pergi, dia mengusap kepala Emma dengan sayang. Cemas dengan keadaan gadisnya yang sepertinya habis bermimpi buruk.
"Akan kubuat, kau tunggu disini."
Setelah Allen benar-benar menghilang dari pandangannya Emma menangis keras. Membenamkan wajahnya kepada bantal untuk meredam suaranya. Dia hanya tak ingin Allen menyaksikannya menangis, terlebih tak ingin Allen sadar jika dia menangisi....pria lain.
Dan....
Siapa pria didalam mimpinya itu?
..
..
..
10 orang pria berkumpul diruangan itu. Udara pesisir yang cukup dingin masuk melalui jendela-jendela yang sengaja dibuka untuk menyegarkan otak-otak mereka yang sedang berpikir.
Reito meletakkan begitu saja kopernya dilantai tanpa berniat beristirahat terlebih dahulu setelah sampai dirumah yang disewanya di daerah Shenzhen, dia perlu bergerak cepat. Segera selamatkan Emma dan kembali pada tuannya. Dia tak ingin membuang-buang waktu dan meninggalkan Leo begitu saja di Indonesia. Selain Allen brengsek itu banyak saingan Leo yang juga mengincar nyawanya. Karena itulah, Raito tak bisa berlama-lama disini. Dia perlu bergerak cepat. Tak peduli jika saat ini Leo memiliki banyak penjaga. Karena bagaimanapun, bisa saja ada seorang penghianat didalam penjagaan, tak peduli presentasenya hanya 5%. Karena Reito-lah yang selama ini menyeleksi penjaga-penjaga terdekat Leo. Jadi dia cukup percaya diri akan pilihannya.
"Bagaimana?" tanyanya serius.
"Allen tinggal disini..." ujar seorang dari mereka yang memang Reito tunjuk sebagai ketua Tim dengan telunjuk yang menunjuk suatu tempat di peta. Mereka adalah orang-orang dari cabang China yang dipilih Reito dan dapat dipercaya. "Dan setelah kami selidik beberapa saat lalu, ada sekitar 5 orang penjaga tak terlihat disekeliling rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Love
Action#AlterEgoSeries1 (Cerita tentang kepribadian ganda) Selamat Membaca!!! :)) . . WARNING!!! DILARANG MENCIPLAK/MENGKOPI SELURUH ATAU SEBAGIAN ISI CERITA. CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA. ...>••<...