Chapter 17 : Diambang Kematian

33.5K 2.1K 51
                                    

Sometimes,
When i say, 'i'm okey.'
I want someone to look me in the eyes, hug me tight, and say......
'I know you're not'

..
..
..

Pria itu segera membuang ponsel yang digunakannya.

"Bawa gadis itu."

Emma tak tahu kini dia akan dibawa kemana lagi. Karena bukan hanya mulutnya yang ditutup kini, tapi juga matanya. Seseorang mengangkatnya bak karung beras dan berjalan dengan cepat.

Emma tahu mereka akan berpindah lagi, karena bagaimanapun barusan pria itu menantang maut dengan menelpon Leo. Dan bisa jadi tempat ini sekarang sudah ditemukan oleh Leo.

Tapi Emma segera berontak dengan menggeliatkan tubuhnya sekeras mungkin. Kalau dia tidak bisa kabur, paling tidak dia bisa mengulur waktu. Leo harus bisa secepatnya menemukannya. Emma berjanji akan memberikan Leo anak setelah ini dan membuang obat pencegah kehamilan yang diminumnya selama ini. Bagaimanapun dia tidak mau memberikan anak karena takut jika pernikahan ini akan berumur pendek. Tapi kali ini dia berjanji sungguhan akan menerima Leo dan memberikan pria itu anak. Ya dia hanya berharap Leo segera menyelamatkannya. Karena kini dia sangat ketakutan.

BUKK!

Emma sukses jatuh dan menghantam aspal dibawahnya dengan keras. Sakit tapi tidak seberapa sakit dengan tangannya yang masih perih akibat diiris-iris tadi.

"Sialan."

Bukk. Dan emma mendapatkan tendangan tepat diperutnya oleh orang yang barusan menggendongnya. Emma mengerang tertahan dengan mulut yang dilakban.

Lalu orang itu kembali mengangkatnya lagi, tapi Emma mengeliat lagi lebih bersemangat daripada tadi. Tak peduli jika dia harus menerima sebuah tendangan lagi.

"Diamlah, kau ingin kutendang lagi huh?!"

Tapi Emma tak berhenti bergerak, karena dia percaya jika Leo akan menyelamatkan bagaimanapun caranya. Polisi pasti akan segera datang.

Tapi semua usahanya rasanya gagal saat dia dilempar masuk kedalam mobil.

"Cepat dan tetap bertindak normal." ucap sebuah suara yang dia kenal sebagai pelaku pengirisan tangannya, dan mereka pergi dari sana sesegera mungkin.

..
..
..

"Lacak nomor telpon itu sesegera mungkin!" ucapnya membentak mengisi seluruh ruang tepat saat telpon itu ditutup.

Komputernya bekerja cepat dan hanya dalam kurun waktu kurang dari setengah menit Leo segera mendapatkan jawabannya. Yah, Leo selalu bangga dengan kecanggihan komputer yang sudah dimodifikasinya itu.

"jaringan telpon seluler dengan nomer 0xxxxxx berada di kawasan Deffort's Motel, daerah pinggir kota Berlin."

Bibir Leo menipis geram, dia harus bergeges. Tidak, dia tidak ingin melihat Emma dalam keadaan lebih buruk lagi daripada jeritan kesakitan tadi. Dia harap bisa menemukan Emma dalam keadaan yang lebih baik daripada yang dibayangkannya. Dan dia berdoa dalam hati. Doa sungguh-sungguh yang baru kali ini benar-benar dilakukannya.

Tepat saat ingin melangkah pintunya dibuka begitu saja.

Leo memicing saat menemukan anak buahnyalah pelaku tindakan tidak sopan itu.

"Maaf tuan, saya terlalu semangat untuk memberitahukan ini." bawahan itu menunduk tampak sedikit takut-takut. "Kami menemukan satu CCTV yang merekam saat istri anda di bawa kedalam sebuah mobil dalam keadaan tidak sadarkan diri. Mengikuti jejak mobil itu, kini mereka dipastikan berada di daerah pinggir Berlin tepatnya disebuah Motel....."

The Billionaire's Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang