Chapter 7 : Sang Posesif

49.9K 2.8K 22
                                    

Happy reading^^
😁😊

..
..

Emma meringkuk diujung sofa ruang tamu dengan kepala yang ditenggelamkan pada lutut. Dia masih saja menangis, meski tak sehebat tadi.

Sungguh, dirinya benar-benar sudah rusak kini.

Pria yang mengaku-ngaku menjadi calon suaminya itu entah menghilang kemana sekarang. Dia tak peduli. Dia merutuki dirinya yang bisa-bisa terpesona dengan pria itu. Bagaimanapun pria itu brengsek! Pria tak beradab yang bisa-bisanya memperkosa dirinya!

Dan kabar buruknya lagi, pria itu calon suaminya!

Emma benar-benar ingin dikubur hidup-hidup saja saat ini.

Meskipun dia tak yakin jika dia mendapatkan pria lain esok sebagai calon suaminya yang akan menerimanya dengan lapang dada mengingat dirinya yang sudah kotor.

Cih, dasar pria brengsek sialan yang tak punya otak! Tak terbayangkan bagaimana hidupnya jika punya suami yang begitu brengseknya. Bagaimana jika dia diselingkuhi sana sini?

Bodohlah. Lagipula dia tak mencintai pria itu bukan?

Cklek!

Emma mengintip saat seseorang membuka pintu, dan dia langsung menegakkan duduknya saat melihat pria yang katanya calon suaminya itu menggeret koper yang tampak seperti koper miliknya.

"Itu milikku?" tanya gadis itu ragu. Tapi jika itu memang miliknya, kenapa pria itu bisa sampai mendapatkan dan membawa kopernya kemari?

"Ya." Jawaban singkat dengan wajah datar yang membuat Emma geram.

"Bagaimana bisa kau mendapatkannya?!" Kini suaranya nyaris melengking dan dia segera berjalan cepat menghampiri pria itu. "Kembalikan koperku!"

Emma kini tepat berdiri didepan pria itu. Menghalangi jalan Leo untuk melangkah lebih jauh.

"Kau akan menginap denganku mulai sekarang."

Emma melotot.

"KAU GILA!" Gadis itu benar-benar tak tahan. Setelah memperkosanya seenak jidat, pria itu ingin mengurungnya juga? Hei pria itu hanya calon suaminya. 'CALON'.

"Ya. Aku gila, karena kini aku ingin menikahimu, segera."

Emma menatap Leo dengan pandangan ngeri.

"Tidak akan ada pernikahan!"

"Ya, akan. Bagaimana jika kau hamil? Menikah secepatnya lebih baik daripada menikah dengan perut membuncit. Kau tidak ingin menjadi buah bibir orang-orang, 'kan?"

"Siapa yang hamil?!" Emma kini benar-benar yakin jika pria yang kini berada dihadapannya benar-benar gila. Dia tak akan hamil bukan? Tunggu,, tapi kemarin bukan waktu suburnya, 'kan?

Dan Emma kini ingin menangis. Tapi dia berpikir positif bahwa hal itu takkan terjadi.

"Bisakah kau memberikan koperku saja? Aku tak ingin melihatmu." ungkapnya jujur. Rasanya dia benar-benar ingin mati saja. Sudah sendirian didunia ini dan kini datanglah bencana sialan ini.

"Tidak. Aku akan memastikan kau akan berada disampingku terus." Jawab Leo mantap.

Tubuh pria itu maju dan kedua tangannya merengkuh pinggang Emma, membiarkan koper kecil itu tergeletak begitu saja disebelahnya.

"Ini benar-benar tidak adil. Aku ingin mencicipimu juga." Leo berbisik tepat ditelinga Emma. Lalu menjatuhkan kepalanya dibahu mungil Emma. Ahh, dia bisa menghirup aroma gadis itu sebanyak-banyaknya.

The Billionaire's Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang