Suatu sore di pasar malam.
Ada penjual sendal,
ada penjual bakso,
ada penjual pakaian,
tapi rasanya masih sepi.
Sore semakin menyore.
Tukang ngamen dengan sumbangnya.
Bernyanyi seolah ia yang punya telinga.
Lagu yang sering salah liriknya.
Tapi rasanya masih saja sepi.Sore berubah biru.
Ratusan bahkan lebih orang berlalu-lalang.
Dengan absurditas dan normalitas yang beragam.
Bercengkrama nikmati senja.
Tapi rasanya juga masih sepi.Sore tertelan kelam malam.
Kelalawar keluar mencari serangga.
Pohon-pohon berubah jingga.
Dunia semakin menua.
Tapi rasanya sepi tak mau berganti.Mungkin karena tak ada kamu.
Ya kamu satu yang kurindu.
Kamu di sore itu.☘
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOLOGICA
PoetryKumpulan puisi yang bukan puisi. Sebaiknya tidak dibaca karena di dalamnya hanya berisi ketidakjelasan penulis. Kalau mau tetap baca silahkan saja. Tapi jangan salahkan saya kalau kecewa. Apa? Masih nekat juga? Baiklah, selamat datang di dunia absur...