Berawal dari tunas kecil yang terabaikan.
Dengan akar yang lemah.
Lalu tumbuh, membesar, berdaun .
Yang tadinya hanya dua daun.
Kini jadi tiga, empat, lima, puluhan, ratusan bahkan ribuan.Ia berbatang kokoh.
Membelah udara dan menangkap cahaya.
Bercabang ke segala arah dengan indah lalu berbunga dan berbuah.
Akarnya pun sudah mencengkram bumi mengalahkan bebatuan.Hujan, mentari seakan mendukung.
Membesarkannya dengan tulus.
Tanah yang tandus pun jadi subur.
Membiarkannya berkembang jadi tinggi dan meneduhkan dunia.Namun suatu hari saat musim berganti.
Dedaunan pun gugur bersama angin yang kering.
Tanah menjadi gersang.
Lalu sang pohon mati bersama harapannya.Hujan tak juga datang.
Hingga perut bumi kering kerontang.
Pohon hanya sisa batang yang hitam.
Hangus terpanggang kemarau yang melewati ambang.Namun tak selamanya hidup harus berelegi.
Di suatu pagi sang hujan muncul membilas dahaga.
Sang pohon terbangun dari tidur panjang.
Bernyanyi gembira bersama semesta.Lalu tumbuh lagi tunas-tunas muda.
Harapan dari para peri yang telah lama terkubur waktu.
Lalu pohon kembali bersemi.
Memancarkan kehidupan yang pernah mati.☘
Cinta kita seperti pohon
Yang tumbuh subur dan kokoh
Meneduhkan, menyenangkan
Namun saat kemarau datang
Dan memaksanya mati sesaat
Kumohon jangan biarkan dia mati
Bertahanlah sampai hujan tiba
Karena bersamamu, sesulit apapun bisa kulalui.

KAMU SEDANG MEMBACA
MONOLOGICA
PoetryKumpulan puisi yang bukan puisi. Sebaiknya tidak dibaca karena di dalamnya hanya berisi ketidakjelasan penulis. Kalau mau tetap baca silahkan saja. Tapi jangan salahkan saya kalau kecewa. Apa? Masih nekat juga? Baiklah, selamat datang di dunia absur...