"Assalamualaikum"terdengar suara dari pintu luar.
"Waalaikumsalam, eh Ratna" jawab Ima-ibu Nadiva sambil membukakan pintu.
"Iya bu, Ratna"
"Masuk sini, sarapan dulu ya bareng ibu sama abang" tawar Ima
"Gausah bu, aku udah sarapan kok"
"Ooh, kamu mau berangkat bareng Nadiva ya"
"Iya bu, Nadiva udah rapih?"
"Kamu salah nak nyamper jam segini, Nadiva kalo rapih-rapih itu lamanya minta ampun nanti kamu nunggunya kelamaan lagi"
"Yah salah ya, yaudah Ratna pulang dulu deh"
"Eh eh ngapain sayang, udah disini malah pulang" sambar Ridho.
Sayang ?
"Abang apasih sayang.. sayang, anak orang tuh bang jangan dibuat baper" tawa ibu ngikik.
"Gapapa lah rumah kan di depan situ" jawab Ratna menimpali ucapan abang dan tawa ibu.
"Sini sayang sarapan dulu sama abang" ledek Ridho
"Bang! inget umur napa!" sambar Nadiva dari tangga.
Ketiganya mendongak keatas tangga mendengar asal suara yang tiba-tiba terdengar nyaring. Perkataan Nadiva yang menurutnya kejam membuat wajah Ridho memerah ingin rasanya mencubit pipi Nadiva sedangkan ibu dan Ratna tertawa geli.
"Ratna tumben berangkat bareng Nadiva" tanya Ridho setelah suasana mulai reda.
"Bunda sama ayah kerumah nenek, bu. Jadi nggak ada yang bisa nganter" jelas Ratna. Ridho dan juga ibu mengangguk paham.
"Ayo bang, udah jam segini"
Ridho mengangguk, beranjak dari duduknya yang kebetulan makanannya sudah habis. Tidak lupa berpamitan dengan Ima. Mereka berjalan beriringan yang Nadiva dan Ratna berada di belakang abang. Mobil yang mereka tumpangin meluncur keluar dari bagasi mobil dan menjauhi kompleks.
Sampainya di sekolah.
Mereka berdua berpamitan dengan Ridho, dan memasuki gerbang sekolah. Dengan ramah keduanya menyapa satpam yg mengenakan seragam dan nametag bernama 'Sutarjo'."Assalamualaikum Pak Tarjo, selamat pagi" Sapa Nadiva dan Ratna.
"Waalaikumsalam eneng cantik"
Senyum geli Ratna dan Nadiva. Pak Tarjo memang tidak ingat umur, genit berkedip mata pada wanita-wanita cantik warga sekolah. Tapi tidak dengan keduanya, karena dia tau mereka adalah anak yang baik dan tidak songong sama orang tua memanggil dengan julukan Pak Bujang. Pak bujang julukannya karena diumurnya yang sudah tua masih membujang, padahal wajahnya tidak terlalu buruk, maksudnya lumayan tampan.
Hari-hari disekolah sama saja, tidak ada yang berubah. Jarum jam terus berputar menunjukkan pukul 13.30 waktunya pulang sekolah. Langit begitu gelap, menandakan akan turunnya hujan disertai angin yang kencang. Sampai di gerbang dilihatnya mobil milik ayah Ratna, mereka sudah menunggu.
"Ayah?" Ratna mengetuk jendela mobil. Burhan-ayah Ratna membuka pintu mobil dan langsung menarik tangannya untuk memasuki mobil.
"Ayah.. ayah kenapa sih tunggu dulu dong"
Nadiva terlihat ikut bingung dan diam menatap keduanya.
Burhan memegang kedua pundak putrinya dan menatap anaknya dengan serius, dilihatnya tatapan duka.
"Ada apa sih Yah?" Tanya Ratna penuh tanda tanya.
"Nenek nak"
"Nenek kenapa yah ?!" wajah cemas Ratna terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
SpiritualJika memang takdir, Cinta kan pasti bertemu, Meski aku dan kamu berada diujung dunia.