"Ratna, Abang mau ngomong." ucap Ridho ketika sampai di rumah. Nadiva yang lengah langsung masuk kerumah sedangkan Ratna yang mau pulang ditahan Ridho yang ingin berbicara sesuatu kepadanya.
"Iya kenapa, Bang. Ngomong aja"
Ridho langsung to the point, "Tadi siapa ?"
Ratna terbelalak, matanya membesar ingin rasanya tertawa kencang karena nggak biasanya Ridho bertanya tentang orang lain kepadanya. Terutama dengan wajahnya yang lucu tatapannya yang penuh keingintauan.
"Ckck, emangnya kenapa Bang ?"
"Abang cuman nanya emang nggak boleh ?"
"Ya boleh sih, tapi kok nggak biasanya Abang nanya-nanya yang begituan."
"Dia siapa kamu ? Kok kayaknya akrab banget."
"Abang kok kepo sih, emang penting buat Abang?"
Iya penting banget Rat, karena gue nggak mau liat kamu akrab sama cowok lain. Aku cemburu Rat.
"Ya nggak sih, cuman nanya doang."
"Kalo nggak ya berarti aku nggak perlu jawab dong Bang."
"Kok gitu sih, Rat."
"Stop Bang, aku geli liat Abang ngerengek gitu." Ratna tertawa geli.
"Abang serius, Rat. Jawab napa, Abang capek nunggu."
"Loh emang Abang nunggu apa kok udah capek duluan."
Nunggu kamu peka Rat.
"Ya nunggu kamu jawab pertanyaan Abang lah."
"Yaudah iya aku jawab, dia itu—"
Dag
Dig
Dug
Jangan bilang dia pacar kamu Rat.
"Dia temen aku waktu SD, aku cukup akrab sama dia juga keluarganya tapi pas aku pindah kesini ya kita jadi nggak bisa ketemu lagi."
"Kamu akrab sama keluarganya ?" Ratna mengangguk,
"Kok bisa?"
"Ya seperti aku sama Diva. kita berteman sering main kerumahnya aku juga sebaliknya."
Kalo dulu dia sering main kerumahnya Ratna, berarti sekarang dia masih bisa main kerumahnya dong. Gimana dengan gue ? Bisa-bisa gue tersingkirkan, secara dia lebih bening dari gue, lebih cakep dari gue.
"Ooh gitu.." Ratna hanya mengangguk,
Saat Ratna hendak berpamitan dengan Ridho, dia kembali menahannya untuk tidak pulang sebentar. "Tunggu Rat, masih ada satu lagi yang mau Abang omongin ke kamu."
Apa gue ngomong sekarang?
Tapi apa nggak kecepetan ya ?
Entar kalo dia kaget gimana ?"Ratna."
"Hhmm?"
"Ratna."
"Iya apa.." jawab Ratna yang mulai greget.
Ih kok susah banget sih buat nyatain doang.
"Sebenernya Abang—"
"Loh Rat, kok belum pulang ?"
"Diva ih!" Ridho mendengus sebal, ada saja penghalang ia mau menyatakan perasaan. Belum apa-apa sudah begini, apalagi memintanya untuk menjalin hubungan.
"Kenapa Bang?"
"Auah."
Nadiva menaikan alisnya berkali-kali, bertanya melalui isyarat.
"Abang kamu mau ngomong sama aku, malah kamu potong."
"Ya maaf Bang, aku kan nggak tau. Yaudah lanjutin lagi deh, nggak bakal aku ganggu kok."
Ridho menarik napas dalam-dalam mempersiapkan mental untuk berbicara, Susah banget kayaknya mau ngomong aku sayang kamu.
"Ratna,""Hemm? Apa sih, Ratna Ratna terus kapan ngomongnya." Ratna sudah mulai bosan.
"Tunggu dong sabar dikit. Abang itu Sa—"
"Ratna! Sedang apa kamu luar sana nak?" teriak Inna dari halaman rumahnya. Membuat keduanya menoleh kesumber suara, dan pembicaraan Ridho terpotong lagi.
Wajahnya merah memanas, tangannya mengepal. Membuang napasnya cepat lalu mengusap wajahnya kasar.
"Iya, Ma. Aku pulang sekarang." wajahnya kini beralih kembali ke hadapan Ridho, "ngomongnya besok aja ya kak, aku pulang dulu. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam" Ridho terus memandang punggung Ratna dari kejauhan yang berlari-lari kecil menuju rumahnya. "Aku sayang kamu Ratna!" jeritnya setelah Ratna masuk rumah.
Mungkin lain kali akan ada kesempatan untuk berbicara.
Ridho baru menyadari setelah berbalik arah ingin masuk rumah bahwa adiknya tengah ternganga mendengar perkataan Ridho barusan di ambang pintu.
"Abang?!" ucapnya sedikit shock.
"Kamu denger apa barusan?" tanya Ridho gemetar.
Nadiva hanya menggeleng, Ridho melewatinya sambil menatap adiknya tajam. Setelah Ridho melewatinya, Nadiva langsung terkikik.
*
Di sekolah Fahmi sudah menunggunya di depan gerbang setelah semua murid sudah pulang tersisa yang piket kelas serta Nadiva yang juga piket dan ditemani Ratna. Saat Nadiva hendak lewat, Fahmi menghadangnya. Ratna menatapnya sinis.
"Kenapa lo?!"
"Lo yang kenapa. Maksud lo begini itu apa."
"Bukan urusan lo," kini matanya menatap Nadiva yang berada dihadapannya, "Gue mau ngomong sama lo, bentar doang."
"Maaf kak, saya capek mau pulang dan istirahat."
"Sebentar doang nggak akan memakan waktu kamu banyak-banyak."
"Bisa gak sih nggak maksa orang terus. Mau lo apa sih dikit-dikit maksa dikit-dikit ngancem." cibir Ratna yang sebal dengan Fahmi yang terlihat berlebihan seperti itu.
"Maaf kak, saya bener-bener capek hari ini. Saya permisi, Assalamualaikum." Nadiva langsung menarik tangan Ratna menjauhi pekarangan sekolahnya. Sedangkan Fahmi hanya berdiri diam tak berkutat.
Fahmi mendengus sebal. Kalo ada temennya itu susah banget mau ngomong sebentar aja sama Nadiva. Besok-besok gue singkirin dia dulu baru bisa ngomong. Batinnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/96253709-288-k964197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
SpiritualJika memang takdir, Cinta kan pasti bertemu, Meski aku dan kamu berada diujung dunia.