Chapter 13

306 26 7
                                    

Arip mendorong dada Cecep menjauhkan dirinya dengan Cecep, "Apasih lo, ganggu aja gue lagi asyik."

"Ah gaseru lo Rip sekarang, mainnya rahasia-rahasiaan." Arip malah mengacuhkannya.

*

Pulang sekolah, Ratna membuka jilbabnya saat sudah berada di dekat halaman rumahnya, dimasukkan ke dalam tas. Membuka pintu dengan santai tanpa menimbulkan kecurigaan sama sekali dan mengucap salam. Eyangnya menyambut dengan ikhlas serta senang dengan kepulangan cucunya yang seharian sekolah karna ada ekskul tambahan jadi pulang kesorean. Tak lupa Ratna mencium punggung tangan Fatimah, Inna juga Burhan.

Dikamar Ratna menghempaskan tubuhnya ke kasur, melepas lelahnya di kasur kesayangannya. Menatap langit langit kamarnya, memikirkan sesuatu yang membuatnya gelisah. Lalu memejamkan matanya.

Apa harus aku melakukan ini setiap saat ? Setiap Eyang disini. Tapi bukankah Eyang masih lama ingin tinggal disini, berarti aku harus melakukannya masih lama lagi. Kalo begini terus kapan aku leluasa mengenakan jilbab sampai dalam rumah tanpa harus ngumpet ngumpet kayak gini ? Apa aku mampu melakukan semua ini ?

Ratna berusaha tidak memikirkan ini. Tubuhnya sangat lelah sehingga harus berendam dengan air hangat, sedangkan ini menjelang maghrib tidak mungkin kalau dirinya berendam air hangat, keburu adzan berkumandang. Tidak harus berendam, mandi seadanya dengan mengguyur badannya pakai air hangat itu juga cukup menghilangkan pegal-pegal dibadan dan kakinya.

Menunggu adzan maghrib Ratna merapihkan tas serta seragam yang tadi ia letakkan sembarang tempat. Terdengar masjid dekat rumahnya mengumandangkan adzan Ratna bergegas ke kamar mandi mengambir air wudhu lalu menggelar sajadah kearah kiblat. Tak lupa pintu kamarnya yang dikunci supaya Eyang tidak bisa membuka pintunya disaat dia sedang melaksanakan ibadah.

Benar saja disaat Ratna sedang berdoa pintu kamarnya diketuk. Ratna buru-buru melepas mukena serta melipat sajadah dengan cepat dan di selipkan antara bantal-bantal yang sengaja dia tumpuk. Sebelum membuka pintunya, Ratna mengatur napasnya supaya tidak terlihat panik. Dadanya berdetak cepat, kaki dan tangannya gemetar tapi dia tahan supaya Eyangnya tidak melihat kepanikan dari cucunya yang ngumpet ngumpet melakukan sholat fardhu.

Dibukanya pintu itu dan ternyata itu Mama. Dia hanya mengajaknya turun ke meja makan untuk makan malam. Ratna menghembuskan napasnya dengan kasar karena dibuat panik dengan suara ketukan saja yang dikira itu Eyangnya. Ratna mengangguk dan mengatakan akan turun secepatnya. Baru akan keluar kamar, hpnya berdering masuk 1 pesan baru.

Bang Ridho
Assalamualaikum, Hai Ratna.

Ratna membacanya terheran-heran mengangkat satu alisnya.

Wa'alaikumsalam, kenapa Bang ?

Nggak papa, kangen aja sama kamu udah lama nggak main kerumah

Ooh, iya nanti kalo sempet aku main kerumah.
Tumben Bang nanyain ?

Iya, abisnya kamu nggak ada kabar sih.

Kabar ? Apa kemarin kemarin aku suka ngasih kabar dia ?

Ya terus kenapa Bang kalo aku nggak
Ngasih kabar ?

Kamu mah sok polos atau gimana sih ?
Abang kangen sama kamu Rat.

Dih, Abang mah frontal banget ya jadi cowok.

Kenapa, Kamu ilfill ya sama Abang?

Abang aneh.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang