Chapter 8

352 32 0
                                    

10:30

Keadaan kelasnya yang tidak bisa digambarkan lagi bagaimana bentuknya dan situasinya. Meja dan kursi yang tidak terbaris sejajar, sampah yang berserakan, begitupun siswa yang menghuni kelas itu ada yang bergosip, berdandan, berkumpul di pojok kelas—biasa itu anak laki-laki, berantem lah rebutan ini-itu, lempar-lemparan kertas.

Kelas kayak kapal pecah, tidak ada satupun guru yang mengawasi kelas yang bisa dibilang biang setan, rusuh banget murid kelas itu. Karena guru Matematika kelas 12 masuk rumah sakit sudah seminggu tidak masuk, sebagian guru menjenguk bahkan bisa dibilang hanya sebagian kelas 10, 11, dan 12 yang dihuni guru.

Kasihan anak baru, yang dateng-dateng pendiem dilihat dari mukanya juga kalem nggak bader, Diva rasa Bayu salah masuk kelas deh, bisa-bisa dia ikut badernya kayak Arip. Nadiva sangat prihatin. Sekarang Bayu sedang ikut menimbrung di pojok sana bergabung dengan orang-orang yang malas dan otaknya yang jarang disapu.

"Kasihan ya si Bayu,"

"Kenapa di kasihanin ?"

"Orang kalem, cakep, putih, bersih harus gabung sama bocak buluk nggak pernah dirawat, malah lebih parahnya rombongan otak parah nggak pernah disapu.

"Udahdeh nggak lama disini dia bakal ketularan virus engas."

"Iya,ya."

*

Suara ketukan sepatu di lantai terdengar Arip. Guru piket datang untuk mengecek keadaan dari kelas ke kelas. Arip langsung memberi tanda kepada satu kelas terutama rombongannya yang buat kelas ancur berantakan untuk segera merapihkan bangku dan meja serta menyembunyikan sampah yang berserakan ke dalam kolong meja.

Wajah mereka terlihat panik, tegang, tergesah gesah merapihkan kelasnya dan membuka buku berpura-pura membaca dan mengerjakan sesuatu. Saat guru piket masuk kelas keadaan kelas kembali rapih seperti semula.

"Kalian sudah dapet tugas dari guru jadwal hari ini ?" tanya guru piket.

"Sudah Bu.." jawab serentak,

"Bahasa Inggris halaman 45 kan Bu ? Bagian A, B, dan C, soal langsung jawab." lanjut Arip percaya diri.

Matanya menatap Arip penuh curiga dan ketidak percayaan karena Arip sudah di cap sebagai anak paling nakal, jahil, dan suka berbohong. Salah satunya Bu Ita yang pernah menjadi korban kejahilannya, harus membayar siomay yang bukan pesanannya. Jadi ceritanya, Agung si tukang siomay masuk ruang guru membawa beberapa piring berisikan siomay dengan dibantu beberapa orang kantin dan menaruh siomay itu ke masing-masing meja guru.

"Ini Bu, siomay nya," Agung yang meletakkan piring di mejanya.

"Iih makasih ya Bang di bawain siomay." terlihat wajahnya yang begitu senang. Saat Bu Ita sudah melahapnya Agung masih berdiri di depannya.

"Loh Bang, kok masih di sini ?"

"Uangnya Bu, bayar siomay nya." ucap Agung sopan.

"Loh bukannya ini Abang yang ngasih secara gratis ?" tanya Bu Ita heran.

"Eh si Ibu zaman sekarang mana ada yang gratis."

"Tapi kenapa Abang bawain saya siomay sebanyak ini, saya kan nggak mesen ?" tanyanya tambah heran.

"Loh Bu, bukannya Ibu yang mesen ya ?"

Matanya membulat heran, perasaan saya nggak mesen apa-apa deh, "Nggak kok Bang, saya lagi nggak mesen apa-apa sama Abang."

"Tapi Bu, tadi Arip yang bilang ke saya katanya Ibu mesen 10 piring siomay sepuluh ribu terus langsung taro di meja Ibu." jelas Agung.

Mendengar itu Bu Ita langsung menelan ludah dengan mata yang membulat, "Apa ? Sepuluh ribu ? sepuluh piring? Banyak banget." ucapnya sambil mengusap wajahnya kasar, "kurang ajar si Arip jadi tekor deh saya." tuturnya yang penuh kekesalan dan sedikit kebencian.

Bu Ita mengeluarkan selembar uang Seratus Ribu dengan lemas, Agung mengucapkan terima kasih dan segera meninggalkan ruang guru. Sementara beberapa guru yang berada di ruangan tertawa geli.

*

"Jangan harap saya bisa langsung percaya sama kamu, Arip."

"Saya bicara yang sebenarnya, Bu. Yaudah kalo Ibu nggak percaya saya nggak maksa Ibu buat percaya sama saya." jawabnya santai.

Matanya tertuju pada Nadiva,  yang di kenal sebagai anak yang pandai dan jujur.

"Div, apa bener kalian sudah mendapat tugas ?"

Dari kejauhan Arip sudah meng-kode dengan mata yang membesar melototi Nadiva supaya mengiyakan pernyataan Arip barusan.

"I-Iya Bu," jawabnya ragu.

Bu Ita mengangguk mempercayai pernyataan Nadiva dan meninggalkan segera kelas Nadiva.

Langkah guru piket  yang semakin jauh dari kelasnya, satu kelas tertawa geli, terbahak bahak memukul meja dengan keras. Apalagi si Arip bocah setan yang sudah berani memaksa Nadiva untuk membohongi Bu Ita, suara tawanya yang begitu jelas dan keras. Nadiva dan Ratna hanya bisa melotot dan melancipkan bibirnya.

Kelas kembali ricuh, sampah kembali berserakan, dan meja yang kembali berantakan. Sita cewek nakal di kelasnya menyetel musik keras-keras tetapi tidak sampai terdengar sampai keluar kelas, berjoget ala clubing bersama rombongannya diikuti Arip dan kawan-kawan, tapi Bayu tidak, hanya duduk di atas meja tertawa melihat Arip berjoget dengan Sita.

Sedangkan Ratna, Nadiva ,dan anak kutu buku di kelasnya hanya menggelengkan kepala lalu melanjutkan mengerjakan tugas yang kemarin guru Bahasa Inggria berikan.

***

Di kantin terlihat sepi tidak seperti biasanya yang sangat dipadati dengan para penikmat makanan karena jam pelajaran sebelumnya semua kelas free tidak belajar dengan guru masing-masing kelas sebelum bel istirahat banyak yang sudah turun menuju kantin.

Terlihat Bayu yang ikut dengan rombongan Arip tertawa ria, dipanggilnya Bayu sama Ratna yang mengisyaratkan untuk menghampiri Ratna. Bayu menurut berjalan menuju mereka, mulut Ratna berbisik kepada Bayu supaya tidak terdenger oleh siapapun kecuali Nadiva yang berapa tepat di sampingnya.

"Eh Bay, gue bilangin deh, jangan sekali-kali jajalin maen sama itu bocah setan," katanya sambil melirik Arip yang tengah memperhatikan mereka dari kejauhan.

"Emangnya kenapa?"

"Gue bilangin jangan deh." Bayu hanya mengangguk seakan mengerti tapi wajahnya yang masih memperlihatkan banyak pertanyaan mengapa dirinya seperti dilarang Ratna untuk main dan gabung dengan rombongan Arip.

Bayu berjalan menjauhi mereka, dan menyusul Arip ke meja panjang.

***

Tbc..


Gmna ? Danta nggak ?
😄😄

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang