Matahari tenggelam berganti dengan bulan. sunset yang indah menunjukkan waktu menjelang malam Nadiva dan Ratna pulang berjalan kaki diikuti Ita yang kebetulan saat itu baru bergabung diekskul Rohis.
Gema adzan terdengar jelas di telinga mereka dan memutuskan untuk maghrib di masjid yang tidak jauh dari sekolahnya sambil menunggu jemputan Ridho sejak dari tadi tidak kunjung datang karena jemputan dari Kampusnya yang jaraknya lebih jauh dari rumah mereka. Sebelumnya Nadiva mengabari Ridho bahwa dirinya bersama Ratna dan Ita menunggu di Masjid dengan jarak 200 meter dari sekolahnya.
Tak lama setelah dirinya selesai melaksanakan sholat maghrib mobil dengan plat RDH terparkir di depan masjid. Ridho keluar dari mobil dengan almet birunya yang masih ia kenakan.
"Kalian tunggu sebentar ya, Abang sholat dulu." Ketiganya mengangguk,
Setelah selesai, mereka memasuki mobil Ridho langsung menyalakan mesin lalu meluncur ketempat tujuan pertama, yaitu kerumah Ita yang sejalan dengan rumahnya. Sampai di rumah Ita, tak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada Ridho yang senantiasa mengantarnya pulang juga kepada Diva dan Ratna yang senantiasa memberi tebengan pulang.
Sampai di depan rumah Nadiva turun dan membuka gerbang yang tidak dikunci sedangkan Ratna yang masih berada di dalam mobil segera membuka pintu dan langsung Ridho cegah.
"Tunggu."
Ratna menatapnya bingung, "kenapa Bang?"
"Yang kemarin itu,"
"Kemarin apa?"
"Sekarang Abang mau lanjutin omongan Abang yang kemarin sempat tertunda."
"Ngomong aja Bang,"
"Iya sebenernya Abang mau ngomong, kalo Abang —"
"Abang! Cepet masukkin mobilnya kok malah diem aja sih udah aku bukain juga gerbangnya."
Ridho memukul stir dengan kesal, pembicaraannya dengan Ratna tertunda lagi. Dengan cepat Ridho memasukkan mobil di halaman rumah. Nadiva kembali menutup pagar rumahnya.
Ratna keluar disusul Ridho dengan cepat. Tangannya diraih setelah Ratna mengucapkan terimakasih kepada Nadiva juga dirinya, lalu menatapnya dengan penuh makna dan keinginan.
"Abang mau ngelanjutin omongan Abang yang dipotong tadi."
Ratna melepas genggaman Ridho dari tangannya, "ngomong aja, Bang."
"Jadi gini, sebenernya Abang itu sa—sa." ucapnya gugup.
"Sa apa Bang? Sangat ikhlas udah nebengin aku? Makasih deh sekali lagi."
"Abang ikhlas banget kok, tapi maksud Abang bukan itu.."
"Terus apa dong?"
"Abang itu sa-sa," ucapnya gugup lagi.
"Sa-sa" mulutnya berdecak kesal.
Ini mulut kenapa sih kok jadi kaku gini. Batinnya sambil menepuk bibirnya pelan."Eh, kenapa Bang?" tanya Ratna ketika melihat Ridho yang menepuk bibirnya. Ridho menggeleng. Baru saja mulutnya kembali terbuka akan melanjutkan bicaranya yang sempat tertunda lagi karena bibirnya yang mendadak kaku tiba-tiba,
"Abang sama Ratna ngapain masih disitu aja. Kamu nggak pulang, Ratna ? nanti Mama kamu nyariin lagi sekarang'kan udah malam." suara Ibu yang muncul dari ambang pintu.
Nadiva yang sedang mendorong gerbang untuk ditutup kembali kaget juga.
Ratna, Ridho, juga Nadiva menghampiri Ima untuk mencium tangannya. "Iya, Tante. Ini aku mau pulang tapi ditahan Bang Ridho, katanya ada yang mau dibicarain sama aku."
Ima berganti tatapannya ke Ridho, "ada apa Bang?"
Dih si Ratna pake bilang segala lagi.
"Hah? Nggak kok Bu nggak ada apa-apa." jawabnya setelah beberapa detik bungkam dan mukanya langsung memerah.
Ima hanya mengangguk. Ratna langsung berpamitan pada Ima dan mengucapkan terimakasih kepada Ridho yang memasang wajah bete lalu mengucapkan sampai bertemu besok di sekolah.
Nadiva serta Ridho udah masuk menuju kamar mereka, sedangkan Ima masih berdiri di depan pintu memantau Ratna sampai ia masuk kerumahnya. Tapi seketika Ima memasang wajah bingung saat melihat apa yang dilakukan Ratna sebelum membuka pintu gerbangnya.
****
TBC~
jangan lupa vote
Atau komen juga boleh..
•
•
•
Maaf ya updatenya jam segini.. Tapi masih ada yang melekkan ?

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
SpiritualJika memang takdir, Cinta kan pasti bertemu, Meski aku dan kamu berada diujung dunia.