Chapter 17

199 21 0
                                    

Ratna mengumpat dibalik tembok lalu membuka jilbabnya dan langsung menyimpannya dalam tas. Setelah itu baru dirinya membuka gerbang dan masuk ke dalam rumah. Ima yang masih melihat Ratna dari kejauhan sangat kaget, langsung berpikiran ada yang aneh dengan orang yang dia anggap seperti anaknya sendiri.

Ratna sudah tidak terlihat lagi, Ima juga masuk kerumah dengan perasaan yang tidak enak.

*

Nadiva langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Merasa sangat lelah karena sudah seharian ini mereka jalan-jalan. Mencium aroma yang tidak sedap dari kamarnya Nadiva mengendus mencari sumber bau tersebut. Ternyata baunya tidak jauh dengan dirinya. Bau badannya sendiri ternyata. Dia lupa kalau dirinya belum mandi sejak tadi selama jalan-jalan dan sekarang badannya sangat lengket.

Baru saja Nadiva mengambil handuk dan membawa pakaian untuk salinan di kamar mandi, pintunya terketuk pelan. Nadiva menghentikan langkahnya ketika mengetahui Ibunya datang.

"Ada apa Bu?"

"Eh kamu baru mau mandi ya ? Yaudah deh nanti aja Ibu kesini lagi kalo kamu udah selesai mandi." Ima tersenyum mengelus puncak kepala Nadiva, Nadiva membalas senyum khas nya, "yaudah cepat sana, badan kamu lengket banget." Nadiva mengangguk langsung masuk ke kamar mandi.

Di tempat lain Ratna juga langsung membersihkan dirinya. Tapi beda dengan Ridho yang masih tidur-tiduran di ranjang sambil menatap layar ponselnya dengan mengerutkan pelipisnya dan bibir yang mengerucut.

"Tadi itu siapa kamu sih Ratna. Kamu nggak peka apa dari tadi di mall itu aku cemburu liat kamu akrab gitu sama dia."

Panjang lebar bibirnya berkata sendiri, hp yang sedang dia genggam jatuh tepat di mukanya.

"Sialan! Astaghfirullahaladzim.." serunya mengelus tulang hidungnya sambil mengaduh aduh. Hp yang jatuh sangat keras membentur tulang hidungnya. Karena kesal Ridho menjauhkan hp nya dari dirinya, lalu langsung membersihkan dirinya.

*

Fahmi terus menatap hp nya pengin sms Nadiva tapi niat itu diurungnya karena mengingat betapa malu dirinya merendahkan Abangnya Nadiva didepan cewek itu tadi siang.

Kerana sudah kesal duluan liat Nadiva jalan sama cowok lain jadi dengan lantang dia terang-terangan meledek cowok itu yang ternyata dia adalah Abangnya Nadiva. Oh sungguh itu sangat memalukan. Fahmi mengusap wajahnya.

Besoknya Fahmi memberanikan diri untuk meminta maaf pada Nadiva yang udah ngatain Abangnya itu jelek, tapi sebenernya dia berkata seperti itu karena kesal bukan karena memang Ridho itu jelek, sebenenya dia ganteng cuman itu karena kesel aja jadi ngatain deh.

"Iya nggak papa kok kak, saya ngerti." Fahmi mengulas senyum, "yaudah kalo cuma itu aja saya duluan."

Di pagar sudah ada Ridho yang bersandar di sisi mobil menunggu kedatangan Nadiva juga perempuan yang dia sayang, Ratna.

"Abang udah nunggu lama ?"

"Lumayan."

"Tumben Abang jemputnya kecepetan, biasanya kelamaan buat aku nunggu terus."

"Iyaa maaf, itu kan karena ngampusnya belum selesai. Sekarang buktinya Abang jemput kamu duluan sebelum kamu keluar gedung kan." Nadiva hanya mengangguk.

"Udah dong.. Kapan otw rumah kalo masalahin begituan doang."

"Tuh dengerin Ratna. Oke kalo gitu hari ini Ratna duduk di samping Abang, Nadiva duduk di kursi belakang."

"Kok gitu sih Bang."

"Kan Ratna bener, kamu salah."

"Hubungannya apa Bang ?"

"Ah banyak tanya kamu Dek."

"Itu mah akal-akalannya Abang aja kali biar deket-deket Ratna." Ratna yang mendengar itu hanya tertawa kecil.

"Iya itu tau." jawabnya bisik.

"Hah? Apa Bang?" tanya keduanya berbarengan.

"Eh. Nggak papa kok, untung nggak denger."

"Apa ? Ngomong apa barusan Bang?"

"Ih dasar bolot."

Baru saja Ratna mau masuk mobil seseorang memanggilnya, Nadiva juga Ridho yang sudah duduk dikursi mobil keluar lagi.

"Eh Fathir. Ada apa ?" menyadari bahwa Fathir berada di sekolahnya Ratna langsung bertanya, "Sedang apa kamu disini ?"

"Nanya satu-satu dong, bingung mau jawab yang mana dulu." jawab Fathir cengingiran.

"Haha, maaf.."

Ridho melihat suasana seperti itu mukanya memerah, hanya bisa menyaksikan karena mulutnya bungkam seketika.

"Gue sekolah di sini." mata Ridho membulat sempurna, "Apa lo sekolah di sini juga ? Wah kebetulan banget nih, kita bisa sering-sering ketemu." ucap Fathir begitu senang.

Ridho menggeram. Tidak bisa dipercaya. Mereka akan sering bertemu, ini sebuah ancaman buat gue.

"Oh ya ? Sejak kapan ?"

"Sejak hari ini. Hari pertama menjadi siswa baru di sekolah ini."

Ridho berdehem keras, "udah selesai ngobrolnya ? Kapan pulangnya nih?" tanya Ridho memotong pembicaraan mereka berdua karena sudah tak tahan lagi.

"Ohiya, maaf Bang. Sampe lupa kalo mau pulang. OhFathir, lo pulang naik apa ? Nebeng aja yuk nggak papa kok."

"Eh yang punya mobil Abang bukan kamu."

"Iyaiya.. Maaf aku kan cuma menawarkan, Bang."

Fathir tau pasti lelaki itu tidak suka dengan kehadirannya dan terlihat akrab dengan Ratna dari tatapannya pada Fathir sejak kemarin bertemu di mall.

"Hehe, makasih Rat gue bawa motor kok."

"Bagus lah kalo gitu." celetuk Ridho sensi.

"Abang .." bisik Nadiva yang menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Ridho.

"Yaudah kalo gitu gue duluan. Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumsalam."

"Bagus kalo pulangnya cepetan."

"Abang kok ngomongnya gitu sih. Aku bilangin Ibu ya.."

"Iyaa maaf. Dasar anak Ibu."

"Emang aku anak Ibu, Abang juga anak Ibu kan?"

"Terus aja ribut kapan pulangnya ini." kata Ratna sambil nyerobot masuk mobil duluan. Disusul Ridho dan Nadiva

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang