"Sama-sama, Rat. Ohiya, nanti sehabis pulang temenin aku ke Perpus sebentar ya," Ratna hanya mengangguk menuruti permintaan sahabatnya itu.
*
Telpon Ratna berdering, muncul salah satu nama yang terpajang di layarnya; Mama . di gesernya tombol hijau di layarnya Handphonenya,
"Hallo. Assalamualaikum, Ma ?" Ucapnya mengawali percakapan.
"Wa'alaikumsalam. Nak cepet pulang ya, Eyang Putri ada di rumah sekarang,"
"Oke, aku pulang sekarang."
"Hati-hati ya sayang. Mama tutup ya telponnya, Assalamualaikum,"
"Iya, Ma. Wa'alaikumsalam."
"Wa'alaikumsalam,"
Sampai di rumah, Ratna lupa akan kata-kata Mamanya yang selalu memesankan anaknya untuk tidak menggunakan jilbab sewaktu Eyang nya datang. Inna juga lupa mengingatkan akan hal itu. Tau-tau sampai rumah, baru membuka pintu dan mengucap salam, Eyang Putrinya menarik tubuhnya dengan kasar mendorong Ratna duduk di sofa, ditarik lagi kerah bajunya untuk berdiri lalu ditampar pipinya kencang sampai Inna yang berada di dapur kaget dan langsung berlari dengan cemas seketika mengingat pesan untuk anaknya untuk melepas jilbabnya di hadapan Eyang nya.
"Ibu, hentikan! Jangan sakiti anak Saya!"
Ratna yang hanya bisa menangis sambil memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan yang sangat kencang.
"Sudah Saya bilang! Jangan sekali-kali gunakan jilbab. Saya benci dengan tudung kepala yang banyak orang pakai! Lepas jilbab kamu, Ratna! Eyang bilang LEPAS!" bentaknya sambil memeras kerah Ratna,
Inna terus menarik tangan Eyang untuk segera melepas genggamannya dari Ratna, untuk tidak menyakiti anaknya lagi seperti yang pernah ia alami dulu setelah menikah dengan Ayahnya Ratna.
Sama dengan Ratna, dulu dirinya pernah dipukuli dan dikurung di kamar. Bahkan, saat berada di luar rumah ia pernah kepergok menggunakan jilbab dan langsung ditarik jilbabnya depan orang banyak sampai terlepas dari kepalanya. Ia hanya bisa menangis, namun ia tetap nekat menggunakan jilbab secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ibu mertuanya.
"Ibu, saya bilang lepaskan anak saya!"
Ratna masih mempertahankan jilbabnya yang ditarik-tarik Eyang nya supaya lepas dari kepalanya. "SAYA BILANG LEPAS, RATNA!"
badannya melemas, akhirnya pegangannya mulai merenggang akibat dagunya terluka karena terkena jarum dari jilbabnya. Darahnya keluar banyak, wajahnya memucat tubuhnya melemas.
Inna yang melihat ikut melemas, langsung memeluk anaknya setelah dilepaskan pegangan erat Ibunya itu dari kerah seragam Ratna.
Ratna menangis dalam pelukkan Mamanya.Ibunya kini telah merobek kerudung yang baru saja direnggutnya dari kepala Cucunya,"Ibu sama anak sama saja!"
Ibunya berjalan menuju kamar Ratna. Terdengar suara mesin mobil memasuki pekarangan rumah Ratna. Burhan sangat kaget kedatangannya dengan adanya suara tangisan istri dan anaknya di ruang depan.
Ibunya yang berjalan cepat menggeledah kamar Cucunya dan membawa tumpukan kain ke arah halaman depan rumah. Burhan terlihat bingung dengan situasi saat ini.
"Ibu mau apakan kerudung sama baju muslim anak Saya ?"
"Nggak usah banyak tanya kamu! Istri dan anak kamu itu sama saja!"
"Ma, sebenernya ini ada apa ? Loh Ratna, kamu kenapa ? Ada apa dengan wajah kamu kok darah semua gitu ?" tanyanya cemas.
"Yah, sekarang cegah Ibu kamu dia mau bakar semua pakaian muslim anak kita."
Matanya terbelalak, lalu langsung berlari menuju halaman. Tapi .. Terlambat! Pakaiannya sudah hangus terbakar. Habis dilahap si jago merah.
"Untuk apa Ibu lakukan ini ? Jangan ulang perlakuan Ibu sama seperti yang Inna alami dulu. Aku nggak suka, aku nggak terima Ibu pukulin anak Burhan!"
"Ibu nggak mau Cucu Ibu nantinya kayak Ibu, gagal menikah dengan lelaki pilihan Ibu, setelah melahirkan kamu langsung kehilangan Bapak. Gara-gara jilbab itu—"
"Stop, Bu! Jangan salahkan jilbab. Ini semua sudah takdirnya, Bu. Ibu nggak bisa terus menyalahkan dan membenci jilbab sampai akhirnya istri dan anakku menjadi korban kekesalan dan kebencian Ibu.
Ini sudah takdir, Bu. Ibu gagal menikah dengan lelaki pilihan Ibu bukan karena jilbab yang Ibu kenakan tapi karena lelaki itu sudah dijodohkan orang tuanya. Satu lagi, Bapak meninggal juga bukan karena jilbab itu. Tapi memang sudah hakikatnya seorang makhluk hidup yang akan kembali kepada Sang Penciptanya. Dan, memakai jilbab itu kewajiban, Bu, bukan pilihan dan bukan penghambat dari segala suatu yang dialami seseorang."
Fatimah hanya diam tak bisa berkutik, tidak menanggapi pernyataan anaknya langsung masuk ke rumah menuju kamarnya.
**
Nadiva
• Nak, nitip absen Ratna ya.
✉ Ratna sakit tante ?
• Iya, nitip ya sayang, terimakasih.
✉ Iya, Tante. Salam buat Ratna semoga
cepet sembuh.Perasaan semalam Ratna baik-baik aja deh, bahkan ketawa bareng aku. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba Ratna sakit ? Hhmm.. Mungkin nanti pulang sekolah aku jenguk dia.
*
"Assalamualaikum," ketika yang membuka pintu, tidak menjawab salamnya langsung bertanya dengan nada yang sedikit terdengat kasar.
Pakai jilbab! "Siapa kamu?"
"Nek, saya Nadiva teman dekat sekaligus teman satu kelas Ratna, rumah saya di depan situ, Nek." ucapnya sambil menunjukkan rumahnya dengan ibu jari.
"Saya tidak—"
"Eh Diva, ayo sini masuk Ratna ada di kamarnya."
"Nggak bisa!" mendorong bahu Diva lalu menutup pintunya dengan keras.
Inna tidak bisa berbuat apa-apa, hanya diam tak mampu berkutik.
~~
Danta nggak ya ??
Iyain deh yaa 😅

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
SpiritualJika memang takdir, Cinta kan pasti bertemu, Meski aku dan kamu berada diujung dunia.