Berangkat sekolah dengan bergairah, penuh senyum dimana-mana tanpa adanya pertengkaran sama Abang.
"Wah wah tumben nih ya mukanya sumringah gitu, menebar senyum manis lagi" ledek Ratna.
"Apasih kamu" menyenggol tubuh Ratna dengan pipi merona.
"Pipi nya merah gitu ya" ledek Cecep yang baru datang biasa menyambar pembicaraan orang.
"Kamu itu loh Cep suka nyamber omongan orang terus" tawa Nadiva.
Cecep hanya tertawa. "Dia mah emang gitu Div" timpal Ita. Seisi kelas menertawakan Cecep yang wajahnya ikut memerah.
Seperti biasa ketika bel masuk berbunyi 2 menit kemudiannya Bu Dewi sudah ada di dalam kelas.
Mood belajar Nadiva sangaitu.agus hari ini, sampai tak terasa waktu menunjukkan pukul 9:30 waktunya istirahat.
"Div sekalian ya aku sama aja kayak kamu" Nadiva memberikan jempol menandakan 'oke'
Tengah memesan makanan tangan Diva serasa ada yang memegang. Dilihat kakak kelas kemarin yang ditabraknya.
"Kemarin gue udah nunggu lo dari istirahat sampe pulang sekolah" Nadiva terdiam
"Katanya mau obatin hidung gue yang berdarah" mata Diva membesar
"Apa ? Berdarah?!" Fahmi mengangguk.
"Kata Ratna kan nggak berdarah, maaf deh" dengan nada bersalah.
"Iya saat itu sih nggak keluar pas di kelas baru keluar sedikit sih"
"Emang kenceng ya benturnya ?" tanya Diva yang bingung. Fahmi hanya mengangguk.
"Yaudah kak saya minta maaf" Fahmi menggeleng berkata 'tidak' dalam hatinya.
"Kenapa?"
"Dikata maaf aja cukup ? Mana nomer hp, pin, sama id Line lo" Nadiva bingung "loh buat apa?"
"Sini dong lama banget" mengambil handphone Diva dengan memaksa.
"Buat hubungin lo lah, kalo gua butuh apa-apa tinggal telpon lo"
"WHAT!!" sontak kaget dengan perkataan Fahmi "apa hubungannya sama ini"
"Ya kan maaf lo doang nggak cukup, jadi untuk melengkapi semua kekurangan lo harus ikutin apa kata gue" tanpa mendengar keputusannya Fahmi langsung meninggalkan Diva.
'Dikata gue babu lo apa!' itu yang ingin sekali Diva katakan jika ada kesempatan berbicara.
"Div kok lama banget sih cuma beli makanan aja, nggak serame kemarin deh"
"Itu kakak kelas kemarin nyebelin banget"
"Kenapa sih?"
"Tadi aku lama itu gara-gara ditahan sama ka Fahmi, dia bilang hidungnya berdarah beneran. Aku udah minta maaf tapi menurutnya minta maaf aja nggak cukup" wajahnya dengan penuh kesal.
"Dan dia minta paksa nomer hp, pin sama id line. Dia bilang sih buat hubungin aku kalo perlu bantuan" lanjutnya .
"Gila ya itu orang, dikata Diva babu kali" dengusnya
"Itu yang ingin sekali aku katakan sama dia, tapi dia nggak ngasih aku kesempatan bicara langsung pergi gitu aja"
"Sumpah itu orang ngeselin banget lebih-lebih dari si Cecep" tawa keduanya karena membawa nama Cecep di sela kesalnya Ratna.
Mereka melanjutkan makannya ---- kembali ke kelas. Firman salah satu orang yang merusak mood bagusnya sekarang diantara Abang dan Cecep. Seperti sekarang, Cecep juga gemar mengganggu teman sekelasnya termasuk Nadiva. Mood yang jelek ini berasa waktu pulang begitu lama. Akhirnya pulang juga, terasa begitu sesak dadanya akibat penat di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
SpiritualJika memang takdir, Cinta kan pasti bertemu, Meski aku dan kamu berada diujung dunia.