Arip menepuk pelan bahu Bayu, "bay, dia ngomong apa sama lo ? Pasti ngomongin gue ya?"
"Apa ? Nggak kok, su'udzon aja deh lo."
"Ya maap, tapi bener ya dia ngomongin gue?"
"Nggak, lo mau tau aja lagi."
Arip mengerutkan bibir lalu melanjutkan makannya.
*
Di gerbang depan sekolah Arip berdiri bersandar. Ratna dan Nadiva yang berjalan melalui Arip segera dihadang olehnya, terutama Ratna yang ia curigai menjelekkan dirinya di depan Bayu tadi sewaktu di kelas.
"Eh, apa-apaan lo, jangan kurang ajar deh." mendorong tubuh Arip dengan kasar.
Arip semakin mendekatkan dirinya pada Ratna sampai tubuh Ratna menyentuh tembok, di tariknya kerah baju oleh Nadiva membuat Arip terpental kebelakang dengan keras.
"Rip, jangan coba-coba ngelakuin hal yang kelewatan sama Ratna!" ancam Nadiva yang mulai takut melihat sahabatnya diperlakukan tidak sopan oleh Arip.
"Lo! Gausah ikut campur."
"Eh, maksud lo apa ngasut-ngasut Bayu supaya nggak usah main sama gue?!"
"Kenapa?! Lo nggak suka! Bayu itu anak baru dia lugu nggak kayak lo yang kurang ajar kayak setan!
Jadi lo gausah ngajak dia ke jalan yang buat dia jelek kayak lo!"
"Kurang ajar!" tangannya hampir memukul wajah Ratna, Nadiva menahan dengan cepat.
"Udah aku bilang jangan ngelakuin hal yang kelewatan, Arip!"
Nadiva menarik tangan sahabatnya untuk segera menjauh dari Arip, Arip hanya terdiam geram sambil mengepal tangannya penuh emosi.
*
Di angkot Ratna hanya menutup matanya dengan kedua tangannya, isak tangis yang terdengar sangat kecil. Nadiva mencoba menenangkan mengelus bahu Ratna mengucapkan kata sabar.
Sampai di rumah, Nadiva langsung berlari menuju rumah Ratna. Di kamarnya Ratna hanya tengkurap dengan seragam yang masih menempel di tubuhnya dan sepatu yang masih merekat pada kakinya.
Nadiva mengelus bahunya, "emangnya aku salah ya, Div ?"
"Hmm.. Sebenarnya cara kamu buat Bayu tidak sama jalurnya sama Arip itu salah. Kamu tadi kayak ngejelekin dia dengan menceritakan kejahilan dia ke Bu Ita itu buat Bayu ngebenci Arip,
Sebenernya kamu nggak usah capek-capek ngelakuin itu, toh Bayu juga bakal tetep main sama Arip dan itu artinya nggak sesuai sama rencana kamu."
"Terus aku harus ngapain ?"
"Ya kamu nggak usah ngelakuin apa-apa lagi, sekarang kan kamu udah bilang semua ke Bayu, jadi sekarang biar jadi urusan Bayu dia mau percaya atau nggak sama ucapan kamu,
Kamu nggak usah ngurusin si Arip lagi ya, biarin aja Arip mau gimana kek, mau kopral atau jungkir balik kek biarin aja ya."
"Aku harus minta maaf juga, Div?" Nadiva mengangguk kepala dengan cepat.
"Tapi Div, aku malu," responnya hanya mengangkat bahu.
"Tapi Div—"
"Yaudah aku pulang dulu ya, Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Ratna mencerna apa yang dikatakan Nadiva barusan. Kamu benar Div, kalo gue harus berurusan sama orang yang kayak setan itu bisa-bisa gue udah terkapar di tempat yang bau obat, di tempat yang dimana-mana isinya orang sakit. Nggak deh gue nggak mau begitu, harus dengerin kata Nadiva.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
SpiritualJika memang takdir, Cinta kan pasti bertemu, Meski aku dan kamu berada diujung dunia.