Besoknya Nadiva, Ratna, dan Ridho berlibur ke pantai. Mereka bermain pasir sesekali bermain air saling mencipratkan satu sama lain. Ridho yang mencari cari kesempatan ke Ratna berusaha mengotori wajah Ratna dengan pasir basah dan mengguyur Ratna menggunakan ember.
Sungguh, mereka terlihat seperti anak yang masa kecilnya kurang bahagia. Orang yang ngedekem di dalam rumah kayak anak ayam. Sampai saatnya pukul 11 siang tanpa sengaja mereka bertemu dengan Fahmi juga Arip yang juga berlibur di sana. Dengan pakaian yang sudah kucel, kotor, sedikit pesing karena dengan sengaja anak kecil pipis di kaki Arip yang menggunakan levis panjang dan ternyata Arip nggak bawa salinan dari rumah.
"Div, bisa banget lu gua ajak jalan nggak mau, Tapi tau-taunya lu kemari sama cowok lagi." Dumel Fahmi melihat sinis laki-laki bersama Nadiva.
Ridho mengangkat alisnya, bingung dengan laki-laki yang baru dia lihat pertama kali nyamperin tau-tau udah ngomel.
"Cakepan juga gue, kenapa maunya diajak jalan sama dia!" tatapannya sinis ke Ridho. Ridho hanya diam memandang cowok di hadapannya heran.
"Lo kenapa sih Kak tau-tau begitu." tanya Arip yang sedari tadi hanya diam mendengarkan ocehan kawannya.
"Itu, semalem gue ajak Nadiva jalan dia kaga mau tapi tau-taunya sekarang dia malah jalan sama orang yang nggak jelas. Masih gantengan juga gue dari pada itu orang!" jelasnya yang menyindir Ridho karena dengan jelas dia mengatakan sambil menatap Ridho sebal.
"Heh! Lo cowok bukan? Dari tadi gue liatin mulut lo kayak cewek nyindir mulu." Ridho yang akhirnya angkat suara setelah berapa lama mendengar sindiran jelek kayak bebek dari bapaknya bebek itu.
Fahmi diam,
"Hei kak. Dia Bang Ridho, Abangnya Nadiva." jelas Ratna sambil terkikik.
Matanya membulat, wajahnya memerah.
Anjir malu gue.
"Tong, lo bilang gue tadi apa ? Jelek gitu ?" Ucap Ridho yang mengulang kata-kata Fahmi barusan.
Fahmi terkekeh, malu. "Nggak Bang, Abang ganteng kok saya aja sampe kalah kegantengannya sama Abang. Adenya aja cantik pasti Abangnya ganteng dong." katanya terbata-bata, "jangan diambil hati Bang, tadi saya nyindir dia kok, liat dia jelek kumel begini bau pesing lagi." lanjutnya sambil menepuk bahu Arip dan mengedipkan mata supaya Arip berkata iya iya saja.
Arip yang tidak terima dibilang begitu langsung marah, "Oh jadi lo nyindir gue kak. Bisa banget lo bilang gua begitu lo tuh kayak cewek mulutnya tadi aja sok sok an kayak ngelabrak pake nyindir-nyindir orang eh nggak taunya Abangnya Nadiva. Makan tuh blao."
"Jadi lo yang maksa-maksa Ade gue buat jalan sama lo? Jangan mau Dek kalo dia ngajak jalan kamu bahaya nanti mulut kamu bisa-bisa kayak dia lagi." bisik Ridho ke Nadiva yang terdengar mereka.
"Abang.. Apa bedanya Abang sama dia kalo Abang juga nyindir-nyindir dia begitu." ucap Nadiva. Ridho hanya nyengir.
Ridho menarik tangan Adiknya juga tetangga manisnya menjauh dari mereka. Tapi Fahmi terus mengekor dari kejauhan yang diikuti juga oleh Arip.
Sebelum masuk waktunya dzuhur mereka membersihkan diri mereka masing-masing lalu mencari masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur. Setelah mereka selesai sholat Ridho mengajak kedua Adiknya makan karena setelah lama bermain air dan berlari-larian membuat cacing yang di perut Ridho demo minta dikasih makan.
Sebelum itu Ridho mengunjungi Mall dekat perumahannya, karena asyik bermain-main sampai jam 4 di timezone Ridho lupa akan janjinya mengajak keduanya makan, kalau tidak karena Ratna yang mengeluh lapar karena seharian bermain Ridho tidak akan ingat.
Tidak jauh dari tempat bermainnya ada KFC dan Ridho berlari sesekali mengelap ilernya karena melihat makanan yang begitu lezat, Ratna dan Nadiva saling menatap hati mereka berdua berkata yang sama kalau Bang Ridho malu-maluin kayak anak nggak pernah ngeliat makanan aja.
Ridho yang baru mendapat tempat duduk langsung memesan Ratna dan Nadiva menatapnya geli.
"Ayo dong kalian pesen juga jangan diam aja."
"Ya sabar Bang, baru juga duduk." jelasnya, lalu Nadiva dan Ratna memesan makanan yang sama dengan Abangnya.
Ridho makannya sangat lahap sampai orang yang berlalu lalang menatapnya jijik karena beleposan dengan nasi yang menempel di sekitar bibir dan pipi tapi Ridho masa bodo.
"Yuk cabut, udah kenyang nih." ajak Ridho ketika sudah habis makanan di piringnya.
"Sabar Bang, aku sama Ratna belum selesai."
"Iyadah, makannya pelan-pelan aja entar keselek."
*
Menuju eskalator bahu Ratna menabrak sesuatu yang besar, kekar, dan tinggi sampai dirinya jatuh. Dibantu Ridho juga lelaki yang dia tabrak untuk berdiri. Saat Ratna baru mengucapkan maaf tidak sengaja matanya melihat wajah lelaki yang dia tabrak. Matanya membulat.
"Ana!" , "Fathir!" ucap mereka berbarengan.
Nadiva dan Ridho justru terlihat bingung, sepertinya mereka saling mengenal.
"Lo di sini?" ucap mereka yang berbarengan lagi membuat mereka tertawa.
Ridho yang melihat itu memasang muka cemberut, ingin marah, ingin bertanya siapa cowok itu, tangannya mengepal, wajahnya memerah.
"Ngapain ?" katanya berbarengan lagi lalu tertawa lagi.
"Gue abis makan sih sama sahabat juga Abangnya." jawab Ratna duluan. Fathir meng-oh kan, "lo sendiri ngapain disini?"
"Gue nemenin kakak gue belanja." Ratna mengangguk meng-oh kan.
Karena mereka asyik mengobrol sampai lupa dengan dua orang yang sedang bersamanya. Ridho berdehem membuat Ratna tersadar akan keberadaannya di sini.
"Oh iya, kenalin dia sahabat gue namanya Nadiva," tuturnya sambil menepuk bahu Nadiva,
"Yang itu pacar lo Na ?" ucap Fathir ketika melihat laki-laki di sebelah Nadiva. Ridho yang dibilang sebagai pacarnya Ratna tersenyum mukanya merah jambu.
"Haha, dia Abangnya Nadiva." seketika senyumnya luntur saat Ratna berkata bahwa dirinya Abang dari Nadiva.
Memang benar sih, kalo Ridho cuma Abang dari sahabatnya juga tetangganya bukan pacar Ratna, jadi jangan kaget, jangan marah, jangan kecewa dianggap kayak gitu.
"Sekarang lo pake hijab ya," ucap Fathir sambil tersenyum, karena sudah lama tidak bertemu Ratna semakin cantik dan sudah berhijab.
"Iya, alhamdulillah." jawabnya cepat, "Oh iya, gue duluan ya udah sore nih."
Fathir mengangguk, mempersilahkan Ratna juga dua orang yang bersamanya untuk lewat.
Di mobil, Ridho hanya diam menatap jalan sedangkan Nadiva dan Ratna berbincang asyik.
"Bang diem aja, sakit ?" tanya Ratna ketika menyadari bahwa Ridho sedari pulang dari mall diam aja.
"Hah ? Nggak kok mau fokus aja sama jalan, takut nabrak sesuatu."
"Ooh.."
Ratna dan Nadiva kembali berbincang sesekali tertawa melihat foto yang tadi mereka ambil saat di pantai.
****
Tbc~
Jangan lupa vote dan komen yaa :)
29 Mei

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
EspiritualJika memang takdir, Cinta kan pasti bertemu, Meski aku dan kamu berada diujung dunia.