Chapter 18

265 23 0
                                    

Bagaimana bisa dia satu sekolah dengan Ratna.

Sebuah kalimat yang terus mengerutu dipikiran Ridho.

*

"Rat, kamu mau makan apa? Mau aku pesenin gak?"

"Samain aja kayak kamu."

"Biar gue aja yang pesen, kalian berdua tunggu aja oke!" tawar Fathir yang baru saja muncul di hadapan mereka langsung otw membeli makanan dan membawa ke meja tempat mereka makan.

Ratna dan Nadiva terkekeh melihat Fathir yang bersemangat memesankan makanan. Mondar-mandir kesana kemari dengan senyum yang lebar sambil sesekali melihat kearah mereka yang tengah memperhatikannya sedang repot. Tawa Nadiva terhenti, tatapannya berpindah ke Ratna yang masih memperhatikan Fathir.

"Na, aku mau tanya deh."

"Ya, tanya aja." jawabnya senyum-senyum dan mata yang masih melihat Fathir.

"Dia siapanya kamu?"

Kini pertanyaannya membuat mata Ratna berpaling kepadanya dengan tatapan kaget. "Siapa apanya ? Aku sama Fathir itu temen dulu waktu masih SD," sekarang tatapannya berganti menjadi kebingungan, "emangnya kenapa?"

"Hah? Hehe, nggak papa kok." jawabnya terbata-bata. Ratna hanya mengangguk. Nggak lama Fathir datang dengan membawa nampan berisikan makanan pesanannya.

"Ayo .. Makan!"

Fathir langsung melahap baksonya dengan rakus, tanpa rasa malu dihadapan dua gadis berjilbab.

"Thir, makannya pelan-pelan kayak anak kurang makan aja lo."

"Gue laper Nana.."

"Makan itu nggak boleh terburu-buru, dan baca doa sebelum makan minimal baca basmalah."

"Tuh dengerin kata sahabat gue."

Fathir menghentikan kunyahannya melihat Diva sekilas sambil berkata "Hmm?" lalu langsung melanjutkan makannya sambil mengangguk. Parah. Ratna dan Nadiva saling bersitatap, mencoba tidak mempermasalahkan soal barusan mereka menyuap makannya masing-masing kedalam mulut mereka.

Dikejauhan Fahmi menggeram memperhatikan mereka yang sepertinya bersenang-senang, terutama Nadiva yang terlihat mulai akrab dengan Fathir. Disampingnya Arip mencoba menenangkan kakak kelasnya yang kekanakan sambil sesekali melihat kearah meja makan yang ditempati Nadiva, tentu tatapannya kepada Nadiva tidak ke yang lain.

Di kelas, Arip hanya diam tidak semangat ditempat duduknya. Beberapa kali dicolek oleh Cecep, Bayu, juga teman-temannya yang lain menanyakan apakah dirinya sedang sakit, karena sedari tadi habis istirahat dirinya hanya diam saja. Tapi Arip hanya menjawab tidak apa apa, dirinya baik baik aja cuma lagi capek doang. Lainnya hanya mengangguk mengiyakan pernyataan Arip.

Beberapa jam bel pulang berbunyi.
"Ayo Rat langsung pulang."

"Kamu pulang duluan aja, aku harus ke ruang guru dulu dipanggil Bu Esti katanya ada yang mau diomongin sama aku."

"Terus kamu pulangnya naik apa? Dijemput?"

"Nggak kok. Aku pulangnya bisa naik Ojek Online."

"Yaudah, kamu hati-hati yaa, pulangnya jangan kesorean."

"Iya Diva sayang, kamu juga hati-hati ya."

Nadiva berpamitan, menemui Ridho yang sudah berdiri menunggu dirinya. Tapi ketika Nadiva sudah berada dihadapannya mata Ridho masih mengelilingi kepenjuru sekolah. Seperti mencari seseorang. Nadiva bisa menebaknya.

"Ratna bilang kita pulang duluan aja, dia dipanggil guru suruh ke ruang guru."

"Ngapain? Terus nanti dia pulangnya naik apa?"

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang