21. Berharap Ia Mati [Flashback D]

672 33 0
                                    

Rifqi menatap nyalang laki-laki seumuran yang sedang duduk di dalam jeruji besi di depannya. Ingin sekali rasanya Rifqi membuka jeruji itu dan menyerang laki-laki itu.

Adalah Irsyad Lazario yang menjadi buronan polisi selama 2 hari pasca kecelakaan yang menimpa Sahar terjadi. Ya, Irsyad Lazario, "mantan" sahabat Rifqi saat SMA dulu, ia yang melakukannya.

Rifqi kehilangan kendali. Ia berjalan tepat ke depan jeruji besi, berteriak-teriak dengan kalimat makian sembari tangannya menggocang-goncang jeruji.

Rio mendengar teriakan berupa makian tersebut, tetapi ia memilih untuk tetap duduk. Tak ada niat sedikit pun dalam dirinya untuk membalas teriakan tersebut.

"APA MAKSUD LO, RIO?!" teriak Rifqi, bertanya.

Namun, alih-alih menjawab, Rio tetap bungkam. Tatapannya tak tertuju kepada Rifqi di luar sana.

"DASAR PEMBUNUH! GUE BERHARAP LO YANG MATI, BUKAN SAHAR! BIADAB!" kembali Rifqi memakinya.

Tubuh Rio bergetar mendengarnya. Keringat dingin pun mulai membanjiri seluruh permukaan wajah putihnya. Jantungnya sudah berdetak tak karuan. Bukan karena cinta, melainkan karena rasa bersalah.

"JAWAB! KENAPA LO LAKUIN ITU KE SAHAR?! BAHKAN DIA NGGAK KENAL SAMA LO!" masih suara Rifqi berteriak yang terdengar.

Penjaga di balik pintu keluar-masuk jeruji besi mendengar teriakan Rifqi tersebut, tetapi ia memilih untuk tetap berdiri alias tidak menghentikan aksi Rifqi itu. Seolah-olah ia sedang memposisikan dirinya sebagai seorang Rifqi yang ditinggalkan kekasih, ia akan bersikap sama dengan Rifqi.

"Cuma karena lo nggak terima kalau lo kalah dan gue menang di perlombaan sepakbola yang lo adakan sendiri minggu lalu, lo menghukum gue dengan cara membunuh Sahar," nada suara Rifqi berubah, tidak lagi berteriak, tetapi itu hanya sementara, karena saat bertanya, "OTAK LO DI MANA, TOLOL?!" Rifqi kembali berteriak.

Rio masih bungkam. Lihatlah, ia bertingkah seolah-olah ia tidak mendengar teriakan Rifqi, padahal jelas sekali ia mendengarnya.

"PEMBUNUH BIADAB! Seharusnya lo yang mati, bukan Sahar! Nggak ada yang bisa dimanfaatkan dari diri lo. Lo tahu itu?"

Sudah. Cukup. Irsyad Lazario kini bangkit dari duduknya, berjalan sedikit ke depan untuk langsung berhadap-hadapan dengan orang yang masih ia anggap sahabatnya sendiri.

"Ki...," lirihnya, memanggil nama Rifqi.

Namun, Rifqi tidak suka Rio memanggilnya. "Jangan sebut nama gue. Gue nggak sudi pembunuh biadab macam lo nyebut nama gue."

Tidak ada kata lain selain kata perih yang dapat mendeskripsikan perasaan Rio kala ia mendengar kalimat itu dengan penuh penekanan dari bibir Rifqi. Sakit sekali, sungguh.

Kecelakaan itu, bukanlah keinginan Irsyad Lazario. Rifqi tidak pernah tahu hal itu, karena ia sudah tidak ingin tahu. Yang Rifqi tahu hanyalah; Irsyad Lazario pelaku dari kecelakaan yang meniadakan Sahar dengan sengaja. Rifqi hanya tahu itu. Yang sebenarnya, ia acuh.

2 hari yang lalu, tepat di sore hari, Rio mengendarai mobilnya dengan keadaan mabuk. Ia juga tidak pernah mengerti mengapa bisa ia mabuk, padahal ia hanya mengonsumsi vodka sebanyak 3 kali teguk. Memang, itu menjadi kali pertama Rio mengomsumsi minuman beralkohol. Boleh jadi, itulah penyebab ia mabuk.

Someone Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang