19. Terjadi "Sesuatu" [Flashback B]

734 36 0
                                    

Sepeninggalannya Sahar dari kafe untuk pulang ke rumah, Rifqi langsung meneguk sampai habis cokelat panasnya--yang kini sudah menghangat. Ia memanggil seorang pramusaji untuk kali kedua, meminta bil pembayaran, lalu membayarnya dengan uang pas.

Rifqi memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, mengingat tidak ada hal lain lagi yang bisa ia lakukan di kafe. Pacarnya sudah pulang. Apa yang harus ia lakukan di sana?

Setelah mendengar kalimat "Thank you and come again" dari  pelayan yang bertugas sebagai penyambut tamu kafe, Rifqi langsung menuju mobilnya yang berada di parkiran dan tancap gas dari sana.

Jam sudah menunjukkan jarum panjang ke angka 4 lewat 10 menit. Itu berarti, para pekerja di kota Bandung ini pasti sudah mulai berjalan kembali ke rumah mereka masing-masing. Yang artinya, jalanan akan macet. Maka dari itu, untuk menghindari kemacetan, Rifqi memilih sebuah jalan yang cukup sepi. Tidak sepi-sepi sekali, karena tetap ada yang lewat di sana saat sore begini. Hanya saja tak begitu banyak.

Mata Rifqi memicing kala melihat ada sekerumunan orang di hadapannya. Tidak jauh dari sekerumunan orang itu, Rifqi melihat ada sebuah mobil ber-merk Jazz warna hitam dengan plat nomor D 1496 NH. Sejenak, Rifqi merasa familiar dengan plat nomor monil itu. Tetapi, siapa, ya?

Itu seperti... plat nomor Sahar!

Astaga! Benarkah itu Sahar? Sahar Rifqi? Sahar-nya?

Dengan hati yang berdebar tak karuan antara panik, takut, dan sejenisnya, Rifqi membuka pintu mobil dan menutupnya secara kasar. Ia berlari secepat mungkin ke arah kerumunan itu, tetapi malang, orang-orang di sana justru menghalagi pandangan Rifqi, sehingga ia tak bisa melihat dengan jelas siapa yang tengah terbaring kaku nan lemah tak berdaya di atas aspal jalanan itu.

Rifqi sudah meronta-ronta, berteriak minta tolong kepada orang-orang di sana agar memberikannya celah untuk masuk dan mengecek siapa orang itu, tetapi betapa teganya mereka semua, karena mereka tidak mengacuhkan kalimat tolong Rifqi.

Karena kesal, Rifqi berjalan mundur ke belakang, menjauh dari kerumunan yang ada. Ia memilih untuk mengecek apakah mobil itu kepunyaan Sahar pacarnya atau bukan dan ternyata...

Itu benar Sahar yang tadi bertemu dengannya di kafe. Itu benar Sahar, Sahar-nya!

Ya Tuhan, apa yang harus Rifqi lakukan sekarang?

Tidak ada. Ketika memastikan bahwa itu mobil Sahar pacarnya, Rifqi terdiam di tempatnya dengan pandangan mata tertuju lurus ke mobil Jazz hitam di depan.

Seorang wanita paruh baya bersanggul yang tak sengaja melihat lelaki itu pun mendatanginya dan bertanya, "Hei, kenapa kamu diam?"

Namun, alih-alih mendapatkan jawaban dari Rifqi, wanita itu justru diberikan kegemingan oleh orang yang ia tanya. Karena penasaran, wanita paruh baya itu kembali bertanya, "Hei, ayolah. Ada apa? Saya tanya kamu,"

Rifqi menolehkan kepalanya ke samping kiri, tepat ke arah wajah wanita paruh baya bersanggul itu ada. Mata Rifqi yang memanas, tidak tahan lagi untuk tidak mengeluarkan airnya. Ia menangis seraya bergumam, "Orang yang terkapar itu Sahar, pacar saya...."

Wanita paruh baya bersanggul tersebut merasa terkejut sekaligus iba mendengar gumaman Rifqi. Tanpa pikir dua kali, ia pun menarik kepala Rifqi untuk ia sandarkan di bahunya kemudian. Sembari mengelus-elus dada belakang Rifqi, wanita itu berkata, "Sudah, jangan menangis. Dia akan baik-baik saja."

Benarkah? Apakah Sahar-nya akan baik-baik saja? Bagaimana kalau tidak? Bagaimana sesuatu yang lebih buruk lagi terjadi setelah ini? Bagaimana kalau...

Sirene ambulan sudah terdengar, menandakan petugas Rumah Sakit itu sudah datang ke Tempat Kejadian Perkara. Orang-orang yang berkerumun tadi perlahan membubarkan diri, membiarkan para petugas untuk membopong korban kecelakaan ke dalam mobil mereka.

Someone Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang