Cin Pau melanjutkan perjalanannya ke kota raja dengan pikiran masih penuh dengan bayangan Siauw Eng. Biarpun ia merasa gemas dan mendongkol menyaksikan kesombongan dan lagak Siauw Eng, namun ia tidak bisa membenci dara yang manis jelita itu dan diam-diam ia merasa heran sekali mengapa bayangan wajah gadis itu selalu terbayang saja di depan matanya.
Ia telah mengeraskan hati dan berusaha sekuatnya untuk mengusir bayangan itu, akan tetapi baru saja ia berhasil mengusir bayangan itu, sebentar lagi sudah datang pula membayang dengan senyuman yang manis.
"Bodoh, gadis sombong dan galak macam itu tiada harganya untuk dikenang!" ia mencela dirinya sendiri dan berlari secepatnya menuju ke kota raja.
Malam hari itu ia bermalam dalam sebuah rumah penginapan besar di Tiang-an. Ia bertanya kepada pelayan, apakah pelayan itu tahu di mana rumah keluarga Un Kong Sian, dan pelayan itu menyatakan tidak tahu. Cin Pau sama sekali tidak mengira bahwa Can Kok yang lihai telah menaruh banyak mata-mata hingga di hotel itupun terdapat mata-matanya, hingga pertanyaan Cin Pau ini terdengar oleh mata-mata itu, yang segera menyampaikan kepada Can Kok bahwa ada seorang pemuda baju putih yang membawa pedang bertanya tentang rumah keluarga Un Kong Sian yang dicurigai.
Pada keesokan harinya, Cin Pau berhasil mendapat keterangan dari seorang penduduk tua di kota raja dan ia lalu mencari rumah gedung yang dulu ditinggali oleh Un Kong Sian. Akan tetapi, ternyata gedung itu telah menjadi milik orang lain dan dari penghuni baru ini ia mendengar keterangan bahwa ibu Un Kong Sian atau nyonya janda congtok telah meninggal dunia dan tentang diri Un Kong Sian, tak ada seorang pun mengetahui di mana tempat tinggalnya atau kemana perginya.
Dengan kecewa dan sedih, Cin Pau meninggalkan gedung itu. Ketika ia tiba kembali di hotelnya, tiba-tiba pelayan hotel memberitahu di luar ada seorang tamu yang mencarinya. Cin Pau merasa heran ketika keluar dan melihat seorang laki-laki berpakaian pelayan pembesar berdiri di ruang depan dan menjura kepadanya.
"Kalau sicu ingin mengetahui tentang keluarga Un, silahkan ikut siauwte ke rumah kediaman majikanku," katanya.
Tanpa banyak cakap, dengan hati girang Cin Pau lalu mengikuti pelayan itu ke sebuah rumah gedung yang cukup besar. Ketika ia dipersilakan masuk, ternyata bahwa di dalam ruang yang besar telah berkumpul banyak orang-orang yang kelihatan gagah perkasa. Tuan rumahnya adalah seorang perwira tua yang masih gagah dan yang menyambutnya dengan perhatian.Tuan rumah ini bukan lain ialah Can Kok, perwira yang menaruh dendam hati terhadap kuil Thian Lok Si itu. Ia lalu mengajak Cin Pau memasuki sebuah kamar dan setelah duduk berhadapan, ia lalu bertanya,
"Anak muda, kau mencari Un Kong Sian ada perlu apakah dan kau bersangkut paut apakah dengan dia?"
Cin Pau telah mendengar penuturan ibunya dan tahu bahwa keadaan Un Kong Sian yang telah membantu kedua keluarga Khu dan Ma itu mungkin selalu dicurigai oleh para perwira, maka dengan hati-hati ia menjawab, "Un Kong Sian adalah sahabat biasa saja dan karena kebetulan siauwte lewat di Tiang-an, maka siauwte ingin sekali bertemu dengan dia. Apakah ciangkun mengetahui di mana tempat tinggalnya.
"Aku memang kenal baik dengan Un Kong Sian, akan tetapi entah di mana dia sekarang, karena semenjak ia menjual gedungnya, ia tak pernah muncul lagi di kota ini. Apakah ..... apakah kedatanganmu ini ada hubungannya dengan keluarga Khu dan Ma? Siapakah namamu? Sambil mengeluarkan pertanyaan ini, Can Kok memandang tajam sekali.
Diam-diam Cin Pau merasa terkejut sekali, akan tetapi oleh karena ia telah berjaga diri, maka ia pura-pura memperlihatkan muka tidak senang ketika menjawab, "Ciangkun, apakah maksud kata-katamu ini? Apa itu keluarga Khu atau Ma? Aku tidak mengerti sama sekali. Aku, Ong Cin Pau hanya ingin mencari seorang sahabat, kalau ciangkun tahu tempatnya, tolong beritahu, kalau tidak tahu, biarlah aku pergi mencari sendiri".
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembakaran Kuil Thian Lok Si - ASKPH
General FictionKaisar terkejut sekali, apalagi ketika mendengar bahwa seorang di antara kedua orang pemberontak itu adalah Gobi Ang Sianli yang telah terkenal namanya di kota raja, dan alangkah marahnya ketika ia mendengar bahwa pemberontak ini semenjak kecil tela...