05. Setitik Embun Pengobat Jiwa

953 19 0
                                    

Setelah meninggalkan kota Li-kiang, Un Kong sian cepat melanjutkan perjalanannya menuju ke barat. Pada malam hari, ia bermalam di dusun-dusun, bahkan kadang-kadang di dalam hutan kalau kebetulan ia berada di hutan yang luas pada waktu malam hari tiba.

Demikian, tak terasa pula beberapa pekan telah lewat dan ia makin dekat dengan daerah pegunungan Kunlun-san. 

Makin ke barat, makin banyaklah hutan dan makin jarang dusun, hingga pada suatu malam, ia terpaksa bermalam di sebuah hutan yang liar. Seperti biasa, ia naik ke sebatang pohon besar untuk bermalam.

Ketika ia sedang enak-enak melonjorkan kaki melepas lelah, tiba-tiba ia mendengar suara orang bercakap-cakap. Pada malam hari itu, bulan bersinar penuh hingga ia dapat melihat bayangan lima orang laki-laki berjalan perlahan sambil bercakap-cakap.

Kong Sian tertarik hatinya dan menduga bahwa mereka ini kalau bukan pedagang-pedagang keliling, tentulah perampok-perampok. Maka diam-diam ia melompat ke cabang yang lebih rendah dan mendengarkan percakapan mereka.

"Tapi dia itu lihai sekali. Kemaren dulu, aku dan sam-te hampir saja celaka dalam tangannya. Ilmu pedangnya benar-benar tinggi dan sukar dilawan," kata seorang di antara mereka.

"Ah, sampai dimana lihainya seorang wanita?" mencela yang lain dengan suara menghina. "Dulu kau hanya berdua, akan tetapi sekarang kita berlima. Apa yang harus ditakutkan?"

"Betapapun juga, kita harus cerdik dan hati-hati!" kata orang ketiga yang lebih tenang bicaranya.

"Baiknya diatur begini saja. Kalian berempat besok pagi-pagi menyerangnya dengan tiba-tiba dan aku akan menangkap anaknya. Kalau anaknya sudah kutawan, tentu ia akan menyerah kepada kita demi keselamatan anaknya. Bukankah ini sebuah akal yang cerdik?"

"Ha, ha, ha... Memang twako banyak sekali akalnya. Bagus, bagus. Kau memang berhak mendapatkan dia lebih dulu."

Terdengar mereka tertawa menjemukan dan mendengar ini, bukan main marahnya hati Kong Sian karena ia dapat menduga bahwa mereka ini tentulah golongan orang-orang ceriwis dan jahat yang suka mengganggu anak bini orang. Maka ia lalu melompat turun di belakang mereka dan mengikuti mereka. Ternyata bahwa ke lima orang ini menuju ke sebuah kelenteng rusak yang berada di dalam hutan itu untuk bermalam di situ. Kong Sian juga bermalam di atas pohon dekat kelenteng tua itu, menanti datangnya fajar.

Pada keesokkan harinya, pagi-pagi sekali kelima orang laki-laki itu keluar dari kelenteng dan ternyata oleh Kong Sian bahwa mereka itu adalah orang-orang yang bersifat kasar dan usia mereka rata-rata tiga puluh tahun. Dari gerak-gerik mereka, dapat diduga bahwa mereka ini memang penjahat-penjahat yang suka mengganggu orang, yakni orang-orang gelandangan yang tidak mempunyai keluarga dan pekerjaan tetap, yang hidup mengandalkan bantuan kawan-kawan dan suka berkelahi dengan keroyokan.

Mereka menuju ke sebelah dalam hutan dan Kong Sian diam-diam mengikuti mereka. Tak lama kemudian, Kong Sian melihat sebuah tempat terbuka dalam hutan itu. Dan aneh sekali, pada pagi hari itu, di sebelah belakang rumah terdengar suara wanita bernyanyi. Merdu juga suara itu dan yang membuat Kong Sian heran adalah tempat yang sunyi itu. Di situ bukan dusun atau kampung, akan tetapi mengapa di tempat sesunyi ini ada seorang wanita yang tinggal di dalam gubuk sederhana itu dan mendengar suaranya yang pagi-pagi sudah menyanyi itu agaknya hidup tentram dan damai?

Tiba-tiba terdengar suara anak kecil berseru memanggil ibunya. Lima orang itu, yang telah terlihat oleh anak kecil tadi, segera berlari ke arah rumah dan Kong Sian juga bergerak cepat sambil mengintai. Empat orang penjahat lari ke belakang dan segera mereka mengurung seorang wanita muda yang melawan serangan mereka dengan sepotong kayu di tangan. Agaknya wanita itu tidak mendapat kesempatan untuk mengambil pedang dan terpaksa menghadapi empat orang pengeroyoknya dengan sepotong kayu yang dimainkannya dengan kuat dan hebat sekali hingga empat orang pengeroyok yang bersenjata pedang dan golok itu tak dapat mendekatinya.

Pembakaran Kuil Thian Lok Si - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang