Memang benar sebagaimana dikatakan oleh Ma Eng sebelum orang tua ini menghembuskan napas terakhir. Kedua orang sastrawan ini telah dikhianati oleh pangeran Gu Mo Tek yang melakukan hal ini terdorong oleh keinginannya menempatkan putera-puteranya ke dalam kedudukan tinggi. Ia melihat betapa kedua orang puteranya, yakni Gu Keng Siu dan Gu Leng Siu, tak dapat merebut kedudukan tinggi oleh karena kedua anak muda ini biarpun semenjak kecil telah dilatih dengan ilmu kepandaian sastra, akan tetapi ternyata tidak bisa maju dan lebih senang belajar silat.
Maka ketika ia melihat betapa Kaisar dan para pembesar tinggi menjadi gempar karena hasil tulisan kedua saudara angkatnya, ia lalu menggunakan kesempatan ini untuk mencarikan kedudukan tinggi bagi kedua puteranya dengan mengkhianati Khu Liok dan Ma Eng, kedua saudara angkatnya yang amat dikaguminya itu. Sebetulnya ia mengagumi Khu Liok dan Ma Eng hanya dalam bidang kesusastraan dan ketika kedua orang saudara angkat itu menulis karangan yang menyinggung dan memburukkan pemerintah, ia tidak setuju, karena betapa pun juga, darah bangsawan masih mengalir tebal dalam tubuhnya.
Akan tetapi, setelah ia melakukan pengkhianatan dan mendengar betapa kedua saudara angkatnya itu ditawan dan keluarganya dibasmi, ia merasa berduka dan menyesal sekali. Semenjak siang hari tadi ia duduk saja di dalam kamarnya sambil menyesali akibat perbuatannya sendiri. Ia diam-diam merasa menyesal sekali mengapa para perwira itu melakukan penumpasan yang demikian kejamnya.
Gu Keng Siu dan Gu Leng Siu yang berdiam di kamar masing-masing beserta isteri masing-masing, hanya menganggap bahwa ayah mereka berduka mendengar berita tentang malapetaka yang menimpa keluarga Khu Liok dan Ma Eng dan mereka inipun bersama semua keluarga merasa sedih. Tak seorang pun di antara mereka ini tahu bahwa Gu Mo Tek telah melakukan pengkhianatan dan menjadi biang keladi dari pada semua malapetaka itu.
Pada malam hari itu, ketika Gu Mo Tek sedang duduk seorang diri di dalam kamar buku, tiba-tiba dari jendela menyambar masuk dua orang muda dengan pedang di tangan. Gu Mo Tek terkejut dan berdiri dari tempat duduknya dan ketika melihat bahwa yang datang itu adalah Ma Gi dan Khu Tiong yang memandangnya dengan sinar mata menyatakan kemarahan dan kebencian besar, ia menjadi ketakutan dan merasa ngeri.
"Eh, Khu Tiong dan Ma Gi, kalian dari manakah dan....... dan mengapa datang ke sini dalam keadaan demikian ini?"
"Bangsat tua berhati busuk!" Khu Tiong memaki marah.
"Keparat besar, kau telah mengkhianati orang-orang tua kami dan masih berpura-pura bertanya lagi?" berkata Ma Gi sambil melangkah maju dengan pedang ditangan.
Gu Mo Tek mundur ketakutan dan dengan wajah pucat ia bertanya,
"Apa...... apa maksudmu ......?"
"Anjing rendah! Kau telah mengkhianati orang tua kami sehingga seluruh keluarga kami mati dalam tanganmu yang berdarah!" kata Khu Tiong sambil melangkah maju juga.
"Mati....... mereka telah mati......?" Gu Mo Tek menggunakan kedua tangannya menutup muka dengan perasaan ngeri dan menyesal.
"Dan kau harus mampus juga agar kau dapat menghadapi orang-orang tua kami di alam baka untuk minta ampun!" kata Ma Gi. Secepat kilat pedang ditangan Ma Gi dan Khu Tiong bekerja dalam saat yang sama sehingga dua batang pedang menembus dada pangeran tua itu di kanan kiri. Ketika kedua orang muda itu mencabut senjata, tubuh Gu Mo Tek terhuyung-huyung dan roboh mandi darah.
"Apa yang telah terjadi?" tiba-tiba terdengar suara orang membentak dan pintu kamar itu terbuka keras. Gu Seng Kiu dan Gu Leng Siu melompat masuk dengan senjata golok di tangan. Melihat Khu Tiong dan Ma Gi berdiri disitu dengan pedang berlumur darah dan ayah mereka rebah mandi darah di atas lantai, kedua putera pangeran ini menjadi terkejut sekali.
"Khu Tiong dan Ma Gi! Apakah kalian telah menjadi gila? Kalian apakan ayah kami?" teriak mereka.
"Keng Siu dan Leng Siu! Mungkin sekali kalian berdua tidak tahu apa yang telah terjadi. Ayahmu telah mengkhianati ayah kami hingga kebinasaan kami boleh dikata adalah hasil perbuatan ayahmu yang durhaka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembakaran Kuil Thian Lok Si - ASKPH
Ficción GeneralKaisar terkejut sekali, apalagi ketika mendengar bahwa seorang di antara kedua orang pemberontak itu adalah Gobi Ang Sianli yang telah terkenal namanya di kota raja, dan alangkah marahnya ketika ia mendengar bahwa pemberontak ini semenjak kecil tela...